Sejumlah negara maju berlomba-lomba memproduksi obat-obatan tradisional bermutu dari bahan tumbuhan berkhasiat obat yang didatangkan dari Indonesia, yang nantinya dijual kembali ke nusantara maupun negara lainnya dalam perdagangan internasional.
Indonesia dalam bidang industri obat tradisional belum mampu menghasilkan obat bermutu tinggi, padahal kepulauan nusantara yang sangat luas dan subur itu dikenal sebagai gudang tumbuhan berkhasiat obat-obatan.
Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma dalam bukunya berjudul “Manfaat dan Kegunaan Rempah, Rimpang dan Umbi” Ensiklopedia Millenium jilid 2, mengungkapkan, Ketua I Dewan Riset Nasional (DRN) Prof. AA. Loedin mengingatkan perusahaan farmasi Indonesia jangan berkhayal menghasilkan obat-obatan baru pada saat perdagangan bebas terlaksana penuh 20-25 tahun mendatang.
Sebab semua itu membutuhkan dana, belum pernah dikeluarkan dana untuk mengadakan riset yang bisa mencapai 390 juta dolar AS untuk menghasilkan satu obat baru yang tentu kembali dalam waktu 20 tahun kemudian, seperti yang dilakukan oleh farmasi multinasional Amerika Serikat dan Eropa.
Prof. AA Loedin juga meramalkan 10 tahun lagi akan muncil pabrik-pabrik asing memproduksi jamu dan obat tradisional Indonesia. Untuk mengembangkan dan memajukan obat dan pengobatan tradisional Indonesia dibutuhkan sumber dana, sumber daya manusia yang handal, sarana dan prasarana untuk menciptakan obat yang bermutu tinggi.
Dukungan dan peran serta semua pihak sangat diperlukan, yakni pemerintah, masyarakat serta didukung oleh ilmu pengetahuan serta teknologi yang akan mengangkat kualitas jamu, obat dan pengobatan tradisional.
Tanpa semua itu tidak mungkin akan lahir sumber daya manusia yang handal untuk dapat menciptakan jamu dan obat tradisional bermutu agar dapat mengangkat obat dan pengobatan tradisional Indonesia secara internasional. linktr.ee/pakolescom #pakoles #minyakbokashi