Dampak Teknologi EM Terlihat Jelas, Teorinya Sulit Dipahami

0
90
I Gusti Ketut Riksa (kanan) saat berkunjung ke kebun jeruk milik Ida Bagus Made Oke dengan sentuhan EM4 di kawasan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Oleh : Ir. I Gusti Ketut Riksa *)

Nampaknya telah menjadi aksioma bahwa H2O dengan CO2 akan disynthesekan menjadi karbohidrat oleh hijau daun apabila hijau daun ini mandapat sinar matahari, tanpa bantuan sinar matahari hijau daun tidak mampu membentuk karbohidrat. Timbul pertanyaan dalam benak saya “ada apa sebenarnya di sinar matahari” sampai terbentuknya synthese itu.

Menurut Prof.DR. Teruo Higa sebagai penemu teknologi Effective Microorganisms4 ( EM4),bahwa inti kekuatan EM terletak pada bakteri fotosynthetik. Kata-kata tentang fotosinthese, fototropik, fotosynthetik dan bakteri fotosynthetik sangat sulit dipahami reaksi-reaksi dan cara kerjanya namun dapat ditenggarai bahwa reaksi reaksinya merupakan reaksi alam (nature) yang bekerja secara otomatis seperti halnya kasus karbohidrat yang telah dijelaskan di atas.

Petani yang sudah tua pun memahami bahwa produksi padi dimusim kemarau lebih banyak dan lebih mentes dibandingkan dengan produksi dimusim penghujan; ini juga disebabkan karena pengaruh penyinaran.

Penelitian mengenai teknologi EM diselenggarakan selama 12 tahun mulai dari tahun 1968 sampai tahun 1980 dan ahirnya ditemukan hal-hal yang sangat spesifk. Beliau menyimpulkan bahwa dialam ini selalu ada dua kekuatan (energi) yang selalu bertolak belakang. Satu kekuatan yang menyebabkan pertumbuhan, kesehatan dan kehidupan sedangkan dipihak lain menyebabkan oksidasi, deteorasi dan pelapukan yang mengarah pada sakit, penyakit dan kematian.

Kedua kelompok energi itu oleh penemunya ditenggarai sebagai “bakteri” sulit dilihat karena memerlukan media dan prasana yang husus pula. Bakteri yang mengarah pada pertumbuhan, kesehatan dan kehidupan disebut bakteri baik dan yang menyebabkan oksidasi, deteorasi dan pelapukan disebut bakteri jahat.

Bakteri baik dan bakteri jahat selalu berinteraksi menuju keseimngan. Dapat juga saling mempengaruhi sampai terjadi perubahan sifat-sifat aslinya seperti pathogin berubah menjadi bakteri netral yang netral dapat berubah menjadi bakteri baik dan sebaliknya, tergantung lingkungan sekitarnya. Berbagai penelitin terus dilakukan sehingga yang sebelumnya nampak dogmatis telah berubah menjadi pengetahuan ilmiah.

Sebagai salah satu contoh: siapapun tidak mengira bahwa bakteri fotosynthetk yang tergolong bakteri anaerob dapat bersimbiose mutualistis dengan balteri azotobakter yang tergolong aerob. Simbiose ini dapat menimbulkan fibrasi-fibrasi serta menimbulkan gelombang elektro magnetik, gelombang grafitasi, sinar infra merah bahkan dapat menekan radiasi nuklir.

Bakteri fotosynthetik ini dapat mereaksikan polutan-polutan seperti H2S, amoniak, methan, merkaptan dan berbagai radikal bebas menjadi zat-zat bioaktf seperti glukose, asm amino asam nukleat, enzim, hormon, vitamin dan lain lain serta menghilangkan bau yang tidak sedap. Bakteri fotosynthetik juga dapat menghasilkan antioksidan dengan kekuatan yang sangat mengagumkan.https://linktr.ee/em4

*) Staf Ahli PT Songgolangit Persada dan Instruktur EM pada Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini