Menikmati Kerja

0
62
Kadek Brahma Shiro Wididana SE, MM. Staf Ahli Pemasaran PT Karya Pak Oles Tokcer.

Oleh: Kadek Brahma Shiro Wididana, SE., MM.
Seorang wartawan Inggris yang berkunjung ke negeri Belanda selama seminggu dengan heran memperhatikan bahwa di negeri Belanda jarang sekali tampak orang yang tertawa, demikian surat kabar Algemeen Dagblad.

Membaca berita itu saya kaget, apakah itu memang benar? Apakah bangsa Belanda tidak punya rasa humor lagi? “Ah tak ada lagi yang membuat kita gembira, sekarang” bukankah suatu argumen. Memang benar, kadang-kadang kita dalam keadaan yang tidak memberi alasan untuk bergembira, kalau demikian halnya kita harus mawas diri karena keadaan batin kita sudah mulai mundur.

Ada seorang teman yang berpendapat, “bergembiralah sebelum anda bahagia, kalau tidak, hidup sudah berlalu sebelum anda sempat bergembira”. Bagaimana kita bisa bergembira kalau hati kita murung? Bahagialah dia, yang dapat menertawakan diri, dikala dia menghadapi kesulitan. Maka justru, kalau kita telah mencapai taraf itu berarti sudah mulai mengatasi keadaan kita.

Masih selalu ada waktu untuk meperbaiki sikap hidup. Hanya iblis yang berpendapat “segalanya terlambat”, dan iblis itu adalah pendusta. Selama kita masih bisa bergembira maka kita akan menang. Hari dimana kita tidak bisa bergembira sedikitpun, merupakan hari yang sia-sia, merupakan hari yang tidak bermanfaat. Senyum merupakan jendela rumah kita, yang menunjukan bahwa kita orang yang baik hati.

Senyum merupakan bahasa dunia yang dimengerti oleh siapa pun. Begitu pula kalau kita sedang sakit, janganlah lupa untuk tetap bergembira. Kita akan lebih mudah menghadapi kesusahan bila kita dalam keadaan apapun, tetap bisa bergembira.

Kalau kita dengan asyik melakukan pekerjaan, maka kita akan mempunyai waktu untuk segala macam pikiran. Kata dr. Toussaint, “kalau kita berbuat baik, akan memberikan hasil yang baik di dalam jiwa kita, dan apa yang baik selalu bagus”. Karena itu ilmu pengobatan antroposofis menggunakan terapi heileuritmi yakni melukis dan menggambar yang dianggap terapi yang berfaedah.

Untung sekali bahwa rumah sakit di negeri Belanda juga menggunakan terapi ini untuk orang sakit yang menahun, dan diterapkan sebagai terapi untuk memberi kesibukan. Orang yang sibuk merupakan orang yang bahagia. Seniman yang serius biasanya seniman yang saleh.

Menusia pada dasarnya itu pencipta, kemudian menjadi malas, yang disusuli kejemuan sehingga menimbulkan beragam keluhan. Kehidupan yang sibuk adalah kehidupan yang baik. “Pada hari Senin mulailah bekerja dengan semangat hari Minggu”, demikian tertulis di dalam The Readers Digest. Majalah ini juga menulis peribahasa berikut; “bekerja tidak hanya menggunakan metode untuk mencari nafkah, bekerja itu adalah hidup, bekerja adalah obat mujarab terhadap semua penyakit dan kesengsaraan yang dihadapi manusia”.

Beruntunglah kita kalau bisa bekerja dengan pendirian yang tepat. Karena itu, kita harus layak bahagia jika bisa melakukan pekerjaan dengan gembira. Kalau kita bisa mengerjakan sesuatu dengan pikiran yang cerah dan gembira ,itu berarti bahwa kita sedang melakukan suatu pekerjaan yang baik dan bermanfaat.
*) Staf Ahli Pemasaran PT Karya Pak Oles Tokcer

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini