
Pelaksanaan pembangunan menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat selama dasa warsa belakangan ini lebih diintensifkan guna memberikan berkah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun pada sisi lain menimbulkan dampak negatif bahkan musibah.
“Bagaimana cara mengatasi kedua dampak pembangunan, terutama dampak negatif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, jawabannya ada pada teknologi Effective Microorganisms (EM),” kata Instruktur EM pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali, Ir. I Gusti Ketut Riksa.
Ia yang juga Staf Ahli PT Songgolangit Persada (SLP), agen tunggal di Indonesia memproduksi dan memasarkan EM4 pertanian, EM4 perikanan, EM4 peternakan, EM4 Limbah dan EM4 Toilot ke seluruh daerah di Nusantara yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.
EM hasil temuan Prof. Dr. Teruo Higa dari Jepang, adalah teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan brkelanjutan untuk menghasilkan bahan pangan sehat dan melimpah memenuhi kebutuhan penduduk dunia yang semakin meningkat.
Pertanian ramah lingkungan mampu meningkatkan taraf kesehatan petani dan konsumen, menjadi sehat lahir batin, sehingga kehidupan bebas dari polusi zat-zat residu kimia.
Dengan menerapkan pertanian ramah lingkungan berbasis EM, maka bahan makanan dan air yang dikonsumsi, maupun udara yang dihirup dalam kondisi sehat, sehingga dapat menambah umur harapan hidup manusia di muka bumi dan makluk hidup lainnya.
Masyarakat sekitarnya juga dapat memperoleh manfaat dari pengembangan pertanian organik, yakni lingkungan yang bersih dan lestari, serta ekonomi yang tumbuh dan bergerak sehingga kehidupan masyarakat menjadi lebih sejahtera.
“Teknologi EM menyangkut tentang miroba ahir-ahir ini dibeda-bedakan menjadi mikroba jahat, mikroba baik dan mikoba netral, tidak lagi semua mikroba mendapat julukan baksil. Pemberantasan mikroba jahat jangan lagi menggunakan antibiotik, karena dapat menimbulkan mikroba-mikroba baru yang lebih virulen, penggunaan antibiotika ibaratnya seperti menyemai bibit penyakit yang baru lagi,” tutur Gusti Ketut Riksa.
Ia menekankan, umat manusia mulai hidup berdampingan dengan mikroba secara damai sambil meningkatkan kekebalan diri sendiri tanpa menggunakan antibiotik.
Meningkatkan kekebalan itu dengan cara, dalam ilmu EM mengenal yang disebut “antioksidan”. Antioksidan yang dibentuk oleh mikroba EM memiliki kekuatan yang sangat menakjubkan untuk melindungi tanaman, hewan dan manusia.
Demikian pula melindungi semua benda dari proses oksidasi, deteorasi, karat, korosi, pelapukan dan pada manusia dikenal dengan proses penuaan. Proses tersebut juga terjadi karena di alam ini tidak ada yang abadi, semuanya mengalami perubahan.
Kekuatan yang menakjubkan ini melindungi 80 % dari usia seluruh material, bagaimana halnya nasib bangunan, mesin-mesin dan perangkat lainya bila tidak ada antioksidan. Tutur Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4