
Oleh: Ir. I Gusti Ketut Riksa )*
Sudah banyak para penulis menyatakan bahwa bumi kita sedang sakit, bahkan sakit keras. Mengatasi kerusakan bumi secara satu persatu akan sangat melelahkan bahkan mungkin tiada akhir. Diera kaliyuga ini kiranya IPTEK saja tidak dapat menyelamatkan bumi beserta isinya, karena kerusakannya telah berdemensi sangat luas.
Satu-satunya harapan untuk mengendalikan keinginan manusia yang tanpa batas ialah melalui ajaran kebenaran seperti yang banyak dikumandangkan dalam agama. Agama mengatakan bahwa orang yang paling kaya adalah orang yang kehilangan loba, orang yang tidak mementingkan diri sendiri, dan itulah inti ajaran agama.
Cintai semua dan layani semua, bukan hanya sesama manusia, tetapi manusia dengan alamnya dan manusia dengan Tuhannya. Mahatma Gandhi pernah berkata: bahwa harta ini sebenarnya cukup untuk semua orang tapi tidak cukup bagi seorang yang rakus.
Seperti yang telah dikumandangkan oleh penemu teknologi EM, Prof. Dr. Teruo Higa bahwa prioritas pertama dalam pembangunan ialah mewujudkan kecukupan pangan, karena pertanian merupakan penentu keberlangsungan suatu bangsa dan negara.
Prioritas berikutnya ialah kesehatan dan energy, sesudah itu barulah isu-isu lingkungan lainnya. Sekarang telah tersedia teknologi alam yang telah mendapat sentuhan IPTEK mampu menjawab prioritas-prioritas itu secara holistic (menyeluruh dan simultan) secara mudah, murah, ramah lingkungan, tinggal bagaimana mengimplementasikannya? itulah teknologi EM temuan Pror Dr. Teruo Higa dari Jepang.
Telah banyak negara yang mampu menggerakkan masyarakatnya demi kepentingan bersama. Teknologi ini mampu meningkatkan produksi pertanian, baik kwantitas maupun kwalitas, yang paling penting ialah meningkatkan kwalitas lingkungan. Hanya dengan satu teknologi dapat menjawab berbagai masalah, melalui jasa mahluk yang sangat kecil didalam tanah yakni “MIKROBA”.https://linktr.ee/em4
)* Staf Ahli PT Songgolangit Persada dan Instruktur Institut Pengembangan Sumber Daya Alam.