Vegetarian adalah gaya hidup dengan menerapkan pola makan tanpa mengkonsumsi menu berasal dari hewan seperti daging sapi, kambing, daging unggas, makanan laut yakni ikan, kerang-kerangan beserta produk turunannya.
Warung makan dan restoran yang menawarkan menu vegetarian kini bertebaran di berbagai sudut, jalan-jalan di Kota Denpasar, dan sekitarnya. Hal itu mereka lakoni, dengan alasan kesehatan , kesejahteraan hewan, pengaruh keluarga, peduli terhadap lingkungan dan berbagai alasan lainnya yang cendrung semakin banyak melakoninya, bahkan lintas generasi.
“Selama 20 tahun terakhir disadari atau tidak telah terjadi banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan yang mengarah untuk kemajuan, namun juga terbias pada kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19,” kata Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa (80) yang juga seorang vegetarian, yang secara khusus menggeluti pertanian organik guna menghasilkan bahan pangan yang aman untuk keluarga.
Semua krisis berakibat pada perubahan pola hidup, terutama bagi masyarakat yang tinggal dan hidup di kota-kota besar. Sebaliknya perubahan pola makan juga memicu merebaknya berbagai krisis sehingga terbias negatif pada sendi-sendi kehidupan.
Ir. Gusti Ketut Riksa, mantan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bangli, yang kini juga Instruktur Effective Microorganisms (EM) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali menambahkan, Mokichi Okada, pelopor pertanian organik di Jepang mampu sembuh dari penyakitnya berkat vegetarian.
Mokichi Okada yang juga dikenal sebagai pemimpin rohani (Meishu Sama) yang dihormati dan memiliki banyak pengikut mengajarkan bahwa, setiap orang memiliki tubuh rohani yang berintegrasi dengan tubuh jasmani. Dengan membersihkan tubuh rohani juga dapat membersihkan tubuh jasmani.
Mokichi Okada hingga umur setengah baya menderita berbagai penyakit seperti penyakit mata, tenggorokan, paru-paru, demam dan tipus, namun akhirnya mampu menyembuhkan sakitnya sendiri dengan berpantangan mengkonsumsi daging dan hanya mengkonsumsi hasil pertanian ramah lingkungan yang dipeloporinya.
Hasil pertanian akrab lingkungan diyakninya mampu menghasilkan bahan makanan sehat dan bersih yang dapat meningkatkan getaran rohani ke tingkat yang lebih tinggi. Mokichi Okada bersama JL Rodale kemudian tahun 1942 mengeluarkan konsep tentang tanah sehat. Mereka mengungkapkan sebagai akibat dari penggunaan pupuk kimia, tanah pertanian telah menjadi hamparan lahan-lahan pertanian yang sakit.
Bagi mereka hanya tanah yang sehat dapat menumbuhkan tanaman yang sehat, hanya tanaman yang sehat mampu memberikan kesehatan kepada manusia dan hewan. Seiring perjalan waktu kesimpulan Mokichi Okada bersama JL Rodale menjadi sebuah bukti kebenaran.
Berkat Faktor Kesehatan
Gusti Ketut Riksa mengutif pendapat Dada Shiilabhadrananda (2010) menyebutkan, bahwa sejumlah alasan memilih vegetarian berkat faktor kesehatan (48 persen), kesejahteraan hewan (15 persen), pengaruh keluarga (12 persen), alasan etis ( 5 persen), peduli lingkungan 4 persen) dan alasan lain (9 persen).
Vegetarian dipopulerkan oleh The Vegetarian Society of The United Kongdom (masyarakat Vegetarian Inggris) tahun 1847. Secara khusus mereka mengartikan vegetarian sebagai kumpulan orang-orang yang bertujuan untuk menghindari makan daging merah dan makan berdaging.
Saat ini terdapat beberapa katagori vegetarian pertama Lakti Ovo Vetetarian yakni mereka yang mengkonsumsi produk susu dan telur. Kedua Lakto vegetarian yakni mereka yang makan produk susu namun menghindari telur.
Ketiga vegan (vee-gan) mereka tidak makan telur dan juga susu. Kelompok vegan hanya makan biji-bijian, polong-polongan, buah dan sayur. Keempat frutarian yakni mereka yang hanya mengkonsumsi buah-buahan saja dan kelima flexitarian (semi vegetarian) yakni mereka mengikuti diet nabati, namun kadang-kadang makan daging, ikan, telur dan susu serba sedikit.
Keenam “raw foodist” yakni kelompok masyarakat yang menyerupai vegan, namun makanannya tidak dimasak (makan makanan mentah). Dari sudut pandang yoga, menurut Gusti Ketut Riksa, manusia selalu berada dalam daya-daya alam termasuk di dalamnya makanan.
Pada intinya orang-orang yang mengikuti yoga menganut tiga prinsip dasar, pertama prinsip satvika yakni prinsip yang paling halus berkaitan dengan kesadaran, kemurnian, kebahagiaan, kehalusan rasa dan kecerahan.
Kedua prinsip Rajasika yakni sifat yang berkaitan dengan perubahan, pertumbuhan, gerakan, kegelisahan dan kegiatan.
Ketiga prinsip Tamasika (statis) yang berkaitan dengan kelayuan, kemerosotan, kebodohan, kemelasan dan kelambanan. Makanan satvik menurut Dada Shiilabhadrananda sangat baik untuk kesehatan dan pikiran, menumbuhkan perasaan cinta dalam diri untuk mencapai mental yang lebih tinggi seperti meditasi, kesenian dan musik yang lebih halus.
Hal itu akan membawa kedamaian, ketenangan pikiran, membuat menjadi lebih peka, lembut, lebih menyadari kebutuhan orang lain, pengendalian diri dan keseimbangan mental.
Beberapa contoh makanan satvik antara lain biji-bijian, polong-polongan, sayur mayur, buah-buahan, kacang-kacangan. Selain itu produk susu, susu segar, mentega, keju, bumbu-bumbuan ringan pemanis alami dan minuman herbal, tutur Gusti Riksa.https://linktr.ee/em4