Menjadi dan Merasa Hebat

0
101
Mas Ruscitadewi, Adalah Sastrawan dan Alumnus Program S-3 Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.

Oleh: Mas Ruscitadewi *)

Dalam tayangan di YouTube, ada pesan yang menarik perhatian saya, yang intinya: “Menjadi hebat, tapi jangan merasa hebat”

Kata ‘menjadi’ dan ‘merasa’ seolah dipertentangkan, diletakkan pada sisi yang berlawanan. Padahal yang selama ini saya ajarkan dalam pelatihan drama adalah bahwa untuk menjadi seorang tokoh/karakter harus dimulai dari merasakan, misalnya rasa bahagia, yang lewat energi nafas disalurkan pada satu atau beberapa bagian tubuh yang dijadikan fokus maka, akan menciptakan mimik, gestur dan laku, dan bila disertai dengan kata yang dihembuskan lewat mulut sesuai hembusan nafas, maka akan menjadi kata yang kuat dan ” berjiwa”.

“Intinya adalah rasa”, rasa akan berkomunikasi dengan rasa, dengan rasa pesan akan diterima oleh yang punya rasa. Itu sebabnya komunikasi rasa melampaui bahasa, bahkan jarak, ruang dan waktu.

Lalu bagaimana dengan “menjadi” dan “merasa” hebat?

Menjadi Hebat, yang dimaksud menjadi hebat contohnya adalah menjadi orang yang membantu tetangga yang sakit. Ketika melakukan itu minimal ada tiga dimensi yang terlibat; waktu, ruang untuk tindakan dan pelengkap (tenaga, uang, makanan, orang, dan lain-lain).

Untuk bisa melakukan itu kita harus melatih diri menggunakan waktu, memadukan ruang, serta memanfaatkan dengan baik, benar dan bijak segala yang dilibatkan.

Maka, pada saat seseorang menjadi orang yang membantu orang yang sakit, ia tidak merasa apa-apa, bahkan berkata pun tidak sempat.

Merasa Hebat, yang dimaksud merasa hebat, contohnya adalah menjadi orang yang “merasa” membantu tetangga yang sakit. Ketika melakukan itu, cukup dengan satu dimensi saja yaitu waktu (bisa dengan waktu sangat terbatas) karena ruang dan pelengkap yang lain bisa diciptakan, diolah, dan dikreasikan sendiri dalam pikirannya.

Maka pada saat seseorang merasa membantu orang yang sakit, ia akan merasa banyakan banyak, sangat banyak tanpa batas, sehingga berusaha mencari kesempatan untuk berkata-kata.https://linktr.ee/em4

*) Adalah Sastrawan dan Alumnus Program Pasca Sarjana (S-3) Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini