Sejumlah kaum milenial saat mengikuti workshop membuat jamu tradisional di Kang Zanger-Bokashi Farm, Jalan Waribang, Kesiman, Denpasar Timur, belum lama ini.

Berbagai jenis obat tradisional yang diramu dari bahan-bahan tanaman herbal berkhasiat obat mengandung antioksidan, seratnya yang bagus untuk pencernaan dikonsumsi secara berkesinambungan sangat baik untuk meningkatkan imun tubuh, tanpa menimbulkan efek samping terhadap kesehatan secara menyeluruh.

“Obat tradisional berkualitas telah memiliki izin edar resmi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), memang tidak instan namun pelan-pelan tapi pasti dapat mengatasi keluhan atau menyembuhkan suatu penyakit,” tutur Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, sebuah perusahan swasta nasional yang berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr di Denpasar baru-baru ini.

Sosok pria enerjik alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinaw, Jepang (1987-1990) yang akrab disapa Pak Oles ketika tampil sebagai pembicara utama dalam Webinar dengan kertas kerja berjudul “Mengenal Pengobatan Herbal bidang Kesehatan”, menekankan, obat herbal sepenuhnya dari bahan baku tanaman obat yang sebelumnya telah dilakukan penelitian.

Penelitian terhadap tanaman obat dan khasiat yang dikandungnya dalam kurun waktu yang sangat lama dan sudah pernah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk menurunkan tekanan darah tinggi, meningkatkan imun tubuh, menurunkan kolestrol, berat badan dan sebagainya.

Dalam meramu obat herbal itu sama sekali tidak boleh mengandung bahan kimia obat (BKO), karena masing-masing perusahaan yang memproduksi obat tradisional itu mempunyai petugas apoteker sebagai penanggung jawab produk sebelum diuji laboratorium oleh pihak BPOM.

Oleh sebab itu sarjana farmasi dalam industri obat bertanggung jawab terhadap produk perusahaan dengan cara penerapan obat tradisional yang baik ( CPOTB) dan uji klinis, namun untuk kosmetik lebih mudah, karena obat luar.

Loloh sembuhkan Penyakit

Pak Oles yang juga menjabat Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Provinsi Bal menambahkan, loloh atau jus dari ekstrak tanaman herbal yang dilarutkan dalam air untuk tujuan memelihara kesehatan maupun menyembuhkan berbagai jenis penyakit dengan cara diminum.

Masyarakat luas di Bali dan berbagai daerah lain di Indonesia sejak zaman kerajaan sudah mengenal menerapkan hal itu dan mewariskannya secara turun temurun. Loloh sebagai salah satu pengobatan alternatif telah diterapkan masyarakat secara turun temurun juga tertulis dalam lontar Usadha Taru Pramana maupun dalam bentuk cerita untuk dibertitahukan kepada masyarakat luas untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dalam memelihara kesehatan untuk tetap prima.

Loloh dan jamu bagi masyarakat Bali adalah herbal yang hijau. Loloh pada umum rasanya pahit dan sepet. Sedangkan jamu unsur-unsurnya lebih ringan. Di berbagai daerah di Indonesia loloh dan jamu itu umumnya sama seperti yang dimuat dalam Ayur Wedha yang dipelajari di India.

Jamu sebagai pengobatan alternatif di Indonesia sudah ada sejak jaman kerajaan, sehingga kini prlu dicocok-cocokkan untuk bisa ditingkatkan peranannya dalam dunia kesehatan modern.

Di Indonesia ada berbagai jenis jamu, namun orang luar negeri umumnya kurang paham, namun tahu jamu gendong, yang bahan-bahan herbalnya terlebih dulu ditumbuk baru kemudian direbus.

Bahan-bahan membuat jamu berupa kayu ditemukan banyak tumbuh di daratah Pulau Kalimantan yang bisa diolah menjadi kosmetik yang pengolahannya masih secara tradisional. Jamu yang diolah dari kayu juga bermanfaatkan untuk mendinginkan, menghangatkan tubuh, menenangkan pikiran, membangkitkan energi, meningkatkan nafsu makan, anti virus, anti jamur, melancarkan pencernaan, melancarkan kencing, radang, denox dan mencegah diare.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini