Bumi selama berabad-abad mampu menghidupi segala isinya karena tanahnya subur. Tanah yang kurus apalagi mati, tidak mampu berproduksi lagi. Untuk itu petani dan semua pihak harus berupaya mempertahan kesuburan tanah.
“Tanah bisa lelah berproduksi jika dipaksa secara terus menerus untuk menghasilkan 3 kali tanaman padi dalam setahun dan kondisi tanah selalu basah diforsir dengan kimia sinthetik,” kata Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa.
Ia mengatakan, lahan sawah yang digarap secara maksimal sebaiknya diusahakan enam bulan untuk lahan basah yang menghasilkan padi dan enam bulan berikutnya lahan diolah kering untuk tanaman palawija dan sejenisnya.
Penggarapan lahan 6 bulan basah dan 6 bulan berikutnya lahan kering dilakukan secara berkesinambungan Itu akan dapat mempertahankan kesuburan tanah. Sebaliknya jika lahan sawah itu secara terus mnenerus ditanami padi yakni diolah untuk lahan basah, maka tanah tersebut akan cepat tandus (lelah) akibat kekurangan bahan organik.
Oleh sebab itu perlu adanya penggiliran tanaman yakni dua kali padi dan sekali palawija setiap tahunnya. Hal itu selain menjaga kesuburan tanah juga dapat memutus rantai hama penyakit tanaman. Penanaman padi dan palawija secara bergantian secara ilmiahpun terbukti bahwa tingkat produksi berbanding lurus dengan kandungan bahan organik tanah.
Gusti Ketut Riksa menekankan agar petani dan masyarakat pada umumnya dapat kembali mengembangkan pertanian organik, mengingat kondisi sawah sekarang mengandung bahan organik kurang dari 5 persen, padahal untuk menghasilkan produk yang baik sedikitnya mengandung 60% bahan organik. linktr.ee/pakolescom #songgolangitpersada #bokashikotaku