Oleh: Dr. Wididana)*
Seorang pekerja lepas dengan baju berlumur keringat bekerja menjadi pegawai harian, sebagai tukang kebun di villa, dengan nama keren Daily Worker, atau DW, biasa disebut sebagai kerja DeWe. Senyum dan siulnya tersungging di bibirnya, terus bekerja selama delapan jam, dengan gaji yang sudah disepakati dengan manajemen villa.
Hasilnya, kebunnya terlihat segar dan sumringah, rumput hias kebun segar berwarna hijau seperti karpet terbentang, bunga bermekaran mengundang kupu kupu, daun tanaman tampak sejuk menyegarkan mata.
Pekerja DeWe itu menikmati kerjanya, tidak terlihat lelah di matanya, badannya sehat. Apa rumusnya anda bisa bekerja bagus seperti ini?, tanya saya. Dengan bangga dia memperlihatkan baju kaos warna merah lusuh bertuliskan putih, yang dipakainya bekerja di kebun.
Saya terpengarah dengan tulisan di bajunya itu, “Intinya Bersyukur,” dia menunjuk baju basahnya itu dengan jempolnya, tepat di tengah dadanya. “Dengan baju bertuliskan kata motivasi ini saya bekerja termotivasi,” imbuhnya.
“Dengan termotivasi saya bekerja untuk membuat tamu villa senang melihat kebun bunga yang saya rawat.” Tamu yang menginap di Villa itu, yang umumnya menginap lama merasa senang. “Karena saya sering bertemu tamu saat saya bekerja di kebun di pagi dan sore hari, setiap hari saya mendapatkan tip dari tamu yang berbeda,” tambahnya.
Dia terlihat sangat relaks dan enjoy dengan kerjanya. Sekolahnya hanya sampai SMA, dan bercita-cita melanjutkan universitas, fakultas teknik atau pertanian jurusan pertamanan, dari hasil kerjanya. “Apakah kamu yakin bisa melanjutkan sekolah pertamanan?” tanya saya menyelidiki.
“Saya yakin bisa, Intinya Bersyukur pak,” jawab dia. Saya kaget dengan harapan yakinnya. “Oke, kerja yang bagus, tahun ajaran depan kamu melamar sekolah pertamanan, dan jadilah ahli membuat taman. Saya bantu kamu untuk membayar uang sekolah. Kamu bisa bekerja sambil sekolah.” Selanjutnya giliran dia yang terkejut mendengar kata saya yang dikira asal -asalan.
Saat saya check out dari villa itu, saya salami dia, “setiap bulan saya akan menginap di villa ini untuk menikmati kebunnya yang indah, untuk melihat dia bekerja dengan bersyukur.”
“Kuatkan tekad dan niat untuk sekolah, menjadi sarjana pertamanan, saya serius dengan janji kemarin,” Kata saya menggengam tangannya. Saya melihat matanya berkaca sambil berdiri lunglai dan langsung jongkok di sisi kebun menyeka air matanya.
Saya berjalan pelan meninggalkan halaman villa menuju tempat parkir. Hati saya bergetar, membuka pintu mobil dan duduk di belakang supir. “Bapak sakit?, tanya supir saya dengan khawatir. Tidak, mata saya kelilipan kena debu, agak berair, kata saya sambil menyekanya dengan tisu.
Saya memasang kaca mata hitam untuk menyamarkan mata yang basah. Tulisan “intinya bersyukur di baju lusuh dan semangat anak itu sangat menggetarkan hati. Bulan depan saya bertemu anak itu lagi di villa. Saya banyak belajar dengan dia, karena terus terang, saya belum Bersyukur.linktr.ee/pakolescom
)* Direktur Utama PT Karya Pak Oles Group.