Air Limbah Perlakuan EM Sukseskan Pertanian Organik

0
112
Direktur Utama PT Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Nghurah Wididana, M.Agr. menunjukkan produk EM4 yang diaplikasikan pada bidang pertanian, perternakan, perikanan dan pengolahan limbah.

Kalangan Milenial mulai tertarik menggeluti pengembangan pertanian organik untuk menghasilkan bahan pangan yang aman, nyaman untuk kesehatan dan meningkatkan umur harapan hidup.

Kehidupan modern diharapkan tetap hidup dan berkembang didukung pertanian organik berbasis Effective Microorganisme (EM) yakni teknologi yang mudah, murah hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Jika pembangunan bidang pertanian mandeg, tidak lancar, mati, atau sakit, maka kehidupan modern akan ikut kena dampaknya menjadi ”sakit atau mati”, karena dari pertanianlah mampu menghasilkan bahan pangan (makanan), oksigen, kelestarian lingkungan, ketersediaan air, serta Kesehatan tanah, air dan udara bisa terpelihara dengan baik dan berkesinambungan.

“Masyarakat modern, khususnya kalangan milenial telah menyadari hal itu, maka pengembangan pertanian organik dan lingkungan akan tetap terpelihara kelangsungannya oleh masyarakat modern, tanpa meragukannya lagi.” Tutur Pakar dan Pelopor Pertanian Organik Indonesia, Dr. Ir. Gede Nghurah Wididana, M.Agr.

Sosok pria enerjik alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang yang juga Direktur Utama PT Songgolangit Persada, agen tunggal yang memproduksi dan memasarkan Effective Microorganisms (EM) di Indonesia yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.

Suami dari Nyonya Komang Dyah Setuti, S.Sn.,M.I. Kom, yang karuniai dua putra dan dua putri serta sejumlah cucu dari putra-putrinya yang telah membentuk rumah tangga itu mempunyai visi/misi besar membangun pabrik pupuk organik berbasis EM di Indonesia, pada tahun 1990 atau 33 tahun silam yang saat itu baru menyelesaikan pendidikan program pasca sarjana (S-2) di Jepang.

Berkat kerja keras, kreatif, dedikasi, pengabdian serta menjalin komunikasi yang intensif dengan Prof. Dr. Teruo Higa, penemu teknologi EM sekaligus dosen di perguruan tinggi tempat menuntut ilmu, akhirnya menjadi agen tunggal untuk memproduksi dan memasarkan EM4 pertanian, perikanan, peternakan dan pengolahan limbah ke seluruh daerah di Nusantara dari Sabang sampai Meraoke.

Pabrik EM yang awalnya hanya satu unit didirikan di Bojong Gede, Jawa Barat kini berkembang menjadi empat unit pabrik yang terdiri atas dua unit di Jawa dan dua unit lagi di Bali yakni di Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng dan Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan.

Bahkan semua pabrik tersebut yang siap mengantisipasi peluang meningkatnya permintaan pupuk organik dari petani dan masyarakat luas di Indonesia untuk mengintensifkan pengembangkan pertanian organik berbasis EM di Indonesia.

Air limbah sentuhan EM dukung pertanian Organik
Dr. Wididana menuturkan, gedung perpustakaan Gushikawa, Okinawa, Jepang setiap hari kerja mendapat kunjungan lebih dari 500 orang dan Sabtu-Minggu hanya sekitar 100 orang menjadikan air limbah di peturasan (toilet) dan air pembuangan lainnya menimbulkan bau dan pulusi.

Pengelola gedung untuk mengurangi masalah polusi air melakukan dengan memberikan sentuhan terhadap Effective Microorganisme (EM) yakni teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan hasil temuan Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar University of The Ryukyus Okinawa, Jepang.

Di gedung fasilitas umum yang selalu ramai pengunjung itu terdapat tiga unit tangki, yakni tangki penampungan pertama, tangki perlakuan EM dan tangki terakhir yang mengumpulkan air limbah yang disaring. 

Penelitian tersebut dilakukan oleh A. Okuda dan T Higa dengan mengambil sampel air limbah dari tempat penampungannya, yaitu air limbah tanpa perlakuan EM dan air limbah dengan perlakuan EM.

Ia menjelaskan, parameter yang diuji adalah Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Suspended Solid (SS), total kandungan Nitrogen dan  Phospat dalam air.  Semakin tinggi parameter yang diuji tersebut ditemukan pada air limbah berarti air tersebut dalam kondisi tercemar. Penelitian selanjutnya dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh air limbah (dengan dan tanpa perlakuan EM terhadap pertumbuhan tanaman).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH air pada tangki pertama (penampungan), kedua (perlakuan EM) dan ketiga (penyaringan) tidak berbeda, yakni pH-nya berturut-turut: 7,63; 7,0; 7,08. Parameter yang sangat berbeda adalah pada BOD, COD dan SS (dalam ukuran ppm) . 
Perlakuan EM menurunkan BOD dari 104,5 menjadi 6,9 dan setelah air limbahnya disaring menjadi 1,8.  Perlakuan EM menurunkan COD dari 34,1 menjadi 27,0 dan setelah air limbahnya disaring menjadi 9. Sentuhan EM menurunkan SS dari 91,08 menjadi 5,17 dan setelah airnya disaring menjadi 2,56. Pemanfaatan EM juga mampu menurunkan kandungan Nitrogen air dari 58,74 menjadi 21,11 dan setelah airnya disaring menjadi 6,89. EM juga dapat menurunkan kandungan phospat dari 17,86 menjadi 8,00 dan setelah airnya disaring menjadi 3,11.

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa, perlakuan EM pada air limbah dapat meningkatkan kualitas air, menurunkan toksik (racun) yang ada di air limbah, yaitu parameter BOD, COD, SS, nitrogen dan phospat di dalam air limbah menjadi menurun. Penyaringan air juga meningkatkan kualitas air limbah.

Pengaruh EM terhadap limbah

Dr. Wididana yang juga pendiri Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali tahun 1997 yang hingga kini telah melatih terhadap 6.000 petani dan generasi muda dari berbagai daerah di Indonesia untuk pertanian organik berbais EM menambahkan, penelitian selanjutnya terdapat empat jenis perlakuan, yakni air limbah tanpa perlakuan EM, air limbah dengan perlakuan EM, air keran dengan EM Ceramic dan air keran saja. 

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh EM terhadap air limbah dan bagaimana pengaruh EM Ceramic terhadap air keran. Perlakuan air limbah dan air keran disiramkan pada tanaman timun di dalam pot. Parameter yang diuji adalah jumlah tanaman yang hidup, kandungan vitamin C, kandungan klorofil, pengurangan Alfa Naphthyl Amine (zat beracun dalam air limbah).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman timun lebih banyak yang hidup perlakuan EM (11 pohon) dan EM Ceramic (12 pohon) dibandingkan dengan tanpa perlakuan EM (10 pohon).  Jumlah daun timun perlakuan EM (9,67), pada perlakuan EM Ceramic (9,60) pada tanpa perlakuan EM (8,55). Berat tanaman timun (gram ) pada perlakuan EM (4,08), pada perlakuan EM Ceramic (4,03), pada tanpa perlakuan EM (3,17).

Kandungan vitamin C pada buah timun (mg/100g berat kering) diuji, dengan hasil sebagai berikut air limbah tanpa perlakuan (152); air limbah dengan perlakuan EM (171); air keran dengan EM Ceramic (79); air keran (67). Kandungan klorofil  per gram daun kering diuji dengan hasil sebagai berikut, air limbah tanpa perlakuan EM (1263); air limbah dengan perlakuan EM (1041); air keran dengan perlakuan EM (1101); air keran (1086).

Penurunan Alpha Naphthyl Amine (g/g/hr)  terjadi pada perlakuan EM dan EM Ceramic.  Secara berturut-turut, yaitu: air limbah tanpa perlakuan EM (0,37); air limbah dengan perlakuan EM (0,85); air keran dengan EM Ceramic (0,71); air keran (0,68).
Penelitian menyimpulkan bahwa, kualitas air meningkat karena perlakuan EM pada air limbah dan perlakuan EM Ceramic pada air keran, yang diperlihatkan dari parameter pengurangan Alpha Naphthyl Amine, dan tanaman timun yang hidup, kandungan vitamin C, klorofil, jumlah daun tanaman dan berat kering tanaman.

Lumpur limbah

Dr. Wididana yang juga pakar pertanian organik Indonesia menambahkan, air limbah yang keluar dari saluran pembuangan perpustakaan Gushikawa, Okinawa, ditampung dan diolah di dalam bak penampungan dengan EM. Endapan air limbah itu disebut lumpur limbah (sewage sludge), jika tidak diolah dengan baik akan menimbulkan polusi dan bersifat racun. 

Penelitian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan lumpur limbah sebagai pupuk organik dengan menggunakan EM, yang dicobakan pada tanaman tomat di dalam pot, dilakukan oleh A. Okuda dan T. Higa. 

Penelitian bertujuan mengetahui bagaimana pengaruh perlakuan EM terhadap lumpur limbah untuk pupuk organik pada tanaman tomat. Kegiatan penelitian dilakukan dengan lima perlakuan penambahan lumpur limbah per pot, yakni penambahan 500 gram tanpa EM, penambahan 500 gram dengan EM, penambahan 1 kg tanpa EM, penambahan 1 kg dengan EM dan kontrol, tanpa penambahan (tanah saja). 

Parameter pertumbuhan tanaman yang diukur adalah tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman dan berat basah daun per tanaman.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perlakuan tanaman pada kontrol (tanah saja), tanaman tumbuh normal (lebih sehat) dibandingkan dengan perlakuan pada 500 gram dan 1 kg endapan lumpur.   

Sebaliknya, dengan perlakuan endapan lumpur dan EM, tanaman menjadi lebih bagus pertumbuhannya.  Perlakuan yang paling bagus adalah pemberian 1 kg endapan lumpur dan EM (tinggi tanaman 32,7 cm jumlah daun 9,4 dan berat basah daun 4,6 g). Dan pertumbuhan tanaman yang paling buruk adalah pada perlakuan 1 kg endapan lumpur tanpa EM (tinggi tanaman 11,6 cm; jumlah daun 5,1; berat basah daun 1,6 g).

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa perlakuan EM dapat meningkatkan kualitas air limbah dan limbah lumpur padat, dan limbah tersebut memiliki potensi untuk digunakan sebagai pupuk organik.Pengembangan pertanian organik yang mulai diterapkan secara intensif di berbagai daerah di Indonesia itu mampu menjaga kelestarian tanah, air dan udara dengan baik.

Sektor pertanian dapat dikembangkan untuk mendukung industri makanan industri pariwisata (eco-agro industry), industri Kesehatan (health industry), pendidikan-pelatihan dan membentuk generasi bekualitas, melestarikan lingkungan, relaksasi, kesehatan dan keindahan.
Dalam skala kecil usaha pertanian dapat diterapkan kalangan masyarakat kecil sebagai usaha tani kecil, koperasi.

Sedangkan dalam skala besar usaha pertanian dapat diterapkan sebagai industri menengah dan besar, yang mampu menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian dari sektor hulu (budidaya pertanian), panen, pasca panen, dan pengolahan hasil pertanian untuk makanan, Kesehatan dan kecantikan.

Terhadap pengembangan pertanioan organik mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan produk domestik regional bruto (PDRB), kalangan generasi muda senantiasa harus terus diingatkan melalui pendidikan dan pelatihan secara formal maupun informal akan pentingnya menjaga dan melanjutkan pertanian organik bagi kelanjutan kehidupan generasi yang lebih berkualitas.

Pertanian organik sekaligus berfungsi sebagai sarana relaksasi, Kesehatan dan keindahan. Pertanian ramah lingkungan bisa dikembangkan sebagai agro-tourisme, penyembuhan (healing), dan keindahan lingkungan melalui kelestarian alam, serta dapat memberikan kesejahteraan bagi umat manusia secara lahir dan batin.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini