MPB Emberio Gerakan Bawah Tanah Refleksi Perang dan Revolusi Kemerdekaan RI di Bali

0
191
Suasana peringatan Gerakan Bawah Tanah di Monumen Perjuangan Bangsa, Badung-Bali.

Oleh: Ketut Sutika

Revolusi dan perang kemerdekaan Indonesia berlangsung hampir selama 350 tahun atau 3,5 abad tergolong sangat lama dan panjang sehingga menjadi menarik perhatian dunia. Dari tiga negara yang mengalami proses perjuangan dan revolusi yang sangat panjang untuk mencapai kemerdekaan dengan semangat bahkan tetesan darah.

Tiga negara yang mengalami hal itu adalah Indonesia di kawasan Asia tenggara, Vietnam di Kawasan Timur Jauh dan Aljasair di Afrika Utara. Ketiga negara tersebut mencapai kemerdekaan melalui proses perjuangan yang sangat panjang dan sekarang tengah sibuk melaksanakan program pembangunan nasional dengan problema politik masing-masing.

Bangsa yang besar selalu lahir dari perang dan revolusi yang hebat. Orang-orang Bugis menyebutkan nelayan dan pelaut yang kuat, besar dan kokoh tidak lahir dari laut yang tenang. Masalahnya apakah kita mampu bercermin dan mengambil referensi pengalaman sesuai yang dialami sebagai bangsa Indonesia, demikian catatan kecil Guru Besar Emeritus Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU (74 tahun) yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Stispol) Wira Bhakti Denpasar yang menghembus napas terakhir dalam perawatan Intensif di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah di Denpasar, Sabtu dinihari (1/3-2023).

Sosok pria enerjik berpenampilan sederhana yang selalu ramah dan akrab dengan lawan bicaranya itu memiliki hubungan emosional dengan Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) Markas Rahasia Perjuangan Bawah Tanah Perang Kemerdekaan RI di Bali yang berlokasi di kawasan Pertigaan Gaji-Dalung-Sempidi, Kabupaten Badung, tutur salah seorang keluarga besar Puri Puncak Bangsal Pertigaan Baji-Dalung-Sempidi Kabupaten Badung Bagus Ngurah Rai, BA, SH, MM, MBA yang juga menjabat Ketua Korps Menwa Indonesia (KMI) Provinsi Bali, Bagus Ngurah Rai, BA, SH, MM, MBA.

Ia yang juga dipercaya sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Bali periode 2009-2014) sangat akrab dan dekat dengan sosok Prof. Windia yang sama-sama bertanggungjawab mengendalikan dan mendukung kelancaran organisasi profesi wartawan dan Prof. Windia sebagai wakil ketua PWI.

Sosok Prof Windia, suami dari I Gusti Ayu Mandriwati, pensiunan dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar adalah anak pejuang veteran almarhum Made Sanggra yang juga sastrawan Bali modern itu, memang sangat dekat dan menaruh perhatian besar terhadap peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab Monumen Perjuangan Bangsal di era sekarang maupun ke depan.

Bahkan tahun 1996 sudah menyarankan pengurus atau Penglingsir Puri Puncak Bangsal untuk merenovasi MPB dan mengajukan profosal Pembangunan ke Pemerintah Provinsi Bali, karena MPB adalah embrio dari perjuangan kemerdekaan RI di Bali dan benang merah berkaitan dengan Momumen Taman Pujaan Bangsa Margarana, Kabupaten Tabanan.

Saran dan usulan dari Ketua Dewan Harian Daerah (DHD) Angkatan 45 Provinsi Bali Prof. Windia tidak segera dapat direalisasi karena pertimbangan dan keterbatasan dana, namun baru tahun 2007 atau sembilan tahun kemudian dapat dilaksanakan dan 10 November 2008 MPB diresmikan oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika dengan penandatanganan prasasti dan wakil Gubernur Bali Anak Agung Ngurah Puspayoga membuka selubung papan nama MPB.

Renovasi besar-besaran MPB yang sepenuhnya biaya swadaya dari keluarga Puri Puncak Bangsal yang merupakan markas rahasia perjuangan bawah tanah perang Kemerdekaan Republik Indonesia di Bali. Prof Windia memang menaruh perhatian besar terhadap MPB yakni markas tempat perjuangan bawah tanah di Kabupaten Badung, Bali yang sangat bermanfaat bagi para pejuang mendapat berbagai informasi berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan RI.

Pusat Informasi

Sejumlah pemuda pejuang Revolusi dan Perang Kemerdekaan Indonesia yang bekerja di perusahaan milik Jepang yakni Haikiyu Kumiae atau Cokerde Agung dari Singapadu dan Anak Agung Anon Dada dari Batubulan, Kabupaten Gianyar selalu memberikan informasi tentang kondisi Jepang kepada
Ida Bagus Gede Rata salah seorang pejuang di MPB.

Informasi yang telah diterima tersebut kemudian diteruskan kepada semua pejuang bawah tanah di Badung dan sekitarnya secara berantai. Pada 16 Agustus 1945 atau 78 tahun yang silam terjadi pertemuan rahasia cukup besar dan sangat bersejarah di gudang kopra Bangsal yang dikenal dengan nama MPB.

Pada saat itu pertemuan dihadiri oleh sejumlah perwira PETA berpangkat codanco setingkat kapten dan beberapa tokoh pejuang Bali. Jumlahnya sekitar 30 orang bertujuan untuk menaikkan bendera merah putih dan mengatur strategi untuk menyerang tentara Jepang dan mengambil alih pemerintahan dari Jepang.

Pada saat yang sama dipersiapkan pula sebuah organisasi perlawanan yang disebut Barisan Perlawanan Rakyat (BPR) dalam bentuk organisasi pencaksilat yang diberinama Eka Santosa Stiti ( ESSTI). Kemudian pada 19 Agustus 1945 kembali diadakan rapat rahasia di Bangsal yang dihadiri kalangan pemuda intelektual dan orang-orang sakti yang bisa menjadi leak, diantaranya tokoh yang hadir antara lain Made Wijakusuma (pimpinan rapat) Pak Mandera, kemudian pernah menjaba Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pemprov Bali. dan Ida Bagus Pidada, pernah menjadi pimpinan BRI Denpasar.

Pertemuan tersebut memutuskan untuk menyerang Jepang pada tanggal 22 Agustus 1945, karena ketika rencana itu dikonsultasikan kepada I Gusti Ngurah Rai, ternyata Pak Rai berpendapat lain, menyarankan agar serangan tersebut ditunda beberapa saat karena situasi belum memungkinkan.

Tanggal 1 januari 1946 kembali diadakan pertemuan rahasia di Bangsal, pada saat itu ditetapkan sebuah keputusan bahwa Pemuda Republik Indonesia (PRI) dilebur menjadi Staf K III DPR( (Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia dibawah komando I Gusti Ngurah Rai.

Selanjutnya bangsal sagat berperan dalam proses perjuangan perang kemerdekaan di Bali, karena selalu dimanfaatkan sebagai tempat transit bagi pejuang dari Denpasar. Para pemuda pejuang dari Denpasar yang akan membawa logistik dan informasi ke kawasan hutan di Tabanan selalu memanfaatkan rumah milik almarhum Bagus Made Wena di Banjar Gaji dan rumah bangsal sebagai tempat persinggahan sementara sebelum menuju tempat sasaran yang dituju.

   Empat pilar

Bagus Ngurah Rai dari seorang reporter RRI yang kariernya menanjak menjadi Kepala Bidang Pemberitaan RRI Stasiun Denpasar dan tak lama kemudian dipercaya menjabat Kepala RRI Stasiun Singaraja selalu menjalin komunikasi dengan baik dengan Prof Windia.

Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai Ketua Korps Menwa Indonesia (KMI) Provinsi Bali, Bagus Ngurah Rai menilai sosok Prof Windia memiliki wawasan dan gagasan cemerlang mendorong kerjasama empat pilar yakni MPB, DHD 45, Gerakan Nasional Pembudayaan Pancasila (GNPP) dan Menwa.

Kerjasama itu dinilai sangat strategis karena MPB memiliki hubungan yang sangat erat dengan monumen Perang Laut di Gilimanuk dan pendaratan I Gusti Ngurah Rai Monumen Munduk Malang hingga akhirnya GNPP dapat dideklarasikan oleh Ketua Umum Dewan Harian Nasional Angkatan 45 Jeneral TNI (Purn) Tyasno Sudarto di Monumen Perjuangan Bangsal (BMP) pada 15 Agustrus 2013.

Semua itu adalah pilihan hidup dan sebuah eksponen bangsa yang patut dikenang generasi baru Indonesia, karena warisan itu terkait nilai-nilai ikhlas berkorban, setia kawan dan kebersamaan dalam suka dan duka. Nilai-nilai kejuangan itulah yang selalu melandasai jiwa kebangsaan para pejuang kemerdekaan Indonesia.

Prof Windia semasa hidup menyadari dan menggarisbawahi bahwa, keluarga MPB dalam era perang kemerdekaan bukan keluarga yang miskin, bahkan memiliki rumah bertingkat (loteng), pada saat orang lain masih susah mencari sesuap nasi.

Namun mereka tetap lebih memilih untuk memihak republik, siap berkorban jiwa raga dan artha benda, padahal banyak orang kaya pada era itu lebih memilih memihak penjajah Belanda demi untuk keamanan kekayaan dan jiwanya.

Untunglah sebuah kenangan abadi dalam sebuah pilihan hidup generasi baru Indonesia yang akan memimpin bangsa Indonesia ke depan. Generasi baru Indonesia tidak pernah bersentuhan dengan aura republik, karena mereka terlahir dalam era digital, globalisasi dan kompetisi yang harus mengambil referensi dari berbagai monumen perjuangan kemerdekaan diantaranya Monumen Perjuangan Bangsal agar nafas kejuangan tetap abadi.

Hal itu sangat strategis karena peranannya yang semakin penting pasca 100 tahun Indonesia merdeka (pasca tahun 2045) dan pasca pemerintahan generasi baru Indonesia. Saat generasi baru Indonesia kebingungan mencari arah hidup berbangsa, maka mereka harus berpulang kepada Markas Perjuangan Bangsal dan berbagai monumen perjuangan lainnya di Bali maupun secara nasional di Indonesia.

Wawasan dan pandangan Prof Windia yang sangat luas itu termasuk selalu mendorong Korps Menwa Indonesia (KMI) Provinsi Bal untuk memberikan pendidikan pendahuluan Bela Negara (PPBN) Gugus Kebangsaan Provinsi Bali yang kini telah menjangkau hampir 10.000 orang sejak kerja sama empat filar itu dideklarasikan.

Gugus Kebangsaan Provinsi Bali terdiri dari organisasi Monumen Perjuangan Bangsal (MPB), Dewan Harian Daerah (DHD) 45 Bali , Korps Menwa Indonesia (KMI) Bali, Gerakan Nasional Pembudayaan Pancasila (GNPP) dan ikatan Alumni Menwa Seroja Timor Timur Wilayah Bali.

Semua itu dapat memperkuat persaudaraan dan kerbersamaan anggota Menwa. Dengan lahirnya generasi bangsa yang berperan aktif dalam memberikan solusi permasalahan dan menjunjung persatuan dan kesatuan NKRI.

Pertemuan para pejuang di Markas Rahasia Perjuangan Bawah Tanah Perang Kemerdekaan RI di Bali di Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) di pertigaan Gaji-Dalung-Sempidi Kabupaten Badung dikenang dan diperingati pada setiap 16 Agustus setiap tahun secara berkesinambungan.

Peristiwa 78 tahun yang silam itu akan dikenang dan diperingati kembali pada hari Rabu, 16 Agustus 2023 dalam panjatan dan renungan doa semoga para pejuang Kemerdekaan RI yang gugur di medan laga sebagai Ratna Kusuma Bangsa mendapat tempat yang layak di sisiNYA serta Prof Windia atman beliau mendapat tempat yang terbaik di sisiNYA.

Ruang suci MPB ditata sejak tahun 1942 sebagai tempat meditasi, dialog profetis batin yang mencerahkan dengan semangat makrifat para pendeta (peranda). Doa Gita Dewata di ruang suci MPG, kenang pertemuan pendeta se Bali 15 Agustus 1945, 78 tahun yagn silam , keheningan nurani belasan peranda sebali tafakur di ruang suci MPB.

Konsientisasi dalam senandung doa tulus di tengah kegetiran, kekejaman penjajah, doa bagi pejuang untuk melaksanakan langkah terbaik menjelang puncak pertemuan gerak bawah tanah keesokan harinya (16 Agustus 1945 demi kemerdekaan Indonesia.

Selasa Pon Langkir, 15 Agustus 2023 Ida Peranda Istri Rai (Geria Telabah Denpasar) didampingi Ida Pedanda Istri Raka (Geria Tengah Gantalan Jungutan, Karangasem beserta keluarga hadir di ruang suci MPB.linktr.ee/pakolescom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini