Kesaksian Para Pendiri Republik

0
46
Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU adalah Guru Besar Fak. Pertanian Unud, dan Ketua Stispol Wira Bhakti.

Oleh: Wayan Windia *)

Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 KemerdekaanRI, saya mendapat kiriman buku, tentang riwayat pendiri republik. Menurut saya, para pendiri republik adalah orang-orang yang terlibat dalam perang kemerdekaan RI. Kalau Jenderal TB Simatupang menyebutnya sebagai Generasi Pembebas. Mereka adalah orang-orang yang terpanggil mempersembahkan jiwa raganya untuk NKRI, Pancasila, dan UUD 1945. Judul bukunya : Pengabdian Paripurna Seorang Prajurit TNI Generasi 45. Sebuah karya autobigrafi, yang ditulis oleh Jendral TNI (Pur) Widjojo Soejono.

Buku kesaksian yang lain, yang pernah saya terima kirimannya adalah karya dari Letjen TNI (Pur) Prabowo Subianto. Judulnya: Kepemimpinan Militer Jilid I dan II, dan Paradoks Indonesia. Isinya adalah catatan pengalamannya di bidang militer dan politik, serta pandangannya tentang warisan/pusaka Indonesia, yakni tentang Pancasila dan UUD 1945. Juga ide-ide solutif tentang Indonesia ke depan.

Tentang Pancasila dan UUD 1945, kedua jenderal itu tampaknya seirama. Bahwa memang Pancasila dan UUD 1945 yang paling cocok untuk Indonesia. Bahkan Jenderal Widjojo bercerita dalam bukunya tentang gerakan-gerakan yang dilakukan oleh TNI, untuk mendorong pemerintah (waktu itu) kembali ke UUD 1945. Muncullah akhirnya Dekrit Presiden untuk kembali ke UUD 1945 (yang asli).

Karena Jenderal Widjojo adalah prajurit yang sangat senior, dan bahkan terlibat dalam perang kemerdekaan, maka banyak ditulis tentang cerita selama perang kemerdekaan. Ceritanya sangat meng-asyik-kan, karena ditulis sebagai sebuah pengalaman pribadi. Meskipun harus melawan penjajah Belanda yang persenjataan tentara-nya sangat modern. Tentara Indonesia hanya berbekal semangat perjuangan, persatuan-kesatuan, dan nekat. Akhirnya tokh para pejuang bisa memenangkan perang kemerdekaan.

Menurut catatan sejarah, tidak ada bangsa-bangsa di dunia yang kalah dalam perjuangan perang kemerdekaan. Jenderal Robert Mc. Namara, menyebut bahwa ada kesalahan besar dari Amerika Serikat dalam Perang Vietnam. Amerika mengira bahwa perjuangan Vietnam Utara untuk merebut Vietnam Selatan, adalah perjuangan kaum komunis dalam rangka perluasan efek domino komunisme.

Tetapi ternyata perjuangan itu bagi Vietnam adalah perjuangan perang kemerdekaan. Itulah sebabnya jenderal-jenderal Vietnam Utara berhasil menggalang semangat rakyat untuk menguasai sebuah puncak bukit. Dan dari puncak bukit itulah Vietnam Utara bisa menggempur tentara Amerika. Suatu gerakan tentara yang sama sekali tidak diperkirakan oleh Amerika. Karena medan perbukitan itu sangat-sangat berat dan ganas. Tetapi demi kemerdekaan, tentara Vietnam Utara mampu melakukannya.

Hal yang sama telah dilakukan pula oleh tentara Indonesia dalam perang kemerdekaan. Bahwa sebagai akibat dari keputusan politik, maka tentara Siliwangi harus keluar dari kantong-kantong pertahanannya di Jawa Barat. Kemudian harus menyeberang ke arah timur. Sebuah perjalanan yang sangat berat. Namun harus dilakukannya, demi untuk Indonesia merdeka.

Di Bali, Brigjen TNI (Alm) I Gusti Ngurah Rai (Pak Rai), juga melakukan gerakan yang serupa. Setelah memenangkan Perang Tanah Aron (Karangasem) pada tgl 7 Juli 1946, maka Pak Rai harus bergerak lagi ke arah Barat. Untuk menghindari kejaran tentara Belanda. Maka Pak Rai dan pasukannya harus menyeberang melalui puncak Gunung Agung, dengan resiko tidak makan dan tidak minum secara wajar selama seminggu. Sebuah perjalanan yang sangat berat, dan dikenal di kalangan pejuang di Bali sebagai perjalanan Long Mach Gunung Agung.

Setelah 77 tahun perang kemerdekaan, kita telah mengalami proses transformasi sosio kultural. Dalam hal ini Jendral Widjojo berpandangan bahwa telah terjadi perubahan yang elementer dari UUD 1945. Hal itu terjadi karena adanya campur tangan asing. Disimpulkan dengan lugas bahwa sebuah lembaga asing itu kira-kira menyatakan bahwa : “Libralisasikan konstitusimu atau Bank Dunia tidak akan mengucurkan dana talangan untuk mengatasi krisis moneter”. Dalam kaitan itu, dikutip pula pendapat Forum Bersama TNI-Poltri dengan mitra perjuangannya yang telah menerbitkan buku “Kaji Ulang Perubahan UUD 1945 Paska Empat Kali Amandemen”. Namun sayang, gema wacana itu tidak bergema sebagaimana yang diharapkan.

Karena terjadi perubahan sosial yang pesat, maka ada tendensi untuk memutarkan balik-kan fakta sejarah bangsa. Maka dalam usianya yang sudah 94 tahun, dan terlibat dalam pahir getir perjuangan perang kemerdekaan, maka dibuatlah beberapa kesaksian sebagai berikut.

(1) Bahwa Peristiwa Madiun, tahun 1948 adalah sepenuhnya sebuah pembrontakan. Pelaku utamanya adalah Ahmad Dahlan, pimpinan Brigade 29, yang berasal dari kelompok Partai Sosialis/Komunis, yang dikawal oleh Muso.

(2) Bahwa pasukan Poh An Tui adalah sama saja dengan pasukan KNIL. Keduanya dibentuk oleh dan untuk kepentingan Belanda. Bahwa peristiwa Nganjuk pada tahun 1949 adalah reaksi rakyat terhadap tindakan pasukan Poh An Tui. (3) Bahwa peristiwa G-30-S/PKI adalah murni perbuatan PKI, yang dilaksanakan oleh Kelompok Supardjo dan Untung. (4) Bahwa kebijakan konfrontasi dengan Malaysia, adalah sebuah unsur dalam skenario kebijakan politik Nasakom. (5) Bahwa kita telah dapat memenangkan perang kemerdekaan. Tetapi apa yang sebenarnya terjadi adalah bahwa kita didukung oleh strategi Wehrkreise.

Catatan: Strategi Wehrkreise, adalah strategi perang yang menyebabkan para penyerang (musuh) bisa gulung tikar dan menyerah. Strategi inilah yang mampu memenangkan Rusia dalam perang melawan Perancis di bawah Napoleon Bonaparte. Selanjutnya kemudian, juga dapat memenangkan perang melawan Nazi Jerman di bawah Hitler.

*) Penulis, adalah Guru Besar pada Fak. Pertanian Unud, dan Ketua Stispol Wira Bhakti.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini