Instruktur EM: Petani Bali Ingin Kembangkan Tanaman Jeruk Seperti Sendiakala

0
233
Petani jeruk dikawasan Kintamani, Kabupaten Bangli sedang menuangkan pupuk organik cair Bokashi untuk merawat tanaman.

Instruktur Effective Microorganisms 4 (EM4) pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali, Ir. I Gusti Ketut Riksa menegaskan, petani Bali pernah meraih prestasi gemilang dalam mengembangkan tanaman jeruk Bali, namun gagal totol akibat serangan penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) tahun 1970/1980.

“Petani Bali masih terus berkeinginan untuk mengembalikan tanaman jeruk Bali seperti sediakala, apapun anjuran dari petugas pertanian diturutinya oleh petani, diawali dari eradikasi terhadap tanaman jeruk yang sakit serta penyemprotan Diaphorina citri agar tidak terjadi penularan.” Kata I Gusti Ketut Riksa yang juga Staf Ahli PT Songgolangit Persada, agen tunggal di Indonesia yang memproduksi dan pemasarkan EM4 pertanian, EM4 peternakan, EM4 perikanan dan EM4 limbah ke seluruh daerah di Nusantara.

Ia mengatakan, bagi tanaman yang telah dieradikasi petani pemiliknya diberikan ganti rugi berupa uang. Setelah eradikasi kemudian dianjurkan melakukan infus dengan tetra ciklin karena penyebabnya diperkirakan bakteri dan inipun diikuti oleh para petani jeruk.

Banyak obat dan sarana produksi pertanian disalurkan, namun tanpa ada perbaikan tanaman. Anjuran berubah lagi dengan janis infus lain, karena penyebabnya dikira BLO (bakteri laik organisems) Inipun mengalami kegagalan.

“Berdasarkan kegagalan demi kegagalan yang dialami nampaknya para petani kehilangan kepercayaan kepada petugas pertanian. Menurut Gusti Ketut Riksa yang kala itu menjabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bangli tentang penyakit fisiologis, ada benarnya karena tanaman-tanaman yang dieradkasi tumbuh tunas baru dan mampu membuahkan hasil meskipun buahnya tidak sebanyak sebelumnya, justru pendapat yang terahir ini tidak atau belum dituruti oleh petani,” kata Gusti Ketut Riksa.

Setelah wawancara dengan orang-orang tua di Desa Bondalem, Kabupaten Buleleng diperoleh informasi bahwa kata Bondalem konon berasal dari kata “Kebunnya Dalem” yakni seorang raja dengan trah “Dalem” yang berkedudukan di Kabupaten Kelungkung.

Dengan demikian kebun jeruk itu sudah ada sejak jaman kerajaan. Ditemukan pohon jeruk yang lingkaran pohonnya di atas 80 Cm umurnya sudah mencapai ratusan tahun hanya saja berbuahnya tidak menakjubkan seperti diera 1970-1980.

Dengan eradikasi 30 Cm diatas tanah tunas-tunas baru ploimnya tidak lagi mengandung endapan pati. Asimilat dapat mengalir lancar dalam tubuh tanaman dan tidak terjadi bendungan, tanaman bisa tumbuh normal dan pendapat inilah yang diperkirakan mendekati kebenaran.

Berdasarkan pengalaman diatas bertani jeruk seharuslah melaksanakan teknologi “organik”, karena pohon jeruk tidak tahan dengan zat kimia. Hal itu terbuti petani di kawasan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali mampu mengembangkan tanaman jeruk asalkan menggunakan teknologi organik.

Jika mengembangkan tanaman baru haruslah 100 % menggunakan teknologi organik. Apabila tanamannya sudah besar-besar, mungkin umurnya sudah belasan tahun tanamannya hidup enggan mati tak mau” .

Ia mengatakan, lakukanlah pangkasan berat terhadap tanaman jeruk yang besar dengan memangkas batangnya 30 Cm di atas tanah. Setelah mendapatkan air yang cukup tanaman jeruk akan tumbuh bertunas baru.

Batang, cabang dan ranting yang berisi endapan pati, pastikan telah terbuang semuanya. Setelah tumbuh tunas baru pastilah tidak ada endapan pati pada phloimnya. Asimilatnya lancar beredar keseluruh bagian tanaman, karena  endapan pati menghalanginya telah terbuang semuanya.

Gusti Ketut Riksa menambahkan, sekitar dua tahun setelah pemangkasan berat, tanaman jeruk mulai mampu berbuah lagi.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini