Budidaya cacing dilakukan oleh warga sebagai salah satu upaya mengatasi sampah dapur, sekaligus sebagai tambahan penghasilan.

Keberhasilan melakukan budidaya cacing tanah (Lumbricus Rubellus) dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya sarang atau media cacing. Media Cacing sebagai tempat hidup cacing. sebisa mungkin dibuat seperti habitat cacing, sehingga hewan berlendir betah, nyaman dan bisa berkembang biak dengan baik.

Hal tersebut diungkapkan oleh zakky Husein dari PT.Songgolangit Persada (SLP) pada kegiatan sosialisasi pembuatan media cacing dengan teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4) di lingkungan Rt.09 /Rw.05 Koja, Rawabadak Selatan, Jakarta Utara. Tim SLP diundang oleh warga untuk mengajarkan budidaya cacing, terutama pembuatan media cacing Bokashi.

Budidaya cacing dilakukan oleh warga sebagai salah satu upaya mengatasi sampah dapur, sekaligus sebagai tambahan penghasilan. Tiap rumah rata-rata dalam sehari menghasilkan setengah kilogram sampah dapur, dalam satu RT terdiri atas 200 KK, Dalam satu hari sebanyak seratus kilogram sampah bisa dihasilkan. Jika satu bulan, berapa ton sampah dapur terbuang dan mencemari lingkungan.

“Jika sampah ini diberdayakan, berapa ton sampah kita bisa kurangi, ini sangat membantu mengatasi sampah, selain kompos, budidaya cacing juga dapat menjadi tambahan bagi warga dari pengolahan sampah ,” terang Sumarno (35), warga yang tinggal di Jl. Alur Koja, Jakarta Utara.

Budidaya cacing menjadi fokus kegiatan, selain pemaparan secara teori warga diajarkan praktek media cacing Bokashi. Bahan digunakan adalah limbah dapur berupa sisa sayuran, seperti kol, daun bawang, kulit bawang, sisa nasi, air leri dan sebagainya, melalui bantuan Effective Microorganisms 4 ( EM4), bahan tersebut diubah menjadi media cacing Bokashi.

Pada kegiatan tersebut, peserta juga diajarkan mengenai membuat pakan fermentasi cacing, pembuatannya cukup mudah. Limbah dapur cukup disemprot dengan EM4 aktif (EM4 yang telah dicampur molase).

Selanjutnya, masukan adukan makanan tersebut ke dalam kantong plastik kresek. Setelah tiga hari, pakan fermentasi bisa diberikan pada cacing. Pakan cacing fermentasi merupakan pakan terbaik untuk cacing, pakan fermentasi lebih lunak dan mudah di cerna oleh cacing, penyerapan makan oleh usus lebih sempurna, cacing cepat besar dan berkembang biak. pembuatan pakan ini juga murah dan bahan-bahannya merupakan limbah organik yang dapat dengan mudah ditemukan disekitar kita.

Dari budidya cacing, peternak dapat memperoleh dua keuntungan, pertama dari cacing dan cascing (kotoran cacing). Dengan cacing 1 kg, setiap 24 jam cacing dapat memproses makan sebanyak beratnya, yaitu sebanyak satu kg kotoran (kascing).
Wadah media cacing berisi rata-rata beratnya 15 kg, media ini akan jadi kompos selama 15 hari, Dua minggu sekali dari satu wadah bisa panen kascing sebanyak 15 kilogram.

“Kalau sepuluh wadah saja sudah ketahuan berapa yang diperoleh, belum dari jualan cacing, biaya produksi murah, bahan dan pakan cacing bisa diperoleh dari limbah dapur dan sampah organik,” terang Sumarno
Pelatihan diikuti 60 perserta, terdiri dari perwakilan karang taruna, PKK, Penggiat sampah serta pengelola bank sampah di wilayah Jakarta Utara.

Perserta senang dapat belajar budidaya cacing. Budiaya cacing akan digiatkan di Rt/Rw guna menambah penghasilan warga, dan membantu pemerintah dalam upaya mengatasi sampah.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini