Arti Sebuah Reuni

0
138
Peserta reuni foto bersama di Villa IPSA Desa Bengkel, Busungbiu, Buleleng.

Oleh: Gede Ngurah Wididana *)

Reunion, sering disebut sebagai reuni, berarti berkumpul kembali setelah lama berpisah dari sekelompok orang yang memiliki ikatan batin antar anggotanya, misalnya organisasi, sekolah, keluarga besar, tempat bekerja, atau teman seperantauan.

Dalam komunikasi di media sosial, kelompok orang tersebut bisa saja bertemu dan berkomunikasi secara virtual, tapi itu bukan reuni, mereka hanya bertukar informasi. Makna reuni adalah berkumpul kembali secara fisik di suatu tempat pada waktu tertentu yang sudah dirancang untuk bertemu, bukan merupakan suatu kebetulan.

Reuni Alumni SMAN Singaraja 1980 pada 2 Juli 2022 diikuti oleh 33 peserta, yang umurnya sudah senior, 60-61 tahun, diadakan di Bokashi lodge, Desa Bengkel, Buleleng. Peserta reuni adalah mereka yang sudah sukses melewati masa umur kritis, masih sehat, masih bisa tertawa dan masih memiliki waktu untuk berkumpul.

Tema reuni kali ini dituliskan di baju kaos reuni berwarna ungu: “The Survivor,” yang berarti, kami yang masih hidup, Kembali pulang dari perang dan menang. Reuni dikemas sangat sederhana, tanpa seremoni, yaitu : ngobrol – makan dan menyanyi.

Ngobrol mereka pun sangat sederhana, tentang kelucuan dan keluguan masa lalu, tidak ada pembicaraan tentang masa kini, apa lagi masa depan, diiringi dengan lagu-lagu nostalgia yang kadang lirik lagunya diplesetkan sedikit gila untuk memancing tawa dan bergembira.

Makanan yang disantap dan dicamil juga sangat sederhana, bernuansa desa. Dari kesederhanaan itulah terasa ikatan batin yang kuat antar alumni, mereka merasa satu keluarga besar sewaktu masa tiga tahun mereka digembleng di SMA dan telah berpisah selama 40 tahun.

Mereka bertemu kembali bukan untuk menunjukkan prestasinya dalam bekerja atau keberhasilan mereka meraih cita-cita, tapi mereka bertemu untuk menunjukkan dirinya masih sehat dan bersemangat dalam melanjutkan waktunya yang masih tersisa, sampai dipanggil Yang Kuasa.

Kesederhanaan itu terus melekat dalam kegembiraan, canda dan tawa. Akhirnya, waktu juga yang memisahkan mereka, karena mereka harus menunaikan tugas dan kewajibannya masing-masing.

Pertemuan mereka yang hanya sehari, yang menarik mereka melawan putaran waktu, Kembali ke masa lampau, dengan kesadaran masa lampau, seperti air sungai mengalir dari gunung menuju Samudra luas, yang dalam perjalanannya mereka tetap mengingat gunung tempat mereka bersumber, sekedar untuk mengingat dan mengambil energi gunung, agar mereka mampu menjalani dan melanjutkan hidupnya sampai di Samudra luas, tempat mereka berkumpul dan mereka yakin menuju ke sana, walau saatnya masih misteri.

Mereka disadarkan di saat berpisah, bahwa hidup itu adalah masa kini, yang harus diperjuangkan dan dinikmati. Lagu kemesraannya Iwan Fals, menyadarkan mereka akan perpisahan dari sebuah reuni, ibarat gong penutup dari sebuah tabuh legong yang bertaksu, bergema di hati mereka masing-masing, sehingga gemanya terus memberikan energi untuk melanjutkan hidup dengan harapan di suatu hari mereka bisa bertemu lagi.

“Kemesraan ini janganlah cepat berlalu, Kemesraan ini ingin kukenang selalu. Hatiku damai jiwaku tenteram di sampingmu. Hatiku damai jiwaku tenteram bersamamu.” Terlihat ada setitik air mata perpisahan, ada yang tercekat dalam senyum pilu, ada yang berusaha melucu tapi bibirnya bergetar sedih saat memeluk temannya.

Mereka berjanji untuk bisa bertemu lagi di suatu hari dalam keadaan sehat. Semoga masih ada waktu lagi untuk bertemu. Semoga Tuhan Memberkati, dan memberikan kebahagiaan dalam sisa-sisa waktu yang mengalir yang terasa cepat tak terbendung menuju alam Samudra raya.

*) Alumni SMAN Singaraja tahun 1980

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini