Staf Ahli: Pertanian Tanpa Bahan Organik Tidak Berhasil

0
83
I Gusti Ketut Riksa menunjukkan tanaman jeruk yang berbuah lebat, buah besar dan memiliki rasa manis dengan perlakuan EM4.

Dalam pembangunan pertanian, tanpa diimbangi bahan organik, peningkatan produksi pertanian dengan teknologi kimia tidak akan berhasil, karena yang diberikan kepada tanah dan tanaman hanya sebagian kecil dari jenis nutrisi yang diperlukan untuk hidup sehat.

“Bahkan sebelum tahun 1935 Mokichi Okada telah mengingatkan umat manusia tentang bahaya bahan kimia di dunia pertanian,” kata Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa yang juga Instruktur Effective Microorganisms 4 (EM4) Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali di Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng.

Dr. Teruo Higa dari University of The Yukyus Okinawa, Jepang mulai mengadakan penelitian tentang mikroorganisms dibantu para mahasiswa yang sedang kuliah di perguruan tinggi tersebut.

Prof Higa tahun 1980 merekapitulasi hasil penelitian yang dilakukan selama 12 tahun lamanya di laboratorium dan kaji terap di lapangan selama dua tahun dan semua hasil penelitian diperkenalkan kepada para peneliti dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA).

Temuan Prof Higa tentang EM sebagai sebuah teknologi yang bisa mengarah dan menunjukkan pada berbagai dampak yang positif. Upaya dan kerja keras Prof Higa berbuah manis karena “Report dan Recommendation USDA” memberikan lampu hijau kepada seluruh dunia untuk menerapkan teknologi EM.

EM adalah teknologi budidaya pertanian untuk meningkatkan kesehatan, kesuburan tanah dan tanaman, dengan menggunakan mikroorganisme yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

EM merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan yang bermanfaat bagi kesuburan tanah, pertumbuhanan dan produksi tanaman serta ramah lingkungan.

EM mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari bakteri Asam Laktat (Lactobacillus Sp), Bakteri Fotosentetik (Rhodopseudomonas Sp),Actinomycetes Sp, Streptomyces SP dan Yeast (ragi) dan Jamur pengurai selulose, untuk memfermentasi bahan organik tanah menjadi senyawa organik yang mudah diserap oleh akar tanaman.

Teknologi EM ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang, dan telah diterapkan secara luas di negara-negara lain di seluruh dunia, seperti Amerika, Brasil, Taiwan, Korea Selatan, Thailand, Srilanka, India, Pakistan, Selandia Baru, Australia dan lain-lain.

Selain untuk pertanian di Indonesia yang diproduksi PT Songgolangit, agen tunggal yang satu-satunya memproduksi dan pemasarkan EM ke seluruh Provinsi di Indonesia yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang, juga memproduksi EM4 Peternakan, EM4 Perikanan dan EM4 Pengolahan Limbah dan Toilet, tutur I Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini