Sekuni, Politikus Busuk Nan Kocak (3)

0
59
Kadek Suartaya, Pemerhati seni budaya dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

Oleh: Kadek Suartaya *)
Rumus konsepsi klasik, kebajikan mengalahkan kebatilan masih berlanjut dijadikan resep lakon seni masa kini yang diulang-ulang dengan berbagai variasi, baik dalam sinetron ataupun dalam kemasan film. Termasuk yang berkaitan dengan tokoh Sekuni dalam garapan film dan sinetron buatan India maupun karya sines tanah air. Namun jika dicermati secara sekilas, tak terasa adanya letupan emosi penonton yang berlebihan memusuhi Sekuni seperti dulu terjadi pada tokoh-tokoh antagonis seni pertunjukan tradisional kita. Jika bukan hanya dinikmati sebagai sajian pengisi waktu belaka, kiranya telah terjadi pergeseran cara pandang masyarakat di tengah relativitas moral yang simpang siur di dunia nyata, terpampang pada prilaku tokoh-tokoh nyata di sekitar kita.

Jika ditempatkan sebagai tokoh nyata, ada argumentasi atau motivasi “manusiawi”, kenapa Sekuni begitu tega membuat Pandawa hina dan melarat, dikarenakan sakit hatinya kepada Pandu, ayah para Pandawa. Sekuni dan adiknya, Gandari, pernah menjadi tawanan perang Pandu. Sekuni remaja sangat berharap Gandari mau diperistri Pandu yang tampan. Lacur, Pandu yang telah beristri tak hirau dengan kecantikan Gandari. Sekuni tersinggung dan kian dendam, ketika Gandari diserahkan oleh Pandu kepada Drestarasta yang buta. Gandari sendiri juga merasa dilecehkan dan tidak lagi mau melihat wajah Pandu, lalu menutup matanya dengan kain hitam.

Demikian pula Sekuni, dendam dan bencinya pada Pandu menumpuk berkecamuk. Ketika berhasil menjadi pejabat Hastinapura, ia mengpatgulipatkan segalaramuan siasat busuk untuk menghancurkan para Pandawa, anak-anak Pandu.
Di dunia nyata, ulah politikus ala Sekuni bukanlah sesuatu yang tabu. Bahkan tidak sedikit dengan penuh kesadaran yang melakoninya dan berhasil meraup segala hasrat politiknya. Politikus yang menepikan moral ini lazim disebut dengan Machiavellian. Ajaran dari pemikir Italia abad ke-16, Niccolo Machiavelli inilah yang dianut secara sadar dan sengaja oleh sejumlah politikus dunia dalam merengkuh kekuasaan dengan prinsip “tujuan membenarkan cara”.Tanpa berpretensi memburukkan citra politik, Machiavelli memberikan arah dan gambaran realistis terkait dengan cara-cara pemimpin agar berhasil.

Ajaran dari Machiavelli yang menggunakan kontes politik dengan segala cara ini, menjadi perdebatan seru bila dibenturkan dengan moral. Menurut Machiavelli, pemimpin-pemimpin yang baik harus belajar untuk tidak menjadi baik, berkemauan untuk menyingkirkan moral dari politik, termasuk soal kebaikan, keadilan dan kejujuran.
Rupanya, pemikiran Machiavelli ini sebelumnya telah dituturkan dalam epos masyur Mahabharata, seperti yang diejawantahkan Sekuni bersama keponakannya, Duryadana cs. Kini, dalam pengap gerahnya jagat politik dunia nyata di tanah air Indonesia, gelagat para Sekuni mengemuka begitu pongah, bebal, keblinger, amoral, congkak, sarat intrik, yang, semuanya berujung adalah untuk merengkuh kekuasaan. Ironisnya, mereka sumeringah bangga bila berhasil mengobarkan kegaduhan, kerusuhan, polarisasi dan perpecahan bangsa.

Bharatayuda melukiskan, Sekuni menerima karmanya yang sekarat meregang nyawa secara mengenaskan. Setelah ditumbangkan Sahadewa, dilanjutkan oleh Bima, memporakporandakan tubuh Sekuni yang masih menyisakan nafas. Anggota badannya dilepas-lepas, dicabik-cabik dan dikuliti dengan geram oleh Bima.
Isi kepala Sekuni dihamburkan dan setelah mulutnya dibelah hingga ke bagian telinga, lidahnya ditarik keluar. Para dalang wayang kulit di Jawa dan Bali juga ada yang menggambarkan percikan daging dari tulang belulang mayat Sakuni berserakan amis, membusuk dengan bau memuakkan di tanah Kusuksetra yang lembab oleh genangan darah manusia.
Anehnya, anjing yang berkeliaran mencari bangkai tak ada yang berselera dengan daging dan tulang Sekuni. Demikian pula burung gagak yang berterbangan memburu santapan, tak ada yang bernapsu dengan bangkai Sekuni.
*) Penulis adalah pemerhati seni budaya, dosen ISI Denpasar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini