Pak Oles: Nama Komang dan Ketut Semakin Langka

0
188
Gede Ngurah Wididana (Pak Oles) saat bersantai dengan anak bungsu di kawasan pantai Sanur, Denpasar Timur.

Keluarga Berencana (KB) Sistem Banjar pernah mengantarkan Bali meraih prestasi gemilang di tingkat nasional dalam mengatur dan mengendalikan pertumbuhan penduduk. Banjar adalah pembagian wilayah administratif di Provinsi Bali di bawah kelurahan atau desa yakni setingkat dengan rukun warga.

Prestasi gemilang Provinsi Bali di era orde Baru pernah menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia dalam bidang pelaksanaan program kependudukan, mengatur dan mengendalikan pertumbuhan penduduk.

Penerapan KB sistem banjar mengantarkan Bali untuk selalu menempati urutan teratas tingkat nasional dalam pelaksanaan KB, mengingat keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sangat menggembirakan.

“Setelah 40 tahun program KB tersebut berjalan, masyarakat Bali baru sadar, bahwa nama Komang (anak ketiga) dan Ketut (anak keempat) menjadi nama langka dan cenderung punah.

Hal itu akibat biaya hidup, membesarkan anak dan mendidik anak menjadi semakin mahal, maka memiliki anak lebih dari dua menjadi sangat berat.

Walau pemerintah Bali berjanji memberikan subsidi ini dan itu untuk anak Komang dan Ketut, tetap saja janji itu tidak memberikan pengaruh terhadap pola pikir beranak banyak, tutur Direktur Utama PT Karya Pak Oles Tokcer, sebuah perusahaan swasta nasional berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.

Alumnus Program Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang (1987-1990) mengaku “mengajar sambil belajar” seraya menjelaskan “ini anakku yang paling bontot, namanya Ketut Pandu Kumara Wididana, artinya anak Bali nomor empat,”.

Waktu anak saya keempat lahir pada tahun 2003, umur saya sudah 42 tahun, tidak terbayang apakah saya bisa membesarkan dia dan mendidiknya dengan baik, karena Umur dan rejeki setiap insan adalah misteri. Saya terus berdoa dan bekerja untuk dianugerahi sehat dan rejeki dari Tuhan agar bisa menghidupi keluarga, khususnya untuk bayi merah yang baru lahir saat itu.

Seiring berjalannya waktu, saya merasakan banyak belajar dari anak kecil itu, khususnya tentang kesabaran, dia adalah guru kesabaran dalam hidup saya. Anak kecil itu sekarang sudah berumur 20 tahun, sudah menjadi pribadi mandiri.

Setiap hari saya mengajar ilmu kehidupan dan cara belajar dan bergaul agar bisa menuntunnya menjadi pribadi tangguh. Jika ada pertanyaan atau masalah dalam belajarnya di kampus dia selalu bertanya secara online.

Pengalaman dalam mendidik anak sendiri lebih sulit dari pada mendidik anak orang lain, apalagi anak bungsu, dia harus diberikan perlakuan khusus.

Pemimpin yang berhasil terakhir ditentukan dalam keberhasilan regenerasi kepemimpinan. Setiap generasi memiliki jamannya, setiap jaman memiliki kesempatannya masing-masing.

Terakhir, semuanya tergantung dari karma mereka sendiri sendiri. Setiap insan membawa bekalnya masing -masing untuk ditabur dan dituai. Semoga berhasil, bermanfaat, dan berbahagia, harap Pak Oles.linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini