Mahasiswa KKN Alternatif 91 UAD Unit I.B.2 sukses saat menggelar sosialisasi “Pembuatan Pupuk Organik”.

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Alternatif 91 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Unit I.B.2 sukses menggelar sosialisasi “Pembuatan Pupuk Organik” di Serambi Masjid RK Sudagaran, Tegalrejo, Yogyakarta. Tim yang dibimbing oleh Sulistyawati Suyanto, S.Si, M.P.H., Ph.D. ini melihat keresahan masyarakat mengenai penumpukan sampah, terutama di sudut-sudut Kota Yogyakarta.

Darurat sampah tersebut merupakan buntut dari penutupan tempat pembuangan akhir (TPA) Piyungan beberapa waktu yang lalu. Namun, dilansir dari kompas.id, banyaknya pembuangan liar dan sampah yang berserakan di sekitar jalan-jalan utama kota membuat pemerintah membuka kembali TPA Piyungan sebagai upaya darurat semata.

Oleh karena itu, seiring dengan meningkatnya volume sampah, KKN I.B.2 mengajak masyarakat memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk. Inovasi ini tak hanya membantu mengurangi sampah, tetapi juga sebagai alternatif pupuk yang ramah lingkungan.

Kegiatan yang dihadiri oleh tokoh dan warga dari masing-masing RT di RW 7 Tegalrejo ini dimulai dengan edukasi mengenai jenis-jenis sampah dan masalah-masalah yang diakibatkan. Selain itu, disampaikan pula urgensi mengenai pengelolaan sampah sehingga masing-masing peserta mencoba membuat pupuk dari sampah.

Inovasi pupuk dari sampah tersebut menggunakan bahan dan alat yang mudah dijangkau seperti sampah organik, tanah, bioaktivator EM4, air gula, kapur, serta toples. Sampah organik yang digunakan dapat berupa kertas, cangkang telur, sisa makanan, dan sebagainya. Seperti yang diulas website news.uad.ac.id

“Cara membuat pupuk dari sampah ini cukup sederhana. Toples yang telah disediakan diisi dengan tanah yang dibasahi dengan sedikit air. Setelah diratakan, tanah ditutup dengan sampah dan disiram dengan air gula. Kemudian, tutup kembali dengan tanah dan beri cairan EM4. Pupuk dapat dipanen setelah satu bulan penyimpanan,” terang Jeffry, mahasiswa KKN.

Sampah merupakan masalah bersama. Pemerintah dan masyarakat perlu berkolaborasi dalam penanganannya, baik melalui edukasi yang hilirnya adalah kesadaran bersama, budaya 3R (reuse, reduce, recycle), hingga inovasi.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini