Oleh: Ketut Sutika

Penggunaan bahan organik ke dalam tanah seperti pupuk kandang, sisa-sisa tanaman, pupuk hijau dan sampah kota  memberikan hasil yang  dapat menekan pertumbuhan  mikroorganisme penyakit di dalam tanah.

Penambahan bahan organik ke dalam tanah, populasi mikroorganisme lainnya di dalam tanah, yang sebelumnya tidak berkembang,  yang  memiliki kemampuan khusus untuk menyuburkan tanah menjadi meningkat.

“Sejumlah  mikroorganisme yang menguntungkan itu diberi nama Mikroorganisme bermanfaat, yang secara aktif  bisa mengendalikan penyakit tanaman.,” tutur Pakar Pertanian Organik Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr yang juga Direktur Utama PT Songgolangit Persada.

Sosok pria enerjik kelahiran Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng, daerah pesisir utara Pulau Bali itu menilai,  pemberian pupuk organik ke dalam tanah sangat penting, karena sangat bermanfaat bagi makanan mikroorganisme di dalam tanah. Mikroorganisme yang tumbuh itu ada dua jenis,  yakni yang menguntungkan  dan yang merugikan tanaman.

Mikroorganisme yang menguntungkan  mampu menyuburkan tanah, memudahkan perakaran tanaman untuk berkembang, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, produksi tanaman menjadi meningkat.

Sementara mikroorganisme yang merugikan bisa membuat tanaman menjadi sakit, tanah menjadi sumber penyakit, tanaman nenjadi kurus bahkan mati terserang penyakit.

Oleh sebab itu, pemberian pupuk organik juga harus dibantu dengan pemberian pupuk hayati Effective Microorganisms (EM4) agar tanah menjadi subur secara biologis, kaya mineral dan menjadi gembur, perakaran tanaman bisa tumbuh maksimal dan kuat.

Penambahan mikroorganisme yang menguntungkan, dari jenis lactobacillus, ragi, bakteri fotosintetik, mikoriza, rhizobium, bakteri pelarut fosfat dan lain-lain  sangat bermanfaat untuk membantu mikroorganisme asli (indigenus) di dalam tanah, sehingga mikroorganisme yang menguntungkan bisa tumbuh populasinya menjadi dominan, dan memberikan manfaat yang baik bagi tanaman.

Tanaman dengan kesehatan yang baik menjadi tumbuh subur serta berbuah atau berproduksi secara maksimal.  Teknologi EM yang ditemukan Guru Besar Bidang Hortikultura University of The Ryukyus Okinawa Jepang tahun 1980  adalah  teknologi penyuburan tanah dengan menyiramkan larutan EM ke dalam tanah, memberikan pupuk fermentasi bahan organik (bokashi).

Upaya dan terobosan tersebut bertujuan untuk meningkatkan populasi mikroorganisme yang menguntungkan di dalam tanah dan teknologi tersebut telah berkembang dan diterapkan lebih dari 100 negara di belahan dunia, tutur Dr. Wididana  yang juga mantan mahasiswa Prof Teruo Higa di negeri Sakura.

Suami Komang Dyah Setuti, SSn. M.I.Kom setelah menyelesaikan program pendidikan Pascasarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang tahun 1990 pulang ke tanah air dengan mengantongi sertifikat EM sekaligus membawa lisensi untuk mendirikan pabrik EM di Indonesia.

Kondisi 33 tahun yang silam itu tidak memungkinkan untuk mengembangkan teknologi baru tanpa memiliki pabrik. Setelah pabrik EM pertama didirikan di Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat dan berproduksi dengan baik dan lancar. Pabrik serupa kini telah dibangun  di dua lokasi  di Bali yang masing-masing telah mengalami perluasan untuk meningkatkan kapasitas produksi mengantisipasi peluang pasar pupuk organik.

Bertani Tidak Merusak Alam

Sementera itu Staf Ahli PT Songgolangit Persada sekaligus instruktur EM pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali, Ir. I Gusti Ketut Riksa menegaskan, cikal bakal pertanian organik  berarti  menjaga keselamatan dunia yang dikenal dengan istilah “Kyusei Nature Farming” yakni cara-cara bertani yang tidak merusak keseimbangan alam dan menghasilkan produk bahan pangan ramah lingkungan untuk dikonsumsi.

Mokichi Okada di Jepang sejak tahun 1930 meragukan penerapan teknologi kimia dalam bidang pertanian, bahkan meramalkan teknologi kimia sektor pertanian merusak keseimbangan alam dan mengganggu kesehatan manusia dan hewan.

Selain itu juga memprediksi teknologi kimia bakal menimbulkan bencana besar bagi seluruh umat manusia, terutama berupa penyakit dan kekurangan pangan. Seiring dengan apa yang ditengarai Mokichi Okada mulai adanya penolakan terhadap teknologi kimia.

Sebab teknologi tersebut bisa  memicu munculnya penyakit-penyakit yang dapat menjadi ganas dan kebal terhadap pestisida. Penyakit Hewan bisa menular ke manusia, penyakit tanaman juga menular ke hewan maupun  manusia.

Dengan teknologi kimia kesuburan lahan pertanian juga akan terus menurun dan berdambak pada berkurangnya produktivitas. Oleh sebab itu  Mokichi Okada dalam mengembangkan pembangunan pertanian memiliki lima prinsip utama yakni menghasilkan pangan yang berkualitas untuk kesehatan, menguntungkan secara material maupun spiritual.

Menghasilkan produk pertanian  secara  kontinyu yang mudah dilakukan oleh setiap orang, menjaga kelestarian alam dan pangan yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan pangan dunia  dengan populasi penduduk yang semakin meningkat.

Pria kelahiran Alas Angkar, Buleleng 78 tahun yang silam yang hingga kini tetap enerjik dan eksis menekuni pertanian organik untuk menghasilkan pangan  kebutuhan keluarga di sekitar pekarangan rumahnya.

Mengembangkan pertanian organik bertujuan  untuk mendapatkan manfaat  kesehatan lahir batin , lingkungan yang bersih dan lestari, serta mendukung pertumbuhan ekonomi  dan tersedianya kebutuhan pangan yang cukup bagi seluruh  umat manusia.

Pertanian organik memberikan  dampak  kesehatan kepada petani dan konsumennya untuk  menjadi sehat  sehingga hidupnya bebas dari polusi zat-zat residu kimia. Makanan yang dikonsumsi, air yang diminum, udara yang dihirup dalam kondisi sehat, sehingga petani, konsumen dan masyarakat mendapatkan kesehatan  prima.

Vegetarian Sembuhkan Penyakit

Mokichi Okada,  cikal bakal pertanian organik di Jepang yang sempat menderita berbagai penyakit seperti sakit mata, tenggorokan, paru-paru, perut, demam, tipus dan jantung  akhirnya dapat menyembuhkan sendiri penyakitnya  dengan pantang mengkonsumsi daging yakni vegetarian melalui pertanian organik .

Pertanian ramah lingkungan  diyakni mampu menghasilkan makanan sehat dan bersih yang mampu  meningkatkan getaran rohani ke tingkat yang lebih tinggi. Mokichi Okada mampu menyembuhkan dirinya sendiri dari penyakit yang gawat akhirnya tahun 1942 bersama JL Rodale mengeluarkan konsep tentang tanah sehat. Mereka mengungkapkan sebagai akibat dari penggunaan pupuk kimia tanah pertanian telah menjadi hamparan lahan-lahan pertanian yang sakit.

Bagi mereka hanya tanah yang sehat  mampu menumbuhkan tanaman yang sehat, hanya tanaman yang sehat dapat memberikan kesehatan kepada umat manusia. Sebuah kesimpilan sederhana yang dmudah dimengerti oleh kebanyakan umat manusia di berbagai negara di belahan dunia, seiring pejalanan waktu, kesimpulan  Mokichi Okada-JL Rodela menjadi sebuah bukti kebenaran.

Jika sebelumnya  Mokichi Okada harus rela menerima teror, dibenci dan dikucilkan, namun akhirnya  sejumlah kalangan hingga sekarang tetap menghormatinya, bahkan lokasi makamnya menjadi salah satu tempat yang banyak menyedot perhatian  umat manusia dari belahan dunia untuk mengunjunginya.

Gusti Ketut Riksa, mantan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bangli itu menggarisbawahi,  makluk kasat mata yang  disebut mikroba pada milenium ke-3, tahun ke-23 abad ke-21 ini mendapat perhatian dunia karena memiliki kemampuan yang hebat, bahwa tanaman, hewan dan manusia bisa hidup berkat mikroba.

Kehidupan mikroba bisa ditemui di mana-mana dari lubang kepundan gunung merapi di dasar laut, timbunan es, semua permukaan kulit bumi bahkan dalam tubuh manusia mikroba secara bersama-sama telah membentuk sebuah kehidupan.

Mikroba dapat hidup pada suhu yang tinggi, suhu rendah, kadar garam yang tingi kadar gula yang tinggi, rendah. Mikroba hidup dalam populasi dan kepadatan yang tinggi.

Manusia hidup di tengah lautan mikroba, berperang melawan mikroba sudah waktunya diakhiri dan diganti dengan hidup berdampingan dengan mikroba, ujar Gusti Ketut Riksa. linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini