Tanaman terong tumbuh subur di kebun percontohan Pengelolaan Sampah Organik Catur Kwero Sedana Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung yang dibudidayakan menggunakan EM4.

Tanaman organik jauh lebih kebal dibanding tanaman yang dibesarkan dengan zat kimia, karena pertanian organik secara alami tanaman membentuk banyak plafonoid dalam tubuh seperti fenolat katekin yang berfungsi sebagai antioksidan untuk proteksi diri dari serangan hama penyakit.

“Jika disemprot pestisida plafonoid tidak terbentuk, tanaman peka terhadap serangan hama maupun penyakit. Tanaman pangan sekarang bisa hidup bukan karena kekebalan, namun hama dan penyakit disemprot dengan racun. Tanaman konvensional sangat rentan terhadap serangan hama, penyakit dan perubahan iklim,” kata Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa.

Ia yang juga Instruktur Effective Microorganisms (EM) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali itu menjelaskan, tanaman konvensional selain tidak mengandung unsur kekebalan juga sangat miskin terhadap nutrisi.

Hasil penelitian para ahli pertanian menemukan bahwa, sejak 50 tahun terakhir, kandungan Fe pada bayam mengalami penurunan  dari 13 mg menjadi 2 mg. Setiap 100 gram bahan, vitamin C pada wortel turun dari 13 mg menjadi 4 mg dan pada tomat menurun dari 81 menjadi 41 mg setiap 100 gram bahan.

Bahkan yang paling fatal, pupuk dan racun kimia membunuh mikroba, cacing dan berbagai biota dalam tanah.  Biota itulah sebenarnya yang mendekomposisi bahan organik menjadi unsur-unsur yang dapat diserap tanaman, tanpa bahan organik dan mikroba tanah menjadi sakit bahkan menjadi tanah mati.

Gusti Ketut Riksa menambahkan, tanah subur mengandung lebih dari 0,5 ton mikroba dan tidak kurang dari 1 ton  cacing setiap are (100 meter persegi).  Kedua hal itu memberikan kesuburan pada lahan pertanian.

“Hanya tanah yang sehat dapat menumbuhkan tanaman yang sehat dan hanya tanaman yang sehat dapat memberikan kesehatan terhadap manusia dan hewan. Artinya dengan pertanian kimia kesehatan manusia dan hewan semakin lama semakin terpuruk,” ujar Gusti Riksa.

Degradasi pertanian disebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah, baik secara kimiawi fisik maupun biologi tanah. Tanah kurus menyebabkan produksi rendah dan petani tidak tertarik menekuni profesi tersebut.

Untuk mengembalikan kesuburan lahan pertanian dan mempertahankan organisasi  pengairan  tradisional dalam bidang pertanian (subak) adalah merubah pertanian kimia menjadi pertanian akrab lingkungan dengan menerapkan pertanian organik, ujar Gusti Ketut  Riksa. https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini