EM Kunci Sukses Kembangkan Pertanian-Peternakan-Perikanan Organik

0
111
Empat orang siswi SMK Farmasi Muhammadiyah Pagaralam, Sumatera Selatan menunjukkan produk EM4 yang diaplikasikan dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan dan pengolahan limbah.

Effective Microorganisms merupakan teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan hasil temuan Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar University of The Ryukyus Okinawa, Jepang kini menjadi kunci sukses dalam mengembangkan pertanian organik yang sudah diterapkan lebih dari 130 negara di belahan dunia.

Teknologi EM mampu menyuburkan tanah dengan mikroorganisme yang mrnguntungkan, sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan, tanah, air dan udara. Mikroorganisme menguntungkan bekerja di dalam tanah dengan cara memfermentasi bahan organik untuk menghasilkan asam organik, hormon tanaman, vitamin dan antioksidan.

“Produk fermentasi itu sangat bermanfaat untuk menyuburkan tanah dan menumbuhkan tanaman dengan cara melarutkan nutrisi yang susah larut, misalnya batu fosfat, memecah logam berat yang mencegah terserapnya oleh akar tanaman,” tutur Direktur Utama PT Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M. Agr yang juga pakar pertanian organik di Indonesia.

Alumnus Program Pasca Sarjana (S-2) Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang ( 1987-1990) itu menjelaskan, upaya menyediakan molekul organik sederhana sehingga bisa diserap langsung oleh akar tanaman, misalnya asam amino, sekaligus mencegah tanaman dari serangan hama penyakit.

Dengan fungsi mikroorganisme yang menguntungkan tanah akan menjadi subur dan tanaman berproduksi optimal. Untuk itu pupuk hayati Effective Microorganisms (EM4) dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan yakni bidang pertanian, peternakan, perikanan dan pengolahan limbah.

Masalah bau pada limbah dan kotoran ternak dapat diatasi dengan EM. Oleh sebab itu penggunaan EM berkembang pesat dan semakin meluas, karena dinilai sangat efektif, mudah digunakan, ekonomis, hemat energi, ramah lingkungan, dan tepat guna untuk pertanian alami demi mengangkat kesejahteraan umat manusia sekarang dan hari esok yang lebih baik.

Dr. Wididana adalah pelopor dan pakar pertanian organik Indonesia, sekaligus agen tunggal memproduksi dan memasarkan pupuk hayati EM4 pertanian, EM4 peternakan, EM4 perikanan dan EM4 pengolahan limbah ke seluruh daerah di Indonesia yang mendapat lisensi dari EMRO Jepang.

Visi besar Mokichi Okada membangun pertanian organik tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Visi tersebut dipraktikkan langsung oleh Prof. Dr. Teruo Higa, dengan menerapkan temuannya EM Teknologi, yaitu teknologi yang menggunakan mikroorganisme efektif (yang menguntungkan) ke dalam tanah, untuk meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki kualitas tanah, menyehatkan tanaman dan meningkatkan produktivitas tanaman.

Sejak tahun 1989, peneliti pertanian organik yang tergabung dalam organisasi APNAN (Asia Pasific Natural Agriculture Network) secara aktif meneliti Teknologi EM untuk pertanian, dan mereka mulai mempraktikkan Teknologi EM di lahan dan kebun pertanian di tingkat petani, perusahaan dan pemerintah.

Perjuangan tak kenal lelah dari Prof. Teruo Higa memperkenalkan Teknologi EM dan Mokichi Okada memperkenalkan Kyusei Nature Farming membuahkan hasil. Teknologi EM dan Kusei Nature Farming menyebar dan dipraktikkan di berbagai negara. Teknologi EM telah dipraktikkan oleh petani berdasarkan filosofi Mokichi Okada: “Membangun pertanian yang sehat, lestari dan menguntungkan bagi petani dan konsumen.

Bangun Pabrik dan Perluasan

Dr. Wididana setelah menyelesaikan studi di Jepang tahun 1990 kembali ke Indonesia dengan mengantongi sertifikat EM sekaligus membawa lisensi untuk mendirikan pabrik EM di Indonesia. Kondisi 33 tahun yang silam itu tidak memungkinkan untuk mengembangkan teknologi baru tanpa memiliki pabrik. Setelah pabrik EM pertama didirikan di Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat dan berproduksi dengan baik dan lancar.

Kegiatan pengembangan teknologi ramah lingkungan itu diawali dengan pengenalan teknologi dan formula EM, membuat leaflet, menyebarkan brosur, membuat proyek percontohan (denplot), mengadakan diskusi melibatkan berbagai kalangan, memberikan  pelatihan dan penyuluhan kepada para petani dan masyarakat luas.

Berbagai perguruan tinggi dan birokraksi di sejumlah kota besar di Indonesia, sempat didatangi Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP), Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr untuk memperkenalkan teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan, namun sampai tahun 1997, upaya “top down” itu dengan berharap adanya dukungan birokrasi belum membuahkan hasil, seperti dituturkan Staf Ahli PT SLP, Ir. I Gusti Ketut Riksa.

Mantan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bangli, Bali itu  bergabung dengan PT SLP  sejak tahun 2002 atau 21 tahun silam. yang didirikan oleh Dr Wididana yang akrab disapa Pak Oles merupakan satu-satunya di Indonesia sebagai agen tunggal yang memproduksi dan memasarkan pupuk hayati EM4 pertanian, EM4 peternakan, EM4 perikanan dan EM4 limbah yang mendapat lisensi dari  EM Research Organization (EMRO) Jepang.

Terobosan Baru

Ayah dua putra dan dua putri itu melakukan terobosan dan pola baru dalam memproduksi dan memasarkan EM4 ke seluruh Nusantara dengan membentuk kelompok tani,  kelompok ternak, kelompok ikan dan mengajak para tokoh yang dinilai kooperatif untuk bersama-sama mengembangkan teknologi EM di Indonesia.

Pabrik EM yang awalnya hanya satu unit didirikan di Bojong Gede, Jawa Barat kini berkembang menjadi empat unit pabrik yang terdiri atas  dua unit di Jawa dan dua unit lagi di Bali. Bahkan keempat pabrik itu kini telah diperluas ditingkatkan kafasitas produksinya mengantisipasi peluang meningkatnya permintaan pupuk organik.

Sejak tahun 1989, peneliti pertanian organik yang tergabung dalam organisasi APNAN (Asia Pasific Natural Agriculture Network) secara aktif meneliti Teknologi EM untuk pertanian, dan mereka mulai mempraktikkan Teknologi EM di lahan dan kebun pertanian di tingkat petani, perusahaan dan pemerintah.

Perjuangan tak kenal lelah dari Prof. Teruo Higa memperkenalkan Teknologi EM dan Mokichi Okada memperkenalkan Kyusei Nature Farming membuahkan hasil. Teknologi EM dan Kusei Nature Farming menyebar dan dipraktikkan di berbagai negara. Teknologi EM telah dipraktikkan oleh petani berdasarkan filosofi Mokichi Okada: “Membangun pertanian yang sehat, lestari dan menguntungkan bagi petani dan konsumen.

“EM Bakteri Sakti”

Sementara itu Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa menjelaskan, rekomendasi dari Kementerian Pertanian Amerika Serikat  (USDA) diterima tahun 1982, dua tahun setelah Prof Higa memperkenalkan teknologi EM kepada para peneliti USDA.
Dalam pertemuan tersebut para ahli pertanian baru mengakui kebenaran dan kehebatan temuan Prof Higa dan memberikan julukan, bahwa EM sebagai “bakteri sakti” dari Jepang.

“Ssejak saat itulah para ahli pertanian sepakat memperingati temuan Prof Higa dengan mendirikan Lembaga International Nature Farming Research Centre (INFRC) yang berkedudukan di Atami, Jepang,” tutur I Gusti Ketut Riksa  yang juga instruktur EM pada Institut Pengembangam Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.

Para ahli berbagai bidang, termasuk pertanian dan lingkungan dari Kawasan Asia Pasifik berkumpul di Saraburi, Bangkok, Thailand pada tahun 1989 untuk menyepakati mendirikan Asia Pasifil Nature Agriculture Network (APNAN) yang berbasis EM untuk mengembangkan pertanian organik.

Saat itu peserta dari Bali, mewakili Indonesia Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, alumnus  Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang mendaftarkan Indonesia menjadi anggota APNAN dengan nomor urut ke-15 untuk kawasan Asia Pasifik.
Gede Ngurah Wididana setahun kemudian yakni tahun 1990 mendirikan sebuah yayasan dengan nama “Indonesia Kyusei Nature Farming Sosiety (IKNFS). Dari yayasan IKNFS tersebut Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles menilai sangat penting untuk segera mendirikan sebuah yayasan.

Untuk itu mendirikan sebuah yayasan yang diberinama Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali, sebagai pusat pendidikan dan pelatihan terpadu tentang teknologi EM. Yayasan IPSA Bali sejak berdiri hingga sekarang  tetap berlokasi di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, daerah pesisir utara Pulau Bali.  Bupati Buleleng Ketut Wiratha Sindu (alm) mewakili pemerintah untuk meresmikan kantor Yayasan IPSA Bali tahun 1997, atau 26 tahun yang silam, tutur Gusti Ketut Riksa.

Kehadiran IPSA Bali di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, sekitar 75 km barat laut Kota Denpasar mampu menciptakan banyak peluang dan memberikan keuntungan bagi pemerintah maupun masyarakat setempat.
Peluang tersebut  masyarakat memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dari  pengembangan pertanian organik, membangun bidang kesehatan dan mendukung pengembangan sektor pariwisata di Pulau Dewata.

Pengembangan lembaga pendidikan yang berbasis pertanian organik dengan teknologi  EM, sebelum pandemi Covid-19 menggelar pelatihan secara rutin dua kali dalam sebulan hingga kini pesertanya mencapai ribuan orang i berbagai daerah di Indonesia.
Mereka terdiri atas kalangan generasi muda yang tertarik dengan pertanian organik, utusan dari instansi pemerintah, BUMN, perusahaan swasta menjelang menjalani masa purna bhakti, petani dan dari berbagai latar belakang lainnya yang mencintai pertanian organik.

Dari kehadiran IPSA Bali yang telah dikenal masyaraklat luas di Nusantara maupun mancanegara mampu  menciptakan banyak peluang yang kini telah dirasakan masyarakat setempat dan pemeintah. IPSA Bali tempat pelatihan dengan bangunan permanen yang cukup luas didukung dengan  villa berkapasitas 16 kamar dan sarana pendukung lainnya berupa kolam renang.

Lokasi tersebut sebelumnya merupakan tanah pertanian yang tidak terurus milik orang tua  Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles. Setelah  Pak Oles menyelesaikan pendidikan di Jepang dan berhenti sebagai dosen Universitas Nasional Jakarta (1990-1995) kembali ke kampung tempat kelahirannya dengan misi Membangun Desa Membangun Bangsa.

Tanah yang terlantar itu dibangun  sebagai tempat pelatihan pertanian organik, awalnya dengan bangunan gedung yang sangat sederhana. Di sekitarnya ditanami ratusan jenis tanaman herbal yang berkhasiat obat-obatan sebagai bahan baku Minyak Oles Bokashi dan puluhan jenis produk Ramuan Pak Oles.

Di sekitar lokasi tersebut kini berdiri megah dua buah pabrik yakni PT Karya Pak Oles Tokcer yang berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali dan PT Songgolangit Persada yang memproduksi Pupuk Hayati EM4 untuk pertanian, peternakan, perikanan dan  limbah, satu-satunya di Indonesia yang mendapat lisensi dari EM Research Organization (EMRO) Jepang. https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini