Pertanian Perkotaan Lestarikan Budaya Untuk Generasi Mendatang

0
78
Gede Ngurah Wididana menunjukkan tanaman pakis yang ditanam dalam pot bisa dijadikan vas meja yang sangat indah.

Pembangunan pertanian organik perkotaan (urban farming) mempunyai banyak keterkaitan dalam melestarikan budaya pertanian kepada anak cucu dan generasi mendatang, sehingga sektor pertanian tetap lestari dalam kehidupan umat manusia.

“Jika pertanian perkotaan dilupakan, maka teknologi pertanian, pengalaman bertani tidak bisa dilestarikan, sehingga lupa makan beras merah, beras wangi, minyak kelapa yang menyehatkan dan lupa terhadap tanaman herbal yang mempunyai banyak khasiat untuk kebugaran tubuh,” kata Direktur Utama PT Songgolangit Persda Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr ketika memberikan pembekalan kepada mahasiswa Universitas Nasional (Unas) Jakarta yang dipandu Ir, Inkorena GS Sukartono, M.Agr,

Dr. Widi yang juga Akademisi Universitas Nasional Jakarta mengungkapkan hal itu dalam kertas kerja berjudul “Pembangunan Pertanian Perkotaan Mewujudkan Kemandirian Pangan dan Kehidupan yang sejuk” secara online“ baru-baru ini.

Dr. Widi, alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa Jepang menjelaskan, budaya pertanian yang diterapkan masyarakat secara turun temurun memiliki delapan ikatan sosial yang terkait satu sama lainnya.

Kedelapan ikatan sosial tersebut antara lain meliputi budaya pertanian, budaya makan, bertukar makanan, cara masak, menanam berbagai jenis komoditas pertanian. Pertanian itu umumnya dilaksanakan di lahan yang luas, ada pengairan secara teratur di desa, namun hal itu sekarang diterapkan di perkotaan pada lahan yang sempit, bahkan menggunakan media pot.

Hal itu tentu berpengaruh terhadap budaya dan perilaku bidang pertanian di perkotaan  yang dibentuk berdasarkan kesenangan (hobi) dengan memanfaatkan lahan yang terbatas, namun mampu mewariskan budaya pertanian kepada generasi mendatang,

Dr. Widi yang pernah tinggal di Jepang untuk melanjutkan program studi menjelaskan, masyarakat Jepang lupa cara memasak singkong, bahkan tidak tahu daun singkong bisa dikonsumsi. Daun singkong memang mengandung sianida yang bisa membunuh, namun setelah daun singkong itu direbus sianidanya bisa hilang.

Dari pengembangan pertanian organik perkotaan banyak muncul usaha kretif, misalnya mengembangkan cabai yang jumlahnya mencapai puluhan jenis, padahal yang umumnya diketahui hanya empat jenis yakni cabai besar, cabai keriting, cabai kecil dan cabai krinyi.

Dari puluhan jenis cabai salah satu diantaranya cabai Meksiko yang sangat pedas, satu biji harganya mencapai Rp5.000 yang dapat tumbuh dan berkembang berkat usaha yang kreatif.

“Usaha-usaha pertanian perkotaan yang kreatif itulah merupakan salah satu diantaranya hasil tukar menukar informasi antar kelompok komunitas sehingga dari hobi untuk kesenangan menjadi usaha bisnis yang menggiurkan,” tutur Pak Oles.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini