Peranan EM StrategisTerhadap Pengembangan Pertanian Organik

0
144
EM4 menjadikan tanah subur dan meningkatkan produktivitas lahan.

Oleh: Ketut Sutika
Effective Microorganisms (EM) yang pertama kali dikembangkan oleh penemunya Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura University of The Ryukyus, Okinawa Jepang tahun 1980 sangat strategis dalam mendukung pengembangan pertanian organik.
EM adalah teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan telah diterapkan dan dikembangkan lebih dari 100 negara di belahn dunia, termasuk Indonesia mengembangkan teknologi ramah lingkungan, EM4 pertanian, EM4 peternakan, EM4 perikanan dan EM4 limbah untuk mengatasi pencemaran lingkungan.

“EM terdiri atas kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan terdapat di alam, yang diaplikasikan ke dalam tanah, untuk meningkatkan mikroorganisme yang menguntungkan terhadap tanah dan tanaman,”tutur Pakar dan Pelopor Pertanian Organik Indonesia, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.

Sosok pria enerjik alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang yang menjabar Direktur Utama PT Songgolangit Persada, agen tunggal yang memproduksi dan memasarkan pupuk hayati EM4 di Indonesia yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.
Proses penelitian yang berlangsung selama 12 tahun itu diketemukan bahwa, EM dapat meningkatkan kualitas tanah, kesehatan tanah, pertumbuhan, produksi dan kualitas produksi tanaman pertanian organik.

EM mengandung mikroorganisme diseleksi yang hidup di alam, yakni dari golongan bakteri, asam laktat, ragi dan bakteri fotosintetik, aktinomicetes dan mikroorganisme yang menguntungkan lainnya. Jenis mikroorganisme yang menguntungkan tersebut hidup saling menguntungkan dalam media kultur cair.

EM diaplikasikan bukan untuk mengganti praktik pertanian yang sudah diterapkan, namun dimanfaatkan sebagai teknologi tambahan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas pertanian organik ramah lingkungan tanpa sentuhan zat kimia.

EM juga digunakan bersama-sama dengan penambahan bahan organik, pergiliran tanaman, tumpang sari, pertanian terpadu, pengendalian hama terpadu, penggunaan biopestisida, sehingga pemanfaatan EM mampu memberikan hasil yang maksimal yakni produksi yang melimpah.

Kekayaan Intelektual

Penggunaan istilah EM untuk membedakan dengan mikroorganisme yang menguntungkan lainnya yang terdapat di alam, sehingga EM yakni Effective Microorganisms yang ditemukan oleh Prof. Dr. Teruo Higa, telah didaftarkan sebagai hak Kekayaan Intelektual oleh Effective Microorganisms Organisation (EMRO) di Jepang.

EM kini sudah diaplikasikan lebih dari 100 negara di dunia, termasuk Indonesia, dengan nama dagang internasional EM.1, sedangkan di Indonesia didaftarkan sebagai EM4, yang hak produksi dan distribusi tunggalnya di Indonesia diberikan kepada PT. Songgolangit Persada.
Pengembangan pertanian organik berbasis EM bertujuan untuk menghasilkan produk pertanian yang sehat, ramah lingkungan, bebas polusi dan residu kimia obat pertanian, dan tetap mampu berproduksi tinggi memenuhi kebutuhan bahan pangan manusia.

Pertanian organik yang diterapkan tetap menggunakan teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman, menyuburkan tanah, dan menyediakan nutrisi bagi tanaman serta sanggup menghilangkan polusi kimia di dalam tanah.

Pertanian organik dengan Teknologi EM dapat: menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia, menguntungkan secara ekonomis dan spriritual bagi petani dan konsumen; menghasilkan produk pertanian yang berkelanjutan; menghasilkan bahan makanan yang cukup untuk penduduk dunia yang cenderung semakin bertambah.

Teknologi EM diterapkan bersamaan dengan pemberian bahan organik ke dalam tanah untuk menyuburkan tanah, menyediakan unsur hara bagi tanaman, menyehatkan tanah dan tanaman. Hal itu sangat penting dilakukan, karena tanah pertanian mengalami penurunan kesuburan dan kerusakan lingkungan akibat erosi tanah, seperti banjir dan longsor, penurunan bahan organik tanah, penumpukan limbah dari aktivitas manusia seperti sampah kota dan limbah industri, penggunaan bahan bakar fosil untuk industri, penumpukan gas methane dari tanah sawah dan CO2 dari peternakan sapi, serta penebangan hutan yang mengakibatkan efek pemanasan global, dan kerusakan lingkungan.

EM bekerja di dalam tanah untuk menguraikan polutan di dalam tanah dan air tanah menjadi zat-zat/molekul kimia- organik yang tidak beracun. EM memiliki daya kerja zymogenik (fermentasi) dan sintesa (membentuk kembali) zat- molekul yang beracun menjadi berguna bagi tanaman dan lingkungan, sehingga ekosistim di dalam tanah menjadi sehat dan berkualitas.
EM bekerja memfermentasi bahan organik menjadi pupuk organik, sehingga tanah menjadi subur, sehat dan lingkungan menjadi lestari, dan tanaman mampu berproduksi maksimal, karena ekosistim pertanian yang sangat mendukung.

Hak Paten
Sementara Staf Ahli PT Songgolangit Persada Ir. I Gusti Ketut Riksa menekankan, teknologi EM adalah hak paten Prof. Dr. Teruo Higa yang tidak boleh dibuat sembarangan, karena ada regulasi tertentu yang mengatur tentang hak paten tersebut.

Teknologi EM diteliti selama 12 tahun, sejak tahun 1968 – 1980, oleh penemunya sendiri maupun bersama-sama dengan timnya. di lapangan dan laboratorium. dan mengenalkannya kepada para pengambil kebijakan di Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA).
Berkat USDA beserta Internationale Federatiaon of Organik Agriculture Movement (IFOAM) banyak negara mengakui kebenaran dan keampuhan teknologi EM serta menerapkannya secara perorangan maupun dalam menggarap proyek-proyek pemerintah. Diawal temuannya Prof Higa menciptakan banyak formula, diantaranya EM1, EM2, EM3, EM4 dan EM5.

EM1: berupa media padat berbentuk butiran isinya sebayak 90% bakteri Actinomycetes yang berguna untuk mempercepat proses pembentukan kompos dalam tanah. EM2: Terdiri dari 80 spesies mikroba masing- masing disusun dengan berbandingan jumlah terentu, formula ini berbentuk kultur dalam kaldu ikan dengan pH 8,5. Di dalam tanah akan mengeluarkan antibiotika untuk menekan patogen, dan dapat merubah tanah menjadi “desease supresive soil”

EM3: terdiri dari bakteri Fotosinthetic sebanyak 95% dengan pH 8,5 yang berada dalam kaldu ikan, membantu tugas EM2. Sakarida dan asam amino disintesekan oleh bakteri fotosinthetik sehingga secara langsung dapat diserap oleh tanaman, merupakan pengurai organik secara singkat (organic material path way).

EM4: isinya sebanyak 90% Laktobacillus, yang dapat menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi (anaerobic zimogenik microorganism), merupakan mikroorganismae anaerob yang merubah kondisi tanah dengan menggunakan kekuatan enzimnya. Tanah zimogenik adalah tanah yang tidak mengeluarkan gas-gasberacun.

EM5: merupakan pestisida organik, tidak membahayakan kesehatan manusia/hewan dan tidak mencemari lingkungan, bertujuan untuk pemberantasan hama dan penyakit. Hanya berlangsung beberapa tahun dalam penerapannya di lapangan, para petani mencampur formula formula tersebut sehingga komposisi mikrobanya tidak sesuai lagi dengan peruntukannya, menyebabkan penemunya berfikir ulang, dimana untuk petanian, limbah dan lingkungan dibuatnya satu formula diberi identitas EM-1 yang berlaku untuk seluruh dunia.

Khusus untuk Indonesia yang pada saat itu Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, Direktur Utama PT Songgolangit Persada, yang akrab disapa Pak Oles telah mengambil lesensi berjudul EM4, atas persetujuan Prof Higa sampai sekarang EM yang beredar di Indonesia diberi identitas EM4 namun formulanya sama dengan EM1 yang diterapkan di luar Indonesia.

Selain EM1 dikenal juga EM-X untuk kesehatan, selain diminum dapat untuk injeksi intramuskuler maupun intra venus. EM-X ini tidak lagi mengandung mikroba namun berisi antioksidan dan 42 trase element. EM-Z sebagian besar untuk perindustrian; hasilnya ialah rumah sehat dengan teknologi EM, garam EM yang diberi nama “EM Rejufinating Salt” untuk memasak; garam ini merupakan garam yang tidak terion, dibuat dari air laut kedalaman 200 meter.

Khusus di indonesia telah pula dikenalkan Pro EM One untuk menjaga kesehatan, formula ini dibuat husus untuk diminum. Dengan demikian EM dapat digunakan di semua aspek kehidupan dan secara lagsung dapat meningkatkan mutu lingkungan. Ibaratnya seperti menembak burung dengan satu peluru dua sasaran dapat ditangkap, tutur Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini