Muhammad Budi Santoso menunjukkan produk EM4 yang digunakan dalam budidaya ayam pejantan di Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.

Muhammad Budi Santoso (54), peternak ayam pejantan dari Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah telah merasakan berbagai manfaat dan keuntungan dari penggunaan Effective Microorganisms 4 (EM4) dalam mendukung bisnis yang telah dilakoni selama delapan tahun.

“Dengan menggunakan EM4, nafsu makan ayam menjadi baik, pertumbuhannya bagus, namun  biaya pakan justru irit,” kata peternak yang akrab disapa Budi saat berbincang dengan tim YouTube EM Indonesia Official di Banyumas, Jawa Tengah, belum lama ini.

Budi menceritakan usaha peternakan ayam yang dirintisnya sejak delapan tahun silam itu karena melihat potensi banyak daerah pariwisata dan usaha kuliner di daerah setempat, sehingga menyebabkan tingginya permintaan ayam untuk konsumsi.

“Pemasarannya pun relatif mudah karena saya sudah punya banyak pelanggan yang siap menampung. Jumlah ayam pejantan yang dipelihara berkisar antara 500 hingga 700 ekor, tergantung dengan kondisi permintaan,” ucapnya.

Meski sudah beternak selama delapan tahun, Budi mengaku usahanya tak selalu berjalan mulus. Khususnya saat pandemi COVID-19, ia dihadapkan pada harga ayam yang jauh turun di bawah standar dan bahkan banyak ayam yang tidak laku terjual.

Oleh karena itu, ia berusaha menekan biaya produksi dengan membuat pakan alternatif karena saat itu harga pakan pabrikan jauh melambung tinggi.

Penggunaan EM4 untuk pakan ayam pejantan itu dikombinasikan dengan molase atau tetes tebu, ketela dan konsentrat yang difermentasi selama seminggu. Selanjutnya hasil fermentasi juga dicampur dengan pakan pabrikan. EM4 yang diproduksi oleh PT Songgolangit Persada (SLP) juga dicampurkan pada air minum ayam pejantan.

Budi mengaku tidak mengikuti pelatihan khusus untuk membuat pakan ternak, tetapi dia belajar dari sejumlah informasi panduan yang sudah ada, terkait kandungan protein, karbohidrat, mineral dan sebagainya yang diperlukan untuk pakan ayam pejantan.

“EM4 ini juga mudah didapatkan, awalnya saya dikenalkan penggunaan EM4 oleh penyuluh pertanian di Cilongok, karena saat itu lahan persawahan diserang hama yang membuat akar tanaman menjadi busuk. Penyebab munculnya hama tersebut karena penggunaan kotoran ayam pada lahan persawahan,” katanya menambahkan.

Tak hanya bermanfaat bagi kesehatan ayam pejantan yang dipelihara, Budi mengatakan penggunaan EM4 juga dapat mencegah bau pada kandang ternak sehingga tidak mendapat keluhan dari lingkungan sekitar. “Karena kandang tidak berbau, bahkan warga mengira tidak ada ayam di kandang. Penggunaan EM4 mendukung kami untuk mendapatkan cuan yang lumayan karena hasil ternak menjadi bagus,” ujarnya.

Teknologi EM4 ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang, dan telah diterapkan secara luas di negara-negara lain di seluruh dunia. PT Songgolangit Persada yang didirikan oleh Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr atau yang populer dengan sapaan Pak Oles, telah mendapatkan lisensi dari Prof. Dr. Teruo Higa untuk mengembangkan teknologi EM di Indonesia.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini