Pertanian Organik Berbasis EM Hasilkan Pangan Sehat

0
103
Gusti Nyoman Sila menunjukkan umbi keladi yang baru berumur 6 bulan yang dibudidayakan secara organik sentuhan EM4 dengan hasil yang sangat memuaskan.

Oleh: Ketut Sutika
Tanah yang subur menumbuhkan tanaman bernutrisi tinggi, jika tumbuhan bahan pangan itu dikonsumsi manusia mampu memberikan kesehatan dan umur harapan hidup yang lebih panjang. Demikian pertanian organik berbasis pupuk hayati Effective Microorganisms 4 (EM4) mampu menjadikan semua makluk hidup tumbuh dan berkembang dengan baik.

EM adalah teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan hasil temuan Prof. Dr. Teruo Higa. EM memiliki kultur campuran mikroorganisme yang efektif dan menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman yang terdiri atas berbagai jenis mikroorganisme, yakni lactobacillus, ragi, bakteri fotosintetik, yang bekerja secara sinergis, saling mendukung, untuk terbentuknya populasi mikroorganisme yang menguntungkan menjadi dominan di dalam tanah.

“EM bekerja di dalam tanah dengan mengeluarkan antioksidan yang berfungsi menghambat munculnya radikal bebas yang berhubungan dengan penyakit tanaman. Penggunaan EM dapat mencegah munculnya penyakit tanaman di dalam tanah dengan menekan berkembangnya mikroorganisme penyakit, “ kata Direktur Utama PT Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.

Sosok pria enerjik alumnus Faculty Agriculture University Of The Ryukyus Okinawa, Jepang itu adalah agen tunggal di Indonesia yang memperoduksi dan menjual pupuk hayati EM4 pertanian, perikanan, peternakan dan EM4 limbah yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.
Setelah menyelesaikan program pendidikan Pascasarjana (S-2) tahun 1990, pria kelahiran Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng, 9 Agustus 1961 itu pulang ke tanah air dengan mengantongi sertifikat EM sekaligus membawa lisensi untuk mendirikan pabrik EM di Indonesia yang kini pabrik EM itu tersebar di tiga lokasi yakni di Jawa barat dan Bali yang pelayanannya menjangkau seluruh daerah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Mikroorganisme yang menguntungkan bekerja dalam tanah dengan cara memfermentasi bahan organik menghasilkan asam organik, hormon tanaman, vitamin dan antibiotik. Produk fermentasi tersebut sangat bermanfaat untuk menumbuhkan tanaman, dengan cara melarutkan nutrisi yang susah larut, misalnya batu fosfat, memecah logam berat yang mencegah terserapnya oleh akar tanaman, menyediakan molekul organik sederhana sehingga bisa diserap langsung oleh tanaman, misalnya asam amino, mencegah tanaman dari serangan penyakit, hama serangga yang penyebarannya melalui tanah, memacu pertumbuhan tanaman sehingga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman, meningkatkan kesuburan dan fisika tanah.

Dengan fungsi mikroorganisme yang menguntungkan tersebut, tanah menjadi subur dan tanaman berproduksi optimal, walau dengan penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang minimal, atau tidak menggunakannya sama sekali.
EM yang kini diterapkan lebih dari 100 negara di belahan dunia, mampu memberikan banyak manfaat dalam berbagai bidang antara lain sektor pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan limbah.

Masalah bau pada limbah, dan pada kotoran ternak dapat dihilangkan. Penggunaan EM berkembang sangat luas, karena efektif, mudah digunakan, ekonomis, hemat energi, ramah lingkungan, dan sangat tepat digunakan untuk pertanian alami bagi kesejahteraan umat manusia sekarang dan hari esok yang lebih baik.

Menjaga Keselamatan dunia
Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa menjelaskan, cikal bakal pertanian organik berarti menjaga keselamatan dunia yang dikenal dengan istilah “Kyusei Nature Farming” yakni cara-cara bertani yang tidak merusak keseimbangan alam dan menghasilkan produk untuk konsumsi.

Mokichi Okada di Jepang sejak tahun 1930 meragukan penerapan teknologi kimia dalam dunia pertanian, bahkan meramalkan teknologi kimia sektor pertanian merusak keseimbangan alam dan mengganggu kesehatan manusia dan hewan. Ia juga memprediksi teknologi kimia bakal menimbulkan bencana besar bagi seluruh umat manusia, terutama berupa penyakit dan kekurangan pangan.

Seiring dengan apa yang ditengarai Mokichi Okada mulai adanya penolakan terhadap teknologi kimia. Sebab teknologi tersebut dapat memicu munculnya penyakit-penyakit yang dapat menjadi ganas dan kebal terhadap pestisida. Penyakit Hewan bisa menular ke manusia, penyakit tanaman menular ke hewan dan manusia.

Dengan teknologi kimia kesuburan lahan pertanian akan terus menurun dan bertambah pada berkurangnya produktivitas. Mokichi Okada dalam mengembangkan pembangunan pertanian memiliki lima prinsip utama yakni menghasilkan pangan yang berkualitas untuk kesehatan, menguntungkan secara material maupun spiritual.

Penghasil produk pertanian yang kontinyu, mudah dilakukan oleh setiap orang, menjaga kelestarian alam dan pangan yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan pangan dunia yang populasi penduduknya semakin meningkat.
Pegembangan pertanian organik untuk mendapatkan manfaat kesehatan lahir batin , lingkungan yang bersih dan lestari, serta ekonomi yang tumbuh. Dengan bertani organik, penggunaan pestisida kimia dan pupuk kimia menjadi berkurang, bahkan sampai tidak menggunakan sama sekali.

Pertanian organik memberikan dampak kesehatan kepada petani dan konsumennya untuk menjadi sehat sehingga hidupnya bebas dari polusi zat-zat residu kimia. Makanan yang dikonsumsi, air yang diminum, udara yang dihirup dalam kondisi sehat, sehingga petani, konsumen dan masyarakat mendapatkan kesehatan yang baik, sekaligus umut panjang yang menjadi dambaan setiap orang.

Solusi Yang Tepat
I Gusti Ketut Riksa yang juga instruktur EM pada Institut Pengembangan Sumber Daya alam (IPSA) menekankan, pengembangan pertanian organik berbasis EM menjadi solusi yang tepat untuk menghasilkan bahan pangan yang ramah lingkungan untuk kelangsungan kehidupan umat manusia dan makluk hidup lainnya.

Ibarat nasi telah menjadi bubur, kini berbagai upaya dilakukan untuk pelestarian lingkungan, terutama untuk mengembalikan tingkat kesuburan lahan akibat penggunaan pupuk dan festisida kimia secara terus menerus selama puluhan tahun.
Tingkat kesuburan tanah sangat tergantung pada jumlah biota yang terkandung di dalam tanah, termasuk mikroorganisme. Dalam satu sendok (6 gram) tanah yang subur mengandung mikroba yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah penduduk dunia.

Setiap tanah seluas 100 meter persegi (1 are) tanah yang subur mengandung setengah ton mikroba, 1 ton cacing tanah dapat menghasilkan kascing (bekas cacing) berhumus. Jadi mikroba memiliki power terpenting di dalam tanah. Dengan memasukkan mikroba ke dalam tanah akan terjadi pengayaan nutrisi dari yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Mineral Mikro sangat diperlukan oleh tanaman, sedangkan pemupukan padi dan tanaman budidaya lainnya belum pernah menggunakan unsur mikro yang beragam.

Tanaman Organik Kebal Terhadap penyakit
Gusti Ketut Riksa menambahkan, tanaman organik jauh lebih kebal terhadap serangan hama penyakit dibandingkan tanaman yang dikelola secara kimiawi. Tanaman konvensional kondisinya sukulen dan berair, disenangi dan gampang diserang hama penyakit. Tanaman yang dapat bertahan hidup itu bukan karena tingkat kekebalannya, namun karena hama penyakitnya sudah disemproti racun. Tanpa semprotan racun tanaman itu gampang binasa bahkan racun mudah diserap tanaman.

Tanaman menjadi beracun, hama yang memakannya mati dan tidak layak dikonsumsi manusia, karena mengandung racun. Dengan teknologi kimia kesuburan tanah menurun, menyusul turunnya nilai gizi tanaman yang tumbuh di atasnya, sehingga kekebalan tanaman rentan terhadap hama penyakit.

Jika tanaman tersebut menjadi bahan makanan bagi manusia maupun hewan, cepat atau lambat kekebalan konsumen turut menurun. Hal itu berbeda dengan produk organik yang mampu menciptakan kekebalan, karena dalam tubuh tanaman ramah lingkungan mengandung polyfenol, antara lain disebut fenolat yang mampu memberikan kekebalan. Dengan demikian tanaman organik yang dikembangkan berbasis EM sejatinya jauh lebih unggul dan handal dari pada tanaman yang dikelola dengan teknologi kimia.

Masyarakat modern terutama yang tinggal di perkotaan lebih senang belanja di supermarket daripada di pasar-pasar tradisional. Bahkan bahan pangan yang dipajangkan di supermarket sebagian besar siap saji, bahkan produk impor dari luar negeri. Sejak panen sampai bisa dipajangkan di etalase supermarket membutuhkan waktu yang lama, meskipun penampilan tetap tampak segar.
Sayur dan buah-buahan itu patut dicurigai menggunakan bahan pengawet dan pewarna dari bahan kimia yang dapat membahayakan bagi kesehatan dan tubuh manusia.

Oleh sebab itu lebih baik berbelanja di pasar-pasar tradisional karena buah-buahan dan sayur mayur yang dijual adalah produk lokal yang baru dipetik sehari sebelumnya. Produk lokal dengan varietas unggul sangat sesuai untuk dikonsumsi, karena bahan pangan itu tidak akan menimbulkan alergi, krena tidak ada asupan zat asing yang masuk ke dalam tubuh, harap Gusti Riksa.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini