Stah ahli PT. Songgolangit Persada Ir. I Gusti Ketut Riksa sedang mengkonsumsi talas yang dibudidaya secara organik menggunakan EM4.

Sosok pria enerjik, yang usianya sudah “senja” yakni mencapai 78 tahun, namun masih sanggup melakoni dengan senang hati pertanian perkotaan lahan sempit, di pekarangan rumah, untuk menghasilkan bahan pangan kebutuhan keluarga sehari-hari.

Ir. I Gusti Ketut Riksa, kesehariannya adalah Staf Ahli PT Songgolangit Persada, sebuah perusahaan swasta nasional yang didirikan oleh Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, agen tunggal satu-satunya di Indonesia untuk memproduksi dan memasarkan Effective Microorganisms (EM) ke seluruh daerah di Indonesia yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.

Suami Jero Riksuini dengan kegigihannya di waktu luang mengembangkan berbagai jenis sayur mayur keperluan dapur sehari-hari, aneka jenis tanaman buah-buahan yang dikonsumsi untuk keperluan kelaurga.

Ayah dari empat putra-putri , pensiunan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bangli itu, mengaku hampir setiap minggu menyemprokan cairan EM4 ke lahan kebun yang menyatu dengan pekarangan rumah seluas  500 meter pesegi (lima are).

Penyemprotan EM dengan harapan pekarangan rumah yang menyatu dengan kebun, kandang ternak, ikan dalam berbagai jenis yang tersebar dalam puluhan aquarium terhindar dari serangan penyakit.

Penyemprotan EM itu sangat penting, karena anggota keluarga sering kali mengkonsumsi sayur, mentimun, tomat mentah yang dipetik dari kebun menjelang makan.

Berkat selalu menggunakan EM dalam aktivitas pertanian perkotaan, mempunyai pengalaman menanam mentimun dengan hasil yang sangat bagus, kontan saja buah pertamanya saya ikat dengan tali rafiah sebagai tanda agar jangan dipanen untuk konsumsi, tapi untuk menjadi sumber bibit.

Ia mengaku selama dua minggu menu makanannya selalu berisi mentimun, baik yang mentah, direbus maupun diolah menjadi sayur.

Buah yang disisakan untuk bibit setelah tua besarnya luar biasa, daging buahnya sangat tebal. Saya pikir jenisnya sama saja seperti memtimun biasa hanya saja saya perlakukan secara khusus, yakni diberikan pupuk dasar “Bokashi Kotaku” agak banyak kurang lebih seperempat kampil identik dengan delapan kilogram.

Dibuatkan para-para dan setiap minggu disiram dua sampai tiga kali dengan Bokashi cair dari kotoran dan kencing kelinci yang sudah difermentasi dengan EM aktif.

Buah mentimun yang dijadikan bibit itu menakjubkan, karena buahnya  sangat besar, setelah saya potong ternyata di dalamnya tanpa rongga penuh dengan daging buah, rasa buah kenyal, namun setelah disayur dengan bumbu Bali yang berisi santan sangat sesuai dengan cita rasa, tentu saja tanaman ini 100% organik.

Besarnya buah, ketebalan daging buah beserta kecepatan tumbuhnya kira-kira tidak terlepas dari pengaruh pupuk Bokashi Kotaku serta penyiraman pupuk cair kencing kelinci yang sudah difermentasi dengan EM aktif.

Ingatlah bahwa bertani dengan pemupukan dan penyiraman bokashi padat dan cair bukan saja untuk tanaman, juga memberikan kekebalan dan kesehatan serta dapat mengurangi pencemaran lingkungan, ujar Gusti Riksa.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini