Nyoman Suandi sedang merawat tanaman kelor di Pak Oles Green School, Jalan Waribang, Kesiman, Denpasar Timur.

Oleh: I Gusti Ketut Riksa *)

Kelor termasuk keluarga Moringaceae genusnya Moringa, spesiesnya Moringa oleifera. Di Indonesia dikenal dengan nama kelor, di Thailand disebut ma-rum, di Filipina dikenal dengan nama malunggay. Di Bali tanaman kelor tidak asing lagi, banyak tumbuh di pekarangan rumah karena buah dan daunnya dapat disayur. Tanaman ini ternyata memiliki banyak kelebihan.

Saya menanam belasan pohon kelor di halaman rumah, mulai yang berbatang sebesar lingkaran lengan sampai yang sebesar paha, bahkan yang lebih besar ada di rumah, karena saya menanamnya sudah lebih dari 30 tahun yang lalu, namun batangnya tetap pendek karena setiap memanen daun dan buahnya saya memotongnya dipangkal cabang.

Dengan cara panen seperti ini tanaman kelor tetap pendek dan dapat ditanam dengan jarak rapat sekitar 50 Cm bahkan kurang tergantung persediaan lahan.

Sejak 40 tahun yang silam, saya telah mendengar banyak informasi tentang kelor dan telah menanam serta mengkonsumsinya secara berkelanjutan. Terkadang untuk sarapan pagi saya petik daun muda secukupnya, dioplos dengan telur dan digoreng, sudah cukup untuk mengisi perut pagi hari. Kami sekeluarga paling telat 3 hari pastilah menyayur kelor, kasihan kalau daunnya menguning dan terbuang.

Apabila dicermati banyak hal unik/spesifik ditemukan pada pohon kelor antara lain: (1). Tentang botani: Meskipun saya bukan orang taksonomi pengalaman mengajarkan bahwa pohon kelor terdiri dari dua strain. Strain pertama ialah yang baik untuk dipanen daunnya, dan yang kedua sangat baik bila yang dipanen buahnya.

Kelompok pertama daun daunya lebih lebar, lebih tebal, warna hijaunya lebih legam sehingga nampak sangat subur. Pertumbuhannya cepat, bila ditanam steknya hanya dalam hitungan dua bulan saja daunnya sudah dapat dipanen.

Strain ini sangat jarang berbuah dan bila berbuah buahnya kecil pendek dan keras, tidak baik untuk disayur.

Kelompok yang kedua apabila stek yang ditanam sampai dengan umur enam bulan cabang dan daunnya belum banyak terbentuk. Pertumbuhannya sangat lambat, namun setelah berbuah buahnya kelihatan dominan ketimbang daun, buahnya besar dan panjang, daging buahnya tebal.

Buah yang relatif tuapun masih enak untuk dikonsumsi karena serat seratnya sedikit dan lembut. Daunnya jarang, kecil-kecil terkesan kurus, cepat gugur. Dari fenomena di atas dalam pengembangannya perlu dipertimbangkan apakah yang akan diperlukan daun ataukah buah.

(2). Menyembuhkan berbagai penyakit. Pengobatan kuno di India dengan Ayurweda menyebutkan bahwa daun kelor dapat menyembuhkan lebih dari 300 jenis penyakit. Lebih dari 40 tahun yang lalu tanaman kelor dimasukkan dalam program F.F.H.C (Free From Hungry Country) untuk meningkatkan gizi masyarakat miskin dengan biaya murah.

Menurut C. Sentil Kumar dari Universitas Anna Teknologi India, tanaman kelor memiliki sifathepato protector, yakni dapat melindungi lever. Herbalis Sidi Hari Cahtja dari Yogyakarta, menyebutkan daun kelor mengandung antioksidan yang sangat tinggi untuk mengatasi penyakit yang disebabkan karena pencemaran lingkungan.

(3). Orang-orang tua di Bali sering membersihkan biji mata dengan cabang muda di ujung pucuk. Cabang muda ini diperas pesis di atas biji mata, sehingga air yang keluar persis mengenai biji mata. Dengan cara ini penglihatan menjadi terang, hanya disarankan untuk jangan terlalu sering cuci mata dengan kelor.

(4). Saya sempat mengutip data informasi dari W.H.O. (organisasi kesehatan dunia), bahwa daun kelor setiap gramnya mengandung vitamin C 7 kali dibandingkan dengan vitamin C pada jeruk, kalsium 4 kali dari kandungan kalsium pada susu, vitamin A. 4 kali dari kandungan vitamin A pada wortel, proteinnya 2 kali dari protein susu, potasiumnya 3 kali dari potasiun pisang.

Oleh sebab itu W.H.O. menganjurkan untuk anak anak dalam masa pertumbuhannya agar mengkonsumsi kelor.

(5). Konservasi lahan, hasil penelitian oleh N.G.O. Jerman di Kenya, Sudan, Somalia menemukan bahwa pohon kelor sangat baik untuk konservasi lahan yang dapat mencegah longsor karena pertumbuhan akarnya cepat kuat dan dalam.

Ditemukan juga bahwa kelembaban tanah di sekitar perakaran kelor selalu tinggi yang berarti persediaan air tanah dapat dibantu oleh perakarannya sehingga tanaman penghijauan lainnya dapat tertolong hidupnya. https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini