Pertanian Organik Berbasis EM Mantapkan Ketahanan Pangan

0
126
Seorang petani sedang mengamati bibit tanaman cabai yang tumbuh subur dikembangkan secara organik dengan sentuhan EM4 di Kabupaten Bangli.

Kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Meraoke dikenal sebagai daerah-daerah yang subur dengan curah hujan yang tinggi, sehingga komoditas pertanian apa saja yang dikembangkan akan tumbuh dan sanggup memberi kehidupan yang layak bagi masyarakat setempat.

Prestasi swasembada pangan yang pernah diraih pada masa pemerintahan masa lalu tentu mampu diraih kembali pada masa kepemimpinan pemerintahan yang akan datang, dengan harapan NKRI tidak lagi mengimpor bahan pangan dari negara lain.

Untuk itu potensi besar dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dapat diolah dan dikelola dengan baik untuk mewujudkan kemandirian pangan, pertanian yang berdaulat berbasis kesejahteraan rakyat termasuk sektor kehutanan dan kelautan.

Keberlanjutan pembangunan dan pengembangan pertanian organik menjadi salah satu tujuan mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dan seluruh masyarakat Indonesia.

Seorang Pakar dan Pelopor Pertanian Organik Indonesia Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr memiliki suatu harapan seluruh masyarakat Indonesia mengetahui dan memanfaatkan Teknologi Effective Microorganisms (EM) dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan dan pengolahan limbah.

Demikian pula seluruh rumah tangga di Nusantara menggunakan teknologi EM untuk lingkungan yang lestari dan sejahtera.Teknologi EM kini berkembang pesat di ratusan negara di belahan dunia, berkat diterimanya masyarakat luas tentang pembangunan dan pengembangan pertanian organik, karena EM mendukung kesuksesan pertanian ramah lingkungan.

Indonesia dalam menggunakan teknologi yang mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan itu sangat multi dimensi karena memiliki wilayah yang sangat luas, menempati posisi terdepan dalam memanfaatkan pupuk organik ramah lingkungan dibanding negara lainnya.

Indonesia dalam menerapkan teknologi EM cukup berpengalaman, karena telah melaksanakannya secara serius dan sungguh sejak tahun 1990 atau 33 tahun yang silam. Hal itu dilandasi dengan kerja keras dan kebersamaan semua pihak dalam memanfaatkan EM untuk sektor pertanian, perikanan, peternakan dan lingkungan.

Teknologi Percepat Pupuk Organik

Dr. Wididana, alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang adalah Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP), agen tunggal yang memproduksi dan menjual EM4 pertanian, perikanan, peternakan dan EM4 limbah ke seluruh daerah di Indonesia mendapat lisensi dari Effective Microorganisms Research Organization (EMRO) Jepang.

Pertanian organik tidak bisa dilepas sendiri, hanya dengan menggunakan pupuk organik alam, yang memerlukan waktu lama untuk mengubah bahan organik menjadi pupuk organik, sehingga hasilnya lambat.

Oleh sebab itu harus ada teknologi mempercepat pembuatan pupuk organik, dengan menggunakan mikroorganisme yang menguntungkan. Prof. Teruo Higa, guru besar bidang hortikultura University Of The Ryukyus Okinawa, Jepang menemukan caranya, dengan menggunakan Teknologi Effective Microorganisms (EM).

Teknologi EM menggunakan bakteri lactobacillus, ragi dan bakteri fotosintetik untuk memfermentasi bahan organik menjadi pupuk organik dengan cepat, hanya selama tujuh hari. Bahan organik berasal dari sisa tanaman, pupuk kandang, endapan lumpur kolam, limbah dapur, sampah kota. Bahan organik yang besar dipotong-potong menjadi kecil, kemudian disiram dengan larutan EM yang sudah dicampur air.

Dalam skala kecil, bahan organik bisa dimasukkan ke dalam wadah ember atau tong plastik tertutup. Dalam skala besar, bahan organik ditumpuk sampai ketinggian satu meter, kemudian disiram larutan EM.

Semakin kecil potongan bahan organik, pupuk organik yang dihasilkan semakin bagus, fermentasi berlangsung lebih cepat. Bahan organik yang bervariasi, mengadung pupuk kandang dan pupuk hijau, sangat bagus untuk pupuk organik fermentasi. Pupuk organik yang difermentasi dengan Teknologi EM disebut bahan organik kaya akan sumber hidup (Bokashi).

Pupuk organik fermentasi bisa dibuat dalam skala besar, skala industri, untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik di tingkat petani yang sangat besar. Pupuk organik fermentasi juga dibutuhkan untuk pertamanan masyarakat kota.

Pupuk organik cair fermentasi bisa dibuat dengan menggunakan kotoran ternak (sapi, kambing, ayam), yang dicampur dengan air, dikasih EM dan molas/gula, kemudian ditutup rapat dalam wadah tong, atau ember tertutup, selanjutnya diaduk-aduk setiap hari. Seminggu kemudian cairannya dilarutkan ke dalam air, selanjutnya disiramkan ke perakaran tanaman. Pupuk cair tersebut sangat bagus untuk pupuk organik, khususnya untuk tanaman sayur, buah dan tanaman dalam pot.

Jika tidak tersedia air dalam jumlah banyak, pupuk organik kering disebarkan di atas permukaan tanah, atau dibenamkan di perakaran tanaman pada awal musim hujan. Demikian juga pestisida organik bisa dibuat dengan menggunakan fermentasi tanaman herbal. Daun-daun dan umbi tanaman herbal dicincang kecil-kecil, kemudian dimasukkan ke dalam tong, selanjutnya dicampur air, molas/gula dan EM, simpan dalam wadah tertutup. Seminggu kemudian 5% fermentasi herbal tersebut dicampur air disemprotkan ke bagian tanaman yang sakit, atau tanaman yang terserang hama. Larutan fermentasi herbal juga bisa disiramkan ke dalam perakaran tanaman untuk menekan penyakit/hama akar.

Penggunaan EM untuk peternakan dengan memberinya minum EM, memandikan ternak, dan membersihkan kandang. Penggunaan EM untuk perikanan dengan mencampur EM ke dalam makanan ikan/udang, melarutkan EM ke dalam air kolam/tambak.
Penggunaan EM untuk tambak, ternak dan pertanian dalam jumlah besar bisa menggunakan fermentasi molas/gula selama satu minggu, selanjutnya digunakan dengan menyiramkan atau menyemprotkannya.

Sekarang teknologi EM telah berkembang dan digunakan lebih dari seratus negara di belahan dunia, terbukti ampuh dan mampu memberikan hasil yang sangat memuaskan untuk mengembangkan pertanian organik, tutur Dr. Wididana.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini