Bawang merah menjadi salah satu komoditas pilihan petani untuk dibudidayakan pada masa jeda tanam padi selain kedelai, kacang hijau, sayur caisim, sayur gondo, timun, cabe dan terong. Karena dalam usia 60 hari bawang merah untuk sayur sudah bisa dipanen.
I Made Merta Suteja kordinator lapangan Subak Bengkel, Kediri, Tabanan mengatakan banyak petani di daerahnya yang menanam bawang merah, karena hasilnya cukup menjanjikan. Hal tersebut dikatakan saat ditemui oleh tim EM Indonesia Youtube Channel saat melihat budidaya bawang merah di kelompok tani Pagedangan Subak Bengkel, Desa Pangkung Tibah, Kediri, Tabanan.
“Luas budidaya bawang merah di kelompok tani Pagedangan seluas 10 hektar. Ada yang mengembangkan dengan cara convensional pada musim jeda panen, juga ada dengan sistem olah tanah menggunakan mulsa plastik,” ujar pria yang akrab disapa Pak Boki.
Pak Boki mengatakan, di Tabanan ada 4 kelompok tani yang menanam bawang jenis Super Philip yaitu di Gadon dua, Gadon tiga di Subak Bengkel dan Poktan Pagedangan yang masing-masing luasnya 10 herktar. Jadi kalau digabung menjadi 40 hektar dan sistemnya ada yang bantuan, regular, aspirasi, intensifikasi dan ekstensifikasi.
Budidaya bawang merah Super Philip petani Subak Bengkel hasilnya cukup memuaskan dimana lahan seluas 1 hektar dapat menghasilkan bawang dengan umbi berwarna merah keunguan, berukuran sedang, beraroma kuat tersebut sebanyak 18 ton.
Menurut Merta Suteja, sejak adanya pandemi covid-19 generasi muda sangat semangat menanam bawang merah, karena memiliki hasil yang cukup menjanjikan. Selain itu menanam bawang merah merupakan warisan leluhur meskipun dulu masih dalam skala kecil.
Dalam budidaya bawang merah varietas Super Philip, petani selalu didampingi petugas penyuluh lapangan. Budidaya bawang merah menggunakan beberapa jenis pupuk organik diantaranya pupuk Bokashi Kotaku yang mengandung trikoderma. linktr.ee/pakolescom #bokashikotaku