Subak Selat Karangasem Terpilih Sebagai Tempat BIFSS

0
102
Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, MS, saat memberikan ceramah tentang subak kepada para peserta BIFSS.

Subak Selat di Kabupaten Karangasem, terpilih sebagai tempat pelaksanaan Bali International Field School for Subak (BIFSS) tahun 2022. Dengan kegiatan BIFSS, diharapkan Subak Selat bisa berkembang pesat untuk mensejahterakan para petani. Kini di Subak Selat sedang dikembangkan pertanian organik, koperasi tani dan lain-lain.

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (Stispol) Wira Bhakti Denpasar, Prof. Dr. Ir. Wayan Windia, MS, Senen (29/8) diundang untuk memberikan ceramah tentang subak kepada para peserta BIFSS. Dengan demikian para peserta bisa mendapatkan pemahaman awal tentang subak.

Selanjutnya, hingga hari Jumat (2/9) para peserta akan berdiskusi untuk bisa memberikan rekomendasi kepada pemeritah. Para peserta BIFSS tahun 2022, berasal dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia dan dari luar negeri, diantaranya dari Austria.

Prof. Windia pada kesempatan itu mengungkapkan tentang definisi subak, fungsi subak, sejarah subak, bagaimana subak menerapkan filsafat Tri Hita Karana (THK), apa-apa yang tidak boleh dilakukan di kawasan subak dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa purana (catatan sejarah), masyarakat dilarang, bermain seks di kawasan sawah (subak), tidak boleh berkata-kata kasar, dan tidak boleh ada adu fisik hingga mengeluarkan darah. Larangan itu dilakukan, karena kawasan subak adalah kawasan yang sakral. Buktinya, kawasan subak secara rutin disajikan ritual.

Semua kegiatan ritual itu, ditujukan untuk memuliakan Tuhan Yang Maha Esa, dalam wujudNYA sebagai Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Bagaimana kalau ada pelanggaran?. Maka yang bersangkutan akan dikenakan sanksi. Sanksinya, pada dasarnya adalah berupa ritual, yang disebut dengan Upacara Mebalik Sumpah.

Sementara Ketua pelaksana BIFSS, Dr. Catrini Pratihari Kubontubuh, MSc (Dr. Ari) mengatakan bahwa pelaksanaan BIFSS tahun ini adalah pelaksanaan yang ke-8. Sebelumnya pernah diselenggarakan di Gianyar, dan di Karangasem. Sejak tahun lalu dipusatkan di Jero Tumbuk (Selat), dan Subak Selat sebagai tempat praktek lapangan. Disebutkan bahwa tema yang dibahas dalam pelaksanaan BIFSS tahun ini adalah “The Role of Digital Technologies in the Preservation of Subak and Balinese Cultural Heritage”.

Diharapkan berbagai usaha yang telah dilaksanakan oleh yayasannya, yakni Yayasan Bali Kuna dan Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dapat bermanfaat bagi budaya Bali. “Saya dan keluarga, tinggal di Jakarta. Namun saya secara rutin pulang untuk membina subak di Bali” katanya. Ia berharap agar Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota di Bali ikut menjaga subak, dan memberikan perhatian yang sepadan bagi subak, agar warisan dunia ini bisa lestari.

Yayasan Bali Kuna, dipimpin oleh suaminya, Gusti Lanang Widiarta, SH. Pada kesempatan itu Gusti Lanang mengatakan bahwa berbagai kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi dilaksanakan di Jero Tumbuk. Ia berharap pihaknya dapat meneruskan tradisi orang tuanya, yang sangat sosial terhadap masyarakat. “Setelah saya melanglang bhuwana ke mana-mana hingga pensiun, maka kini saatnya kami berbuat sesuatu untuk desa dan subak di sekitar rumah kami. Semuanya itu adalah untuk melanjutkan tradisi leluhur kami” katanya. linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini