Dr. Wididana: Teori Membaca

0
138
Dr. Gede Ngurah Wididana menunjukkan buku yang dibelinya disebuah toko buku yang sederhana.

Orang pintar adalah orang yang banyak membaca buku. Pemimpin lahir dari pembaca. Membaca adalah alat untuk melompat berpikir melampaui dunia yang sedang dipijak. “Dengan membaca pikiran menjadi terbuka, informasi didapat dan dicerna untuk mengambil keputusan,” ujar Dirut PT Karya Pak Oles Group, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.

Pria yang akrab disapa Pak Oles ini mengatakan, orang yang banyak membaca menjadi terpelajar. Orang yang bersekolah harus banyak membaca, tanpa membaca dia hanya mendapatkan ijazah dan gelar tapi miskin ilmu. Setelah tamat bersekolah pun dia harus lebih banyak lagi membaca yang lebih khusus, sesuai dengan minatnya.

Alumnus Program Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990) menambahkan, ilmu itu datang dari membaca. Setelah membaca dia bisa menulis. Tidak mungkin seseorang bisa menulis tanpa membaca, karena membaca adalah bahan baku ide tulisan. Menulis harus dilatih. Membaca harus dibiasakan. Membentuk generasi pembaca dengan melatih dan membiasakan untuk membaca sejak usia dini.

Generasi pembaca adalah generasi emas yang memiliki pemikiran kreatif, produktif dan inovatif. Kebiasaan membaca dibangun dari keluarga di rumah, dengan mengumpulkan buku-buku, membeli buku baru atau buku bekas, mengunduh buku, saling berbagi buku, sehingga membaca menjadi sebagian dari ritual sehari-hari.

“Dengan banyak membaca, seseorang akan menjadi generasi yang melek informasi, bisa mengumpulkan, mencerna dan menggunakan informasi secara tepat, serta membuang informasi yang tidak bergun,” kata Alumnus program S-3 Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Denpasar ini.

Ditegaskan pula, dengan cara banyak membaca membentuk generasi pembaca, generasi emas, calon pemimpin masa depan. Tanpa banyak membaca, akan terbentuk generasi yang rakus melahap informasi, percaya akan segala informasi apakah benar atau salah, dia akan tetap percaya, karena daya nalar dan cernanya yang kurang bagus, menjadi generasi yang bingung terhadap kekacauan dan banjirnya informasi yang saling bertentangan.

“Generasi miskin membaca buku akan lahir menjadi generasi yang miskin harta, karena tidak kreatif dan tidak produktif, serta tidak inovatif, tegas Dr Wididana.linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini