Kegigihan Agung Rai Wujudkan Arma Sebagai “ Living” Museum

0
47
Putu Suasta (kiri) menulis buku berjudul “Gung Rai Sang Mumpuni” khusus dipersembahkan kepada Anak Agung Gede Rai.

Bagi pencinta seni lukis di Indonesia maupun mancanegara tentu pasti mengenal Museum Seni Agung Rai (Arma), sebuah museum swasta yang berdiri megah di Desa Peliatan, Perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro pada 9 Juni 1996, atau 26 tahun yang silam.

Museum yang dibangun di atas hamparan seluas tiga hektar itu dilengkapi dengan sarana pendukung yang memadai, memiliki ratusan koleksi lukisan yang ditata secara apik dalam tiga unit bangunan utama, mulai dari pajangan lukisan gaya klasik hingga gaya modern, sekaligus dapat memaparkan perkembangan seni lukis di Pulau Dewataa.

Gagasan Agung Rai mendirikan Museum Arma dilandasi atas kehidupan yang berkecimpung dalam dunia seni, khususnya seni lukis yang semakin hari, bulan dan tahun banyak tercurah pada kecintaan terhadap dunia seni.

Alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan Cornell University Amerika Serikat, Putu Suasta menulis buku berjudul “Gung Rai Sang Mumpuni” khusus dipersembahkan kepada Anak Agung Gede Rai yang akrab disapa Agung Rai yang sukses mewujudkan Arma sebagai Living Museum.

Karya buku yang digarap Putu Suasta selama hampir setahun itu dipersembahkan serangkaian memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Museum Arma.
Sosok Agung Rai yang pernah sukses dalam bisnis lukisan di era berkembang pesatnya sektor pariwisata di Bali telah bertekad, keuntungan yang diperoleh dari dunia seni lukis diupayakan untuk mengoleksi lukisan yang keberadaannya saling terkait dan melengkapi satu sama lain diantara koleksi museum yang ada.

Untuk itu Museum Arma dibangun di atas hamparan lahan yang luas, awalnya disela-sela persawahan yang menghijau hingga kini tidak hanya mengoleksi karya seni seniman Bali, namun juga seniman dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara.

Lukisan koleksi Museum Arma antara lain karya Rudolf Bonnet, Arie Smith, Le Mayeur, Antonio Blanco dan sejumlah seniman mancanegara lainnya yang mendapat inspirasi dari keindahan fanorama alam dan keunikan seni budaya Bali.linktr.ee/pakolescom #pakoles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini