EM Teknologi Mudah Murah Hemat Energi Berkelanjutan

0
49
Staf Ahli PT. Songgolangit Persada Ir. I Gusti Ketut Riksa dalam sebuah aktivitas.

Oleh : Ir. I Gusti Ketut Riksa *)

Teknologi Effective Microorganisms (EM) dikatakan murah, karena sesudah cairan ini di tangan konsumenpun masih diajarkan untuk memperbanyak cairannya agar lebih murah, namun kualitasnya tetap prima.

Penemunya Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura University of The Ryukyus, Okinawa, Jepang mengharapkan, agar mengembangkan teknologi EM secepat-cepatnya dan sebanyak-banyaknya agar dalam hidup ini saya masih bisa melihat bumi yang terevitalisasi.

Demikian pula teknologi EM dikatakan mudah, karena tinggal menuangkan saja pada obyek, sudah dapat terlihat dampaknya. Sementara ramah lingkungan hingga sampai saat ini belum ditemukan dampak negatif padahal teknologi ini ditemukan  tahun 1980 atau  42 tahun yang lalu.

Semua aplikasinya berdampak baik bagi aspek kehidupan. Teknologi EM aman dilaksanakan karena tanpa kimia berbahaya. Sebenarnya teknologi ini adalah teknologi alam yang telah mendapat sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

Teknologi EM menggunakan bahan organik dari alam serta mikroba juga dari alam. Dikatakan mendapat sentuhan Iptek karena mikroba yang menyusun terknologi ini sudah diseleksi oleh penemunya, yakni semua mikrobanya menguntungkan.

Tata cara penggunaan EM, yang segera dimanfaatkan maupun yang diperbanyak terlebih dulu. Ada dua) cara aplikasi yakni dalam bentuk cair dan dalam bentuk padatan.

Teknologi EM telah dipatenkan oleh penemunya, oleh sebab itu kita harus membeli masternya terlebih dulu. Master ini berbentuk cairan, bakterinya dalam keadaan dorman, yakni tidak makan dan tidak bernafas oleh karena itulah dapat disimpan lama. Semasih  berbau asam manis (tidak busuk) formula EM ini masih dapat digunakan.

Dalam menggunakan cairan EM ini dapat dicampur dengan air sebanyak 100-200 kali dari volume semula, dibiarkan sesaat barulah dutuangkan ke laut atau dimana saja teknologi ini digunakan.

Namun agar lebih murah, cairan ini diperbanyak terlebih dulu dengan cara mencampurnya EM asli (dorman) dengan air dan molase dengan perbandingan 18:1;1, apabiala menggunakan jerigen yang isinya 20 liter, selanjutnya diistirahatkan dulu sekurang kurangnya 5 hari, maksudnya agar mikrobanya berbiak dan aktif.

Setelah volumenya 20 kali dari volume semula barulah didigunakan. Bila menggunakan larutan ini dicampur lagi dengan air sebanyak 5-10 cc perliter air.

Cara kedua dapat dibuat bola-bola tanah liat terlebih dulu, bola-bola tanah liat ini disehut “EM mud ball”. Bola-bola tanah liat inilah yang dilempar-lemparkan ke laut, dengan demikian bola-bola ini akan bertahan lebih lama lagi di dasar laut sambil melepaskan bakterinya secara pelan-pelan.

Di negeri Sakura bola-bola tanah liat ini dibuat oleh anak-anak tunanetra yang sekaligus merupakan pendapatan mereka. Anak-anak tunanetra ini terlebih dulu dilatih membuat EM mud-ball oleh para krew EM.

Cara membuat EM mud-ball telah saya sajikan pada artikel sebelumnya, demi lengkapnya tulisan ini saya ulangi lagi penyajiannya sebagai berikut. Mula-mula tanah liat dicangkul/diolah seperti layaknya membuat batubata atau genteng.

Agar setelah jadi mud-ball lebih mantap lagi, tanah olahan ini diistirahatkan semalam, keesokan harinya barulah diolah lagi sambil menambahkan dengan Larutan EM aktif.

Adonan ini dikepel sebesar bola tenis agar mudah dilempar-lemparkan. Supaya penampilannya lebih bagus (lebih hegienis) bola tanah liat ini digelindingkan di atas dedak padi, keesokan hari atau dua hari kemudiannya bola-bala ini sudah terbungkus oleh mysellium berwarna putih bersih dan siap dilemparkan ke laut.

*) Staf Ahli PT Songgolangit Persada dan Instruktur EM IPSA Bali

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini