
Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa mengingatkan masyarakat luas, khususnya para petani yang bergelut dalam sektor pertanian dapat menyadari untuk mengusahakan lahan garapannya secara organik, karena itulah yang langgeng bebas dari polusi kimia berbahaya.
“Hanya tanah yang sehat dapat menumbuhkan tanaman yang subur, tanaman tumbuh sehat dan mampu memberikan kehidupan yang sehat kepada umat manusia dan hewan,” kata Ir. Gusti Ketut Riksa yang juga Instruktur Effective Microorganisms (EM) Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.
EM adalah teknologi yang mudah, murah, hemat energi dan ramah lingkungan dan berkelanjutan dari Jepang hasil temuan Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang Hortikultura Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang.
Pertanian organik berbasis EM mampu menghasilkan bahan pangan yang aman, nyaman untuk kesehatan meningkatkan umur harapan hidup, sekaligus meningkatkan kualitas dan produksi serta mudah dilaksanakan oleh semua orang dalam menjamin memenuhi pangan dunia.
Lebih-lebih hal itu dibarengi dengan kemampuan menghijaukan tanah-tanah tandus dan gurun yang luasnya tidak terhitung untuk menjadi lahan yang mampu menghasilkan bahan pangan. Hal itu sekaligus menjawab keluhan para petani untuk mendapatkan sertifikat organik menbutuhkan biaya besar, apalagi petani biasanya mengusahakan banyak jenis komoditas tanaman.
“Hal itu tentu biaya sertifikat tidak sebanding dengan produksi yang diperolehnya. Meskipun pernyataan ini ada benarnya lakukan saja pertanian organik, karena dalam jangka panjang pertanian organik akan mendatangkan banyak keuntungan,” katanya.
Keuntungan itu antara lain lahan garapan selamanya tetap akan subur sehingga baik untuk diwariskan kepada generasi berikutnya (keturunan), produksinya sehat dikonsumsi lahir batin, lama-kelamaan akan mendapat pelanggan tetap.
Asalkan mau bekerja pertanian organik berbasis EM sebenarnya murah dan sangat terjangkau karena semua sarananya dapat dibuat sendiri, tidak perlu membeli, tidak menunggu pasokan kimiawi. Sektor pertanian pun belajar untuk mandiri, tutur Gusti Ketut Riksa yang telah menerapkan pertanian organik berbasis EM di pekarangan rumah, khusus untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga.https://linktr.ee/em4