Direktur Utama PT Karya Pak Oles Grup, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr menegaskan, jajaran direksi, manajemen dan karyawan untuk lebih serius mengembangkan produk-produk baru yang bervariasi berbasis effective Microorganisme (EM) untuk mendukung pengembangan pertanian organik.
“Produk-produk baru yang ramah lingkungan dapat memberikan manfaat bagi petani dan masyarakat luas untuk mengembangkan pertanian organik yang murah dan terjangkau yang mampu menghasilkan bahan pangan yang aman dan nyaman dikonsumsi untuk meningkatkan derajat kesehatan dan menambah umur harapan hidup,” kata Dr. Wididana dihadapan ribuan karyawan pada acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 perusahaan berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali di Gedung Pertemuan Bhumiku di Denpasar, baru-baru ini.
Ibarat menyelam minum air, perusahaan kedepannya untuk mampu lebih eksis terus berkembang ke arah yang lebih maju dan meraih prestasi yang gemilang selain tetap mengembangkan bisnis yang berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali dan merangkak menjadi lima besar di Indonesia juga mengembangkan produk EM untuk mendukung pengembangan pertanian organik.
PT Songgolangit Persada yang bernaung dibawah bendera PT Karya Pak Oles Grup mengelola sejumlah pabrik di Jawa dan di Bali yang memproduksi EM4 pertanian, EM4 perikanan, EM4 peternakan dan EM4 limbah untuk mengatasi pencemaran dipasarkan ke seluruh daerah di Nusantara.
PT Songgolangit Persada yang memproduksi pupuk hayati satu-satunya di Indonesia adalah agen tunggal yang memproduksi dan memasarkan EM4 ke seluruh daerah di Indonesia yang memperoleh lisensi dari Effective Microorganisme Research Organization (EMRO) Jepang.
Sejumlah parbrik yang memproduksi EM4 di Jawa dan Bali itu telah diperluas ditingkatkan kapasitas produk untuk mengantisipasi peluang semakin baiknya bisnis pupuk organik. Selain pupuk hayati EM4 juga memproduksi pupuk organik padat Bokashi Kotaku yang cocok untuk menyuburkan semua jenis tanaman pepohonan.
Sementara Staf Ahli PT Songgolangit Persada, sekaligus instruktur EM pada Institut Pengembangan Sumber Dayu Alam (IPSA) Bali, Ir. I Gusti Ketut Riksa menaruh harapan besar terhadap pemerintah Indonesia agar meniru negara-negara maju yang telah mendahului menggarap pertanian organik berbasis Efective Microorganisme (EM).
Menggarap sektor pertanian dan alam dengan teknologi EM menjadi luar biasa, karena kita belum banyak berbuat tentang kelestarian lingkungan dan alam. Ia mengatakan hal itu selesai memberikan pelatihan tentang pertanian organik berbasis EM kepada Semuel Achitopel Fahik bersama istrinya Nyonya Dies Susianawati dari Desa Wehali, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang secara khusus ke Denpasar untuk belajar teknologi EM untuk mendukung pertanian organik, baru-baru ini.
Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang wilayahnya sangat luas dari Sabang sampai Merauke, termasuk Bali yang memiliki sejumlah objek wisata andalannya harus didukung dengan lingkungan yang bersih dan lestari.
Upaya mewujudkan sasaran itu sangat tepat dengan EM, teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam berbagai aspek kehidupan.Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang berhasil menemukan teknologi EM tahun 1980 melalui hasil penelitian selama 12 tahun (1968-1980) berujung pada misi besar untuk melestarikan lingkungan.
PT SLP yang didirikan oleh Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr adalah satu-satunya di Indonesia mendapat lisensi dari Effective Microorganisms Research Organization (EMRO) Jepang untuk memproduksi dan memasarkan pupuk hayati EM4 pertanian, EM4 peternakan, EM4 perikanan dan EM4 lingkungan ke seluruh daerah di Nusantara.
EM4 mempunyai peranan yang sangat strategis dalam berbagai aspek kehidupan bisa dimanfaatkan masyarakat luas di Indonesia, khususnya petani, peternak, petambak maupun investor dan kalangan pembisnis untuk memanfaatkan EM sebagai fermentasi pupuk organik yang disebut dengan bokashi.
EM bisa digunakan dalam skala usaha industri untuk meningkatkan kesuburan lahan yakni pemupukan tanaman padi, palawija, hortikultura, tanaman cengkeh, jeruk, tanaman durian, sayur mayur maupun tanaman hias dan tanaman bunga-bungaan.
Semua itu menghasilkan bahan pangan yang sehat memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang setiap saat jumlahnya terus meningkat, sehingga tidak perlu mengekspor bahan pangan dari luar negeri, harap Gusti Ketut Riksa.https://linktr.ee/em4