Oleh: Ketut Sutika
Kesadaran dan kepedulian masyarakat luas di Indonesia terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan sungai perlu dibangkitkan dengan memanfaatkan Effective Microorganisms 4 (EM4) yang dikemas sedemikian rupa dalam bentuk “Mud Ball”
Masyarakat dan pemerintah Thailand secara rutin dan berkesinambungan telah melibatkan lintas organisasi dan komunitas untuk melakukan aksi kegiatan sosial memelihara dan merawat kebersihan sungai dengan memanfaatkan kemasan EM dalam bentuk mud Ball, tutur Direktur Utama PT Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr.
Ia mengtakan hal itu ketika memimpin rapat bersama Tim Rama Creative dan Tim Kreatif Pak Oles di kantor Pusat, Jalan Nusa Kambangan Denpasar yang dipandu Direktur perusahaan Ir. Haji Agus Urson Hadi Pramono dihadiri Manajer Keuangan, Ni Ketut Tisnawati, Manajer Produksi Produk Ramuan Pak Oles, Made Lidyawati, Manajer Personalia, Nyoman Yuliarsana, Kepala Pemasaran PT Songgolangit Cabang Bali, Irkham Rosidi dan Sekretaris Perusahaan Tri Suharti.
Pak Oles menekankan kepada Tim Rama Creative yang mengelola konten Instagram EM4 Indonesia maupun Tim Kreatif Pak Oles yang mengelola media sosial (medsos), facebook, instagram dan website Pak Oles Online dapat memberikan informasi dan komunikasi sekaligus mendorong kepedulian masyarakat memelihara kebersihan sungai seperti yang telah dilakukan di Thailand.
PT Songgolangit Persada agen tunggal yang memproduksi dan menjual EM4 pertanian, perikanan, peternakan dan EM mengatasi limbah pencemaran di Indonesia mendapat lisensi dari EMRO Jepang, selama ini menggelar seminar dan webinar EM secara berkesinambungan termasuk melibatkan youtuber.
Sentuhan EM dalam mud ball terhadap sungai-sungai di Indonesia, termasuk Bali dinilai sangat penting dan mendesak yang melibatkan peranserta masyarakat, pelajar, mahasiswa dan lintas organisasi. Sungai Badung yang membelah Kota Denpasar, Bali telah ditata secara apik sehingga menarik masyarakat untuk rekreasi atau sekedar duduk di bantaran sungai saat waktu senggang bersama anggota keluarga.
Demikian juga Sungai Bindu yang mengalir di daerah Kesiman, Denpasar Timur juga telah ditata pemerintah kota setempat, sehingga sungai dan lingkungannya menjadi bersih, indah dan lestari. Gambaran Sungai Badung dan sungai-sungai kecil lainnya yang mengalir di Kota Denpasar dan sekitarnya yang dulunya terkesan kotor, kini telah sirna, bahkan masyarakat dengan mudah bisa turun ke sungai menelusuri anak tangga di sungai di sekitaran pasar Badung.
Lingkungan cukup bersih disepanjang bantaran Sungai Badung yang bermuara hingga waduk di Nusa Dua, tempat penampungan air baku PDAM keperluan masyarakat di kawasan Nusa Dua dan sekitarnya. Air saluran pembuangan limbah dari masing-masing rumah tangga di Kota Denpasar dan sekitarnya yang mengalir ke Sungai Badung kemudian ditampung ke Waduk Nusa Dua untuk air baku di daerah Kabupaten Badung bagian selatan.
Terhindar dari Pencemaran
Sungai Badung yang mengalir membelah ibukota Provinsi Bali itu perlu dipelihara dan dijaga kebersihan dan kelangsungannya, agar terhindar dari pencemaran lingkungan. Untuk Dr. Gede Ngurah Wididana mengharapkan para ibu rumah tangga maupun seluruh keluarga masing-masing di Kota Denpasar, Bali dan berbagai daerah lainnya di Indonesia dapat lebih mengintensifkan gerakan fermentasi air cucian beras fermentasi dengan pupuk hayati Effective Microorganisme 4 (EM4).
Hasil fermentasi air cucian beras dan EM4 dalam setiap satu liter dicampur ke dalam 100 liter air untuk disalurkan ke tempat pembuangan air limbah (got) dan seluruh sungai yang ada agar airnya menjadi jernih dan bersih, terhindar dari pencemaran lingkungan, terbukti berhasil diterapkan diterapkan di Jepang, Korea, India dan Malaysia.
Kalangan ibu-ibu di empat negara tersebut sejak lama telah menampung air cucian beras dalam lingkungan rumah tangga masing-masing, untuk selanjutnya difermentasi dengan EM dalam tempat tertutup selama empat hari. Air cucian beras hasil fermentasi EM selanjutnya dapat digunakan untuk menyiran tanaman agar tanaman tumbuh subur, atau dapat juga untuk menyiram peturasan (WC) agar mikroorganisme dalam sptitenk hidup dan berkembang.
Gerakan sosial para ibu-ibu dan semua kalangan di Bali dan daerah lain di Indonesia dapat segera menjadi keterpanggilan, sebuah gerakan sosial untuk menyelamatkan air sungai, agar sampah yang hanyut terbawa air tidak mengakibatkan polusi dan pencemaran lingkungan.
Keterpanggilan dan gerakan sosial itu telah dilakukan kalangan ibu-ibu rumah tangga di sejumlah negara yang telah terbukti keberhasilannya air sungainya di negara tersebut menjadi jernih, terhindar dari pencemaran lingkungan.
Sebesar Bola Tenis
Sementara Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa menjelaskan EM mud ball adalah bola-bola tanah liat yang telah difermentasi dengan formula EM sebesar bola tenis. Bola-bola inilah (mud ball) yang dilempar-lemparkan ke sungai atau tempat saluran pembuangan limbah secara beramai- ramai yang dilakukan pada hari-hari tertentu seperti dalam meriahkan hari ulang tahun kota, hari raya besar keagamaan yang telah dilakukan di Jepang dan sejumlah negara lainnya.
Itulah cara yang mereka lakukan sebagai suatu ciri kepedulian terhadap lingkungan, khususnnya kebersihan dan kelestarian sungai, sehingga lingkungan dapat terpelihara dengan baik, setiap air yang mengalir mulai dari saluran pembuangan limbah (got) dan air yang mengalir di sungai menjadi jernih dan bersih.
Banyaknya bola tanah liat tergantung pada luas daerah yang menjadi target pembersihan. Jarak antar mud-boll setidak-tidaknya setiap setengah meter, dilakukan pada musim kemarau agar tidak mudah tergerus banjir. Atraksi melempar-lempar bola tanah liat ini tentu harus ada yang memeloporinya. Mud-ball ini dapat dibeli dari anak anak Sekolah Dasar atau anak-anak tuna netra yang telah dilatih untuk membuatnya. Pelatih atau instrukturnya bisa didapatkan dari pelopor EM Indonesia yakni PT Songgolngit Persada, atau siapa saja yang telah mengenal Teknologi EM.
Cara membuat mud-ball sangat mudah, yakni pertama tama membuat adonan tanah liat layaknya seperti akan membuat genteng. Adonan semakin kental akan semakin baik, orang Bali menyebutnya “nadi” agar bertahan lebih lama dalam air dan tidak mudah buyar.
Mengadonnya bisa langsung mengunakan cairan EM, selanjutnya difermentasi selama tiga hari, sudah langsung dapat diaplikasikan dicomberan atau sungai. Dapat juga dibuat dengan cara kedua yakni bola-bala tanah liat langsung dapat dilubangi dengan jari, seperti membuat jajan onde-onde.
lubang yang terbentuk lalu diisi dengan pupuk Bokasi Kotaku selanjutnya lubang ditutup kembali. Hanya dalam waktu fermentasi tiga hari EM mud-ball suah dapat diaplikasikan ke lapangan. Apabila jumlah tersebut dinilai masih kurang, kegiatan ini dapat diulangi kembali. Untuk lebih meyakikan, teknologi ini dapat dikaji derajat pencemarannya.
Kegiatan tersebut diharapkan bisa dilakukan di Bali dan berbagai daerah lainnya di Indonesia guna menghilangkan bau yang tidak sedap, endapan lumpur busuk berangsur-angsur menipis dan ahirnya menghilang. Lalat, nyamuk secara dramatis berkurang, air comberan menjadi bersih, mikro plangton, burayak ikan, ikan yang lebih besar serta burung-burung pemakan ikan berdatangan, lingkungan terevitalisasi. Jika semua itu dilakukan secara berlanjut kunang-kunang dan capung yang selama ini punah akan dapat muncul kembali.https://linktr.ee/em4