Oleh : Ketut Sutika
Tekun, gigih, semangat dan kerja keras tanpa mengenal putus asa itulah sosok Gede Ngurah Wididana, pelopor pertanian organik Indonesia, sejak awal merintis pengembangan teknologi Effective Microorganisme (EM4), hasil temuan Prof. Dr Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang.
Setelah menyelesaikan program pendidikan Pascasarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang tahun 1990, pria kelahiran Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng, 9 Agustus 1961 itu pulang ke tanah air dengan mengantongi sertifikat EM sekaligus membawa lisensi untuk mendirikan pabrik EM di Indonesia.
Kondisi 32 tahun yang silam itu tidak memungkinkan untuk mengembangkan teknologi baru tanpa memiliki pabrik. Setelah pabrik EM pertama didirikan di Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat dan berproduksi dengan baik dan lancar.
Kegiatan pengembangan teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan itu diawali dengan pengenalan teknologi dan formula EM, membuat leaflet, menyebarkan brosur, membuat proyek percontohan (denplot), mengadakan diskusi melibatkan berbagai kalangan, menberikan pelatihan dan penyuluhan kepada para petani dan masyarakat luas.
Berbagai perguruan tinggi dan birokraksi di berbagai kota besar di Indonesia, sempat didatangi Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP), Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr untuk memperkenalkan teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan, namun sampai tahun 1997, upaya “top down” itu dengan berharap adanya dukungan birokrasi belum membuahkan hasil, seperti yang dituturkan Staf Ahli PT SLP, Ir. I Gusti Ketut Riksa.
Mantan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bangli, Bali itu bergabung dengan PT SLP sejak 20 tahun silam. yang didirikan oleh Dr Widi yang lebih akrab disapa Pak Oles merupakan satu-satunya di Indonesia sebagai agen tunggal yang memproduksi dan memasarkan pupuk hayati EM4 pertanian, EM4 peternakan, EM4 perikanan dan EM4 limbah yang mendapat lisensi dari EM Research Organization (EMRO) Jepang.
Terobosan baru
Ayah dua putra dan dua putri itu melakukan terobosan dan pola baru dalam memproduksi dan memasarkan EM4 ke seluruh Nusantara dengan membentuk kelompok tani, kelompok ternak, kelompok ikan dan mengajak para tokoh yang dinilai kooperatif untuk bersama-sama mengembangkan teknologi di Indonesia.
Pabrik EM yang awalnya hanya satu unit didirikan di Bojong Gede, Jawa Barat kini berkembang menjadi empat unit pabrik yang terdiri atas dua unit di Jawa dan dua unit lagi di Bali.
Terobosan yang dilakukan suami dari Ni Komang Dyah Setuti, S.Sn, N.I,Kom dalam mengembangkan teknologi EM yang dinilai berbagai kalangan memang dapat diacungi jempol, Berbagai produk olahan antara lain Minyak Oles Bokahi, minyak hebal asli Bali yang mempunyai multi khasiat untuk meringankan pegal linu, meredakan bisul, gatal dan bengkak akibat gigitan serangga serta sebagai mandi campuran rempah diproses dengan teknologi EM oleh Industri Obat Tradisional PT Karya Pak Oles Tokcer,
Produk berstandar Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta izin edar dan izin halal kini dipasarkan dan dimanfaatkan secara meluas oleh masyarakat dan konsumen di pasaran dalam dan luar negeri.
Demikian pula produk lain yang masih mengusung bokashi yakni Bokashi terapi Jasa Klinik Pijat Usada Pak Oles yang memberikan manfaat untuk memelihara dan menjaga kesehatan tubuh agar tetap prima.
Sensasi layanan bokashi terapi dengan seluruh tubuh ditanam (kecuali bagian kepala yang kelihatan ) dengan panas 50 derajat celcius yang dihasilkan dari fermentasi bahan rempah-rempah yang diproses dengan teknologi Effective Microorganisme (EM4), sensasi itu sangat disenangi wisatawan mancanegara maupun nusnatara saat menikmati liburan di Pulau Bali.
Selain itu juga pupuk organik Bokashi Kotaku dan Tanah Subur Pak Oles yang diproduksi dari bahan baku limbah organik, sampah organik dan kotoran sapi yang difermentasi dengan teknologi EM yang dapat menyuburkan tanah dan mudah diserap oleh semua akar jenis tanaman pertanian, hortikultura dan perkebunan.
Pupuk organik Bokashi Kotaku sudah dikenal dan dimanfaatkan kalangan petani dan masyarakat secara meluas. Berbagai produk turunan dari EM telah diterima dan dimanfaatkan masyarakat yang menyenangi produk organik seperti produk madu, kopi, teh herbal, masker untuk kecantikan dan produk Ramuan Pak Oles lainnya.
Lawan Arus
Dr. Wididana, putra sulung dari lima bersaudara pasangan Ketut Sudana (93 tahun) dan Luh Sriwati (91 tahun) yang keduanya kini dianugrahi kesehatan yang prima. ketika tampil sebagai pembicara utama pada Webinar mengusung tema “Bertani Murah, Meriah, Hasilnya Berlimpah” belum lama ini mengungkapkan, bahwa mengadopsi teknologi EM dari Jepang ke Indonesia tahun 1990, atau 32 tahun yang silam, kala itu melawan arus karena di Nusantara lebih mengintensifkan pertanian anorganik.
Ia kala itu merupakan satu-satunya mahasiswa Indonesia di Negeri Sakura mendapat instruksi dari Prof. Dr . Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura University Ryukyus Okinawa penemu teknologi EM, bahwa EM adalah teknologi mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan cocok diterapkan di semua negara di seluruh dunia.
Pertanian organik di Indoneia pada waktu itu belum begitu dikenal masyarakat luas, sementara pertanian anorganik yang diterapkan secara intensif menghadapi berbagai kendala dan hambatan yakni timbulnya hama penyakit tanaman, kerusakan lingkungan dan ketidak kestabilan produksi.
Pertanian anorganik juga membutuhkan biaya produksi yang semakin meningkat, biaya sektor pertanian menjadi semakin mahal sehingga petani dalam menekuni usaha pertanian itu cenderung mengalami kerugian.
Dengan tekad, kesungguhan dan keberanian Pak Oles mengadopsi teknologi EM ke Indonesia, sehingga mempunyai pilihan untuk mengelola atau mendaur ulang bahan-bahan organik menjadi pupuk organik guna mendukung pengembangan pertanian organik.
Pengalaman menggunakan teknologi EM di Indonesia selama 29 tahun menunjukkan bahwa bahan-bahan organik bisa dengan cepat menjadi pupuk organik melalui proses fermentasi EM4, sedangkan untuk tingkat dunia dikenal dengan EM1.
EM4 di Indonesia diperkenalkan sejak tahun 1993 yang dimulai dari proses pengurusan izin, penelitian, pendidikan dan pelatihan bagi para petani dan masyarakat umum tentang EM4. Bersamaan dengan itu berdiri PT Songgolangit Persada untuk memproduksi dan memasarkan EM4 pertanian, EM4 perikanan, EM4 peternakan dan EM4 limbah (mengatasi pencemaran).
Teknologi EM berkembang sangat pesat, berkat diterimanya oleh masyarakat luas tentang pembangunan dan pengembangan pertanian organik, karena teknologi EM mendukung menyukseskan pelaksanaan pertanian organik.
Indonesia dalam menggunakan teknologi EM sangat multi dimensi karena memiliki wilayah yang sangat luas, sehingga menempati posisi terdepan dalam memanfaatkan pupuk organik ramah lingkungan dibanding negara lainnya. linktr.ee/em4