Sosok pria enerjik, sehat walafiat tetap melakukan aktivitas keseharian di “usia senjanya” berkat mengkonsumsi bahan makanan hasil pertanian organik yang diusahakannya sendiri di pekarangan rumah dengan sentuhan teknologi Effective Microorganisme (EM4).
Ir. Gusti Ketut Riksa (79 tahun), pria kelahiran Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali utara tepatnya 24 Nopember 1943 sejak aktif sebagai pegawai negeri (PNS), jabatan terakhir sebelum purnabakti adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bangli (1988-1998) telah menerapkan makanan vegetarian.
Suami dari Jero Riksuini (66), tahun 1995 atau tiga tahun menjelang pensiun mendapat rekomendasi dari Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil (P4K) dan atas persetujuan Pemerintah Kabupaten Bangli untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan tentang EM4 di Saraburi, Bangkok yang mewilayahi Asia Fasifik.
Setelah mendapat ilmu baru tentang EM4 yang ditemukan Prof Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura Univeritas Ryukyus Okinawa, Jepang, ayah dari empat putra-putri itu langsung memberikan penyuluhan dan membuat bokashi dengan Teknologi EM untuk para petani di Kabupaten Bangli.
Semua Petugas Penyuluhan Lapangan (PPL) Pertanian di wilayah Kabupaten Bangli diperintahkan untuk membuat pupuk bokashi padat. Upaya tersebut mendapat dukungan dana APBD untuk sektor pertanian di Kabupaten Bangli.
Pupuk organik bokashi padat dengan memanfaatkan semua pupuk kandang di wilayah Kabupaten Bangli dimanfaatkkan untuk pemupukan proyek percontohan (denlot) tanaman padi dan palawija dengan teknologi EM.
Bangli saat itu merupakan yang pertama menerapkan pupuk ramah lingkungan hingga sekarang masih terus diterapkan untuk tanaman hortikultura, khususnya tanaman jeruk di kawasan Kintamani yang buahnya dikenal manis dan ukurannya besar-besar, tutur Gusti Ketut Riksayang kini menjabat sebagai Staf Ahli PT Songgolangit Persada, yang satu-satu mendapat lisensi dari EMRO Jepang untuk memproduksi EM4 di Indonesia. linktr.ee/pakolescom #EM4 #songgolangit persada