Jika berwisata ke kawasan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, yang berjarak sekitar 65 km timur Kota Denpasar pasti menyenangkan, dengan suguhan panorama alam perpaduan antara Danau Batur, Gunung Batur, lembah-perbukitan yakni kebun jeruk siam yang serasi dan “tersusun rapi” dan sayur mayur yang tumbuh subur.

Pohon-pohon jeruk yang berbuah lebat dan rimbun, dengan udara pegunungan yang sejuk, menambah sensasi yang mengasikkan untuk dikunjungi. Tak hanya enak di pandang, dipinggir-pinggir jalan banyak juga yang menjajakan buah jeruk dengan harga yang relatif murah dan terjangkau.

Bahkan wisatawan dan pengunjung bisa mencicipi buah jeruk yang sudah matang di pohon. Salah satunya kebun jeruk milik Yarikan Mudana (60) yang berlokasi di Desa Bantang Kintamani, Kabupaten Bangli ini bisa memenik sendiri.

Pemiliknya yang selalu ramah menyambut kedatangan tamu serta menawarkan jeruk untuk dikonsumsi cuma-cuma alias gratis, tapi beli juga dilayani. ”Maniskan jeruknya,’’ katanya sambil menunjukan kemasan botol satu liter warna kuning pupuk hayati Effective Microorganisms4 (EM4) untuk mengolah pupuk organik menjadi bahan organik kaya akan sumber hidup (Bokashi) untuk menyuburkan tanah dan tanaman jeruk kesayangannya.

Menurut Yarikan, buah jeruknya subur berkat dipupuk dengan pupuk organik padat Bokashi Kotaku dan pupuk cair EM4. Dengan kedua jenis pupuk tersebut, pohon jeruk tumbuh subur dan buahnya pun banyak dan ukuran besar-besar.

Menurut Yarikan, jeruk siam merupakan jeruk khas Kintamani. Penampilan jeruk siam memang menyenangkan hati dengan warna kuning cerah sedikit kehijauan. Rasanya manis dengan sedikit rasa asam segar.

Untuk mendapat hasil yang memuaskan Yurikan memanfaatkan kotoran sapi dan air seni sapi yang difermentasi dengan larutan EM4. Kemudian dengan memanfaatkan tendon air bekas yang sudah tidak terpakai kedua bahan tersebut dilarutkan dengan air dan tidak ketinggalan memanfaatkan kerja bakteri yang effektif (EM4) untuk mempercepat proses penguraian.

EM4 yang diperlukan untuk memfermentasi larutan kotoran sapi dan urin sebanyak 1.000 liter diperlukan 10–15 liter EM4 dan 10–15 liter Molasse (tetes tebu) kemudian ditutup rapat dan sekali-kali dibuka untuk membuang gas yang terbentuk dari proses fermentasi.

Ciri atau tanda bahwa racikan Bokashi cair tersebut sudah jadi atau siap untuk dipergunakan yakni dengan munculnya aroma manis seperti tape pada larutan kotoran sapi+urin yang pada awalnya baunya busuk menyengat.

Setelah racikan pupuk cair EM4 jadi, kemudian Yurikan mencampurkan larutan tersebut dengan air biasa dengan perbandingan 1:4 sampai dengan 1:10 lalu dengan menggunakan pompa air, larutan tersebut disiramkan kesekitar perakaran tanaman jeruk dengan perkiraan dosis 5 liter per pohon.

“ Saya rutin menggunakan Bokashi cair sudah lima bulan terakhir ini dengan frekuensi satu sampai dua minggu sekali tergantung cuaca, dan hasilnya bisa dilihat sendiri, buahnya banyak, lebih manis dan pohonnya subur. Beda dengan tanaman jeruk tetangga yang tidak menggunakan pupuk bokashi kotaku teknologi EM4, rata-rata pohonnya kurus, daun kuning dan kering kelihatan beda sekali dengan tanaman jeruk di kebun saya” ujar Yarikan bangga melihat kebun jeruknya yang tidak lama lagi akan panen.

Tak hanya budidaya Jeruk Siam, Yarikan juga menanam cabai dengan sisitem tumpang sari untuk meningkatkan pendapatannya. “Kami memang harus pintar membaca peluang ketika hendak menambahkan tanaman lain ke kebun jeruk yang ada. Sehingga hasil yang didapat mampu mendapatkan nilai jual yang agak tinggi di pasaran,” katanya.

Jadi lanjut Yarikan, sistem tanam dengan tumpang sari sangat menguntungkan sembari menyebut kalau dengan sistem tumpang sari para petani harus tekun terutama dalam hal pemupukan. Sehingga hasil yang didapat bisa maksimal. Nah,ingin buah jeruknya rajin berbuah, tunggu apa lagi ! Pakailah EM4 pasti hasil panennya memuaskan.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini