Pertanian Organik Berbasis EM-Lahan Jadi Subur Pertanian Berkelanjutan

0
133
Ir. I Gusti Ketut Riksa (depan) mengamati seorang petani yang sedang membuat pupuk organik cair menggunakan EM4 untuk tanaman jeruk di kawasan Kintamani, Bangli.

Kehidupan sebagai seorang petani ibarat bekerja keras di bawah terik matahari maupun kucuran air saat terjadi hujan dengan dengan hasil yang sangat minim, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa ada yang ditabung.

Meskipun demikian kehidupan sebagai seorang petani yang diwarisi secara turun temurun justru dilandasi dengan senang hati dan gembira sambil menunggu panen tiba.

“Jangan salah, hidup sebagai seorang petani adalah kehidupan yang memberikan berkah atau ‘mesari dari Tuhan Yang Maha Esa yang diperoleh petani untuk menghidupi keluarganya melalui berbagai pengorbanan dan kerja keras,” tutur Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa, sosok pria enerjik yang kini berusia 80 tahun.

Sosok pria melahiran Alas Angker, Kabupaten Buleleng adalah mantan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bangli yang telah memasuki purnabakti sejak tahun 2002 atau 22 tahun yang silam tetap menekuni pertanian organik di sekitar pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga.

Ia yang juga instruktur Effective Microorganisms (EM4) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali di Desa Bengkel, menekankan bekerja sebagai petani, mulai dari mengolah kotoran sapi untuk pupuk organik, bekerja mencangkul berjemur di panas matahari, mengolah lahan sampai panen tiba.

Semua pekerjaan berat yang dilakoni petani dengan senang hati dan tulus ikhlas tanpa keberatan dengan penuh pertimbangan, seperti itu, konon energi ilahi tercurah kepada petani, hingga menciptakan produk pangan aman untuk kesehatan dan meningkatkan umur harapan hidup dari tidak ada menjadi ada guna menghidupi semua makluk hidup.

Sebaliknya hidup dari hasil pangan industri dinilai kurang “mesari” dibandingkan bertani, karena sebagian tenaga yang dimanfaatkan untuk menghidupi keluarga merupakan tenaga mesin, bukan sepenuhnya hasil keringat sendiri, tutur Gusti Ketut Riksa.

Semua Tanaman Tumbuh Subur

Ia mencontohkan, kawasan hutan yang belum dijamah kehidupan manusia, semua jenis tanaman bisa tumbuh subur, tanaman tinggi dan rendah sama-sama berbagi sinar matahari, karena yang tinggi berdaun sempit yang rendah seperti pisang dan keladi berdaun lebar.

Demikian pula yang kecil melilit pada pohon yang besar untuk menumpang memperoleh sinar matahari sehingga semua bisa sama-sama hidup. Daun yang berguguran diolah mikroba untuk menjadi nutrisi yang sangat bermanfaat bagi tanaman.

Meskipun tanaman dalam kawasan hutan tidak pernah dipupuk dan tidak pernah disemprot hama, namun tetap tumbuh subur, karena organik alami akan tetap lestari, yakni selamanya lahan itu subur.

Demikian pula pengembangan pertanian organik berbasis Effective Microorganisms (EM) menjadikan lahan sawah, kebun dan kehutanan selamanya tetap subur menghasilkan bahan pangan melimpah memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang cenderung semakin meningkat.

Lahan pertanian yang terawat secara baik kesuburannya terpelihara berkat menggunakan bahan organik kaya akan sumber hidup (Bokashi) hasil fermentasi sentuhan EM itu sangat baik untuk diwariskan kepada anak dan cucu. Pengembangan pertanian organik selalu memperoleh keuntungan yakni pangan yang sehat kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi dengan baik, kelestarian lingkungan dapat terpelihara, sekaligus penting bagi kesehatan dan kehidupan umat manusia beserta makluk hidup lainnya.

Sesungguhnya manusia, hewan dan tanaman memerlukan EM untuk kelangsungan hidupnya masing-masing. Sedangkan air kebanyakan orang menganggapnya sebagai benda mati, ternyata air bisa mengenal lingkungan sekitarnya dan dapat memberikan reaksi terhadap aksi yang ditujukan kepadanya (air), seperti temuan seorang ahli dari Jepang bernama Masaru Emoto, tutur Gusti Ketut Riksa.

Oleh sebab itu manusia akan memahami bahwa pertanian itu seharusnyalah organik kerena pertanian ramah lingkungan itu langgeng, bebas dari polusi, mampu meningkatkan produksi kualitas, kuantitasnya, dan menjamin memenuhi kebutuhan pangan dunia.
Yang penting petani mau bekerja dan fokus terhadap pengembangan pertanian organik akan mampu menekan biaya operasional, karena semua sarana dan prasarana pendukung dapat dibuat sendiri, dari bahan-bahan organik yang ada di lingkungan sekitarnya kecuali EM4 dapat dibeli di kios pertanian setempat dengan harga yang terjangkau.

Buat Pupuk Organik Sentuhan EM

Gusti Ketut Riksa menjelaskan, dengan sentuhan EM, semua petani dimanapun berada mampu membuat pupuk organik Bahan organik kaya akan sumber hidup (Bokashi) secara murah, mudah dan cepat memanfaatkan bahan baku sampah dan limbah organik dengan sentuhan pupuk hayati Effective Microorganisms4 (EM4).

Membuat pupuk ramah lingkungan itu dapat dilakukan di mana saja, baik di gudang, halaman rumah, di tegalan atau di sawah.
kumpulkan bahan organik sebanyak mungkin meliputi sampah organik, sampah rumah tangga, sampah dapur, serbuk kayu gergajian, sekam padi serasah dan kotoran hewan.

Semua bahan tersebut ditumpuk bercampur ditaburi dengan sedikit dedak lalu siram dengan EM yang telah diencerkan dengan setiap 10 cc EM per liter air hingga kelembaban mencapai sekitar 35 persen-40 persen kemudian ditutup dengan terpal.
Hanya dengan fermentasi selama dua minggu, semua bahan organik akan menjadi pupuk bokashi yang siap ditaburkan di lahan persawahan. Setelah menaburkan bokashi barulah lahan dibajak, digaru seperti biasanya.

Membuat bokashi langsung di atas lahan sawah, setelah panen langsung babad jerami sampai dipangkalnya, tambahkan lagi dengan serasah lainnya seperti rabasan rerumputan, sampah-sampah organik, serbuk kayu bekas gergajian , sekam padi dan kotoran hewan semakin banyak lebih bagus.

Taburkan bokashi dua ton per hektar secara merata selanjutnya genangi lahan sawah dengan air irigasi yang ditambah dengan 100 literEM aktif, yang berasal dari lima liter EM asli.
Biarkan genangan itu selama tiga minggu, semua bahan organik akan menjadi lumat, setelah itu baru dibajak seperti biasa dilakukan, bahan organik bercampur dengan lahan olah.

Tuangkan bokashi cair pasca tanam padi. Bokashi cair adalah pupuk cair yang dibuat dari kotoran hewan yang diencerkan dengan air, selanjutnya difermentasi dengan EM, disiram pada lahan sawah yang telah ditanami padi dan digenangi air irigasi.
Berikut penuangan bokashi cair yang dapat mempercepat menyuburkan lahan sawah. Siapkan drum plastik yang bervolume 100 liter, masukkan kotoran sapi atau ayam maupun kambing ke dalam drum sebanyak 30 kg atau 30 persen dari volume wadah.

Setelah itu masukkan juga tiga liter EM, tiga liter molase, lalu isi drum air sampai penuh. Campuran adonan itu diaduk merata selama 5 menit lalu ditutup dengan plastik dan diikat tali. Lakukan pengadukan selama 3-4 hari, setiap hari selama tiga menit terus tutup kembali dengan plastik.

Selama sepuluh hari adonan itu difermentasi telah menghasilkan 100 liter pupuk bokashi cair yang cukup untuk memupuk tanaman padi di sawah seluas satu hektar. Tuangkan bokashi cairan itu disetiap petakan sawah melalui kuakan pematang tempat air masuk.
Lakukan pembuatan dan penyiraman dengan cara yang sama sebanyak 8 kali selama 90 hari umur padi sehingga akan memperoleh percepatan kesuburan lahan sawah dengan cara yang mudah dan murah.

Luangkan waktu yang tiga minggu untuk pembuatan bokashi di lahan sawah dan luangkan juga waktu untuk mengumpulkan bahan organik sebanyak-banyaknya sesuai kemampuan. Semua pengorbanan waktu dan tenaga yang dilakukan akan memberikan kesejahteraan di kemudian hari.

Setelah tiga kali musim tanam diperlakukan dengan cara yang sama akan terjadi perubahan yang sangat nyata tentang kesuburan tanah yang dicirikan dengan lahan olah yang semakin dalam, sehingga pematang sawah harus ditinggikan, kandungan bahan organik bertambah, kandungan udara dalam tanah juga meningkat, tanah semakin kuat untuk memegang air, fisik, kimia dan biologi tanah secara keseluruhan juga membaik.

Binatang sawah seperti belauk, kecueng, kelipes, kecucutan dan larfa capung lainnya muncul dan turut berkembang dengan baik, capung juga beterbangan semakin banyak di atas sawah.

Semua itu menjadikan masyarakat luas dapat mengkonsumsi beras organik, bebas kimia dan bernutrisi tinggi. Sapi, kerbau dan kambing yang makan jeraminya akan menjadi lebih sehat, semua makluk akan hidup sehat dan berbahagia sekaligus pertanian dan lahan pertanian di Indonesia selamat dari kehancuran.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini