
Suasana penuh semangat dan keceriaan tampak saat rombongan siswa SD Gandhi Memorial International School (GMIS) Bali mengikuti kegiatan pembelajaran luar kelas di Pak Oles Green School (POGS), Jalan Waribang, Kesiman, Denpasar Timur, belum lama ini. Dalam kegiatan edukatif tersebut, para siswa tidak hanya belajar mengenai pertanian organik, tetapi juga berkesempatan merasakan langsung manfaat produk herbal Minyak Oles Bokashi.
Rombongan siswa yang terdiri dari murid kelas II dan didampingi oleh empat guru pendamping ini disambut hangat oleh Manajer POGS, Koentjoro Adijanto, yang akrab disapa Yoyok. Dalam sambutannya, Yoyok memperkenalkan berbagai jenis tanaman obat tradisional yang tumbuh di lingkungan POGS tersebut.
“Ada berbagai jenis tanaman yang bisa digunakan sebagai obat tradisional, seperti jinten, ciplukan, patah tulang, pegagan, cocor bebek, kumis kucing, brotowali, kitolod, daun mint, lidah buaya dan masih banyak lagi,” terang Yoyok sambil menunjukkan tanaman-tanaman tersebut kepada para siswa.
Salah satu momen menarik terjadi saat Yoyok memperkenalkan Minyak Oles Bokashi, produk herbal unggulan dari PT Karya Pak Oles Tokcer. Produk ini diketahui memiliki beragam manfaat seperti meredakan pegal, gatal akibat gigitan serangga, luka ringan, serta dapat digunakan sebagai campuran untuk mandi rempah.
Mendengar khasiatnya, beberapa siswa yang mengalami gatal akibat gigitan nyamuk dan luka gores karena bermain di kebun langsung meminta untuk diobati menggunakan Minyak Oles Bokashi. Respons positif pun langsung terlihat, rasa gatal dan perih perlahan mereda, membuat para siswa merasa senang dan nyaman melanjutkan aktivitas.
Menariknya, setiap siswa juga mendapat satu botol Minyak Oles Bokashi sebagai cinderamata untuk dibawa pulang, agar bisa digunakan bersama keluarga di rumah.
Salah satu guru pendamping, Yuliana, menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan siswa pada jenis-jenis tanah, serta pentingnya menjaga kesuburan tanah demi kelestarian lingkungan.
“Tujuan kami mengajak anak-anak ke POGS supaya mereka mengetahui perbedaan tanah, tahu mana tanah yang baik untuk tanaman, dan tahu bagaimana menjaga tanah supaya tidak rusak,” jelas Yuliana.
Kegiatan edukatif ini tidak hanya berlangsung secara teori. Para siswa juga diajak praktik langsung membuat pupuk organik bokashi. Dengan bimbingan dari Yoyok dan Wayan Suandi, siswa menggunakan bahan-bahan alami seperti kotoran hewan, serasah, tanah humus, sekam, molase, dan Effective Microorganism 4 (EM4) untuk fermentasi pupuk.
Selanjutnya, kegiatan berlanjut dengan sesi menanam tanaman kumis kucing dalam polybag. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk menanam sendiri dan membawa pulang hasil tanamannya untuk dirawat dan diamati di rumah.
“Saat mempelajari jenis tanah, murid juga melakukan pengamatan dan eksperimen sederhana. Ini membantu mengembangkan keterampilan sains dasar dan meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga kesuburan tanah,” tambah Yoyok.
Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru tentang pertanian organik dan tanaman obat, tetapi juga ditanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan dan keberlanjutan alam sejak dini.linktr.ee/pakolescom