Gede Ngurah Wididana (tengah) menunjukkan buah melon yang dibudidaya menggunakan teknologi EM4. dikawasan Pecatu, Badung.

Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP) sekaligus founder EM4, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, menegaskan bahwa pertanian sehat dan berkualitas harus mampu menghasilkan produktivitas tinggi tanpa merusak lingkungan. Hal tersebut ia sampaikan dalam Kuliah Umum “Revolusi Pertanian Organik” yang digelar Fakultas Pertanian Universitas Widya Gama Mahakam (UWGM) Samarinda melalui Zoom dan diikuti lebih dari seratus peserta.

Menurut Dr. Wididana, pertanian organik ideal meliputi produktivitas tinggi, ramah lingkungan, berkelanjutan, sekaligus menguntungkan petani dan konsumen. Teknologi Effective Microorganisms (EM) menjadi salah satu solusi kunci yang dinilai mudah diterapkan oleh siapa saja.

“Teknologi EM sangat mudah diterapkan, menguntungkan petani dan konsumen, tidak merusak alam, serta mampu meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan,” ujar Dr. Wididana.

EM4: Teknologi Mikroorganisme yang Sudah Digunakan di Lebih dari 100 Negara

Dr. Wididana, yang juga Direktur Utama PT Karya Pak Oles Group, menjelaskan bahwa teknologi EM ditemukan pada tahun 1980 oleh Prof. Dr. Teruo Higa dan kini sudah digunakan lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia.

Alumnus University of the Ryukyus, Okinawa, Jepang tersebut menyebutkan bahwa kunci utama pertanian organik adalah daur ulang limbah organik melalui proses fermentasi EM. Hasil fermentasi tersebut mampu memperbaiki struktur fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga tanah menjadi lebih subur dan sehat.

Daur Ulang Limbah Organik: Kunci Tanah Sehat dan Produktivitas Pertanian

Dalam pemaparannya, Dr. Wididana menerangkan berbagai sumber limbah organik yang dapat diolah menjadi pupuk menggunakan EM, di antaranya:

Limbah dapur, hotel, dan restoran. Limbah rumah tangga dan permukiman. Limbah pabrik pengolahan makanan seperti kecap, mie, dan daging. Limbah pertanian dan peternakan. Limbah toilet/tinja yang dapat difermentasi seperti praktik “naitsoil” di Cina. Lumpur tambak, selokan, sungai, dan danau

Proses pengolahan ini tidak hanya mencegah polusi tanah, air, dan udara, tetapi juga membantu menghilangkan bau dan menekan penyebaran hama serta penyakit.

Ia mengibaratkan tanah sebagai “usus” dalam tubuh manusia. Bila tanah rusak, maka ekosistem pertanian ikut terganggu dan menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan.

Dampak Limbah yang Tidak Diolah: Dari Polusi hingga Menurunnya Produktivitas

Menurut Dr. Wididana, limbah organik yang tidak diolah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti: Polusi udara dan bau. Penyebaran penyakit pada tanaman, hewan, dan manusia. Stres pada ternak dan manusia. Penurunan produktivitas pertanian, peternakan, dan perikanan. Risiko keracunan dan gangguan kesehatan.

Karena itu, ia menegaskan pentingnya pengolahan limbah secara sistematis menggunakan teknologi EM. “Konsepnya sederhana: manusia menghasilkan limbah dalam setiap aktivitasnya, dan limbah itu harus diolah dengan baik agar tidak merusak lingkungan,” tegasnya.

EM4 sebagai Solusi Pertanian Berkelanjutan

Kuliah umum ini memberikan pemahaman bahwa teknologi EM, yang menjadi dasar produk populer seperti EM4, dapat menjadi solusi nyata bagi pertanian sehat dan berkelanjutan. Dengan penerapan yang mudah, biaya terjangkau, dan manfaat luas, EM terus menjadi pilihan petani di Indonesia.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini