OLeh: Ir. I Gusti Ketut Riksa)*
Banyak cara dapat ditempuh untuk menekan perkembangan hama tanaman. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan Racun Kimia (Sintetis)
Penggunaan pestisida kimia sintetis mulai populer sejak masa PELITA I, yang dimulai pada musim tanam padi sawah tahun 1969–1970. Lebih dari 50 tahun teknologi ini telah memberikan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Namun, belakangan diketahui bahwa dampak negatifnya lebih dominan, sehingga para pengambil kebijakan di bidang pertanian mulai beralih ke teknologi organik.
Beberapa masalah yang timbul dari penggunaan pestisida kimia antara lain:
Spesies non-target ikut mati terkena paparan pestisida, termasuk biota berguna.
Beberapa hama menjadi kebal terhadap pestisida, sehingga tampak lebih virulen.
Banyak biota yang dulu berkembang baik kini sulit ditemukan, seperti azola, gonde, biah-biah, genjer-genjer, serta berbagai jenis burung seperti garuda, gagak, elang bondol, dan kunang-kunang.
Bahkan manusia—petani dan petugas pemberantas hama—ikut menjadi korban.
Dampak lebih fatal adalah pencemaran lingkungan, munculnya penyakit baru, serta penularan penyakit hewan ke manusia. Karena banyaknya kekurangan teknologi kimia ini, perlu segera dicari solusi sebelum kerusakannya semakin meluas.
2. Penggunaan Pestisida Organik
Alternatif yang lebih aman adalah pestisida organik, terutama yang berasal dari bahan nabati dan dikenal sebagai FPE (Fermented Plant Extract). Pestisida ini aman digunakan untuk memberantas hama dan penyakit tanaman, serta dapat diterapkan di berbagai bidang seperti industri, lingkungan, kesehatan, dan pertanian secara luas. Hingga kini, belum ditemukan dampak negatif dari teknologi ini.
Yang lebih menggembirakan, kualitas lingkungan cenderung meningkat di tempat teknologi ini diterapkan. Ibarat pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, teknologi ini memberi banyak manfaat sekaligus.
Menurut penemunya, teknologi organik EM (Effective Microorganisms) tidak pernah gagal. Mikroba EM mampu menghasilkan antioksidan yang menakjubkan. Antioksidan ini dapat memperlambat proses oksidasi dan pelapukan, sehingga memperpanjang umur bahan-bahan organik (life span).
Prof. Higa, penemu teknologi ini, menyatakan bahwa tanpa antioksidan, umur berbagai benda hanya akan bertahan sekitar 20% dari seharusnya karena proses oksidasi dan pembusukan, terutama pada bahan yang mudah rusak seperti sayur dan buah-buahan.
3. Penggunaan Ekstrak Tanaman Nonfermentasi
Cara ketiga adalah penggunaan ekstrak tanaman tanpa fermentasi, seperti: Deris meleptika (akar tuba jenu), Tembakau, Kulit pohon kelor, daun intaran, dan sebagainya
Cara ini umum dilakukan oleh petani tradisional di Bali, bahkan sering digunakan untuk menangkap ikan di sungai. Saat digunakan, ikan akan pingsan sementara, lalu pulih setelah diberi air segar.
4. Pemanfaatan Zat Pemikat Serangga
Beberapa jenis serangga, terutama yang mirip lalat, dapat dipancing dan ditangkap menggunakan eugenol atau petrogenol. Cara sederhana adalah dengan menggunakan botol plastik bekas air minum.
Eugenol merupakan zat perangsang yang menarik serangga betina. Cotton bud yang dibasahi eugenol dimasukkan ke dalam botol yang telah dilubangi kecil untuk jalur masuk serangga. Serangga yang tertarik akan masuk, berputar-putar, lalu mati di dalam botol.
5. Penggunaan Bangkai Yuyu (Ketam)
Cara ini khusus digunakan untuk menangkap walang sangit. Bangkai yuyu diletakkan dalam tempurung kelapa yang diberi tangkai setinggi tanaman padi. Setelah walang sangit berkumpul di bangkai yuyu, serangga tersebut dapat dengan mudah dibakar.
6. Penggunaan Serangga Jantan Mandul
Beberapa perusahaan besar memanfaatkan teknik serangga jantan mandul. Serangga jantan dikumpulkan dan diberi zat perangsang agar memiliki kemampuan kawin tinggi, namun sebelumnya telah dimandulkan.
Serangga jantan ini akan mengawini betina berulang kali tanpa menghasilkan keturunan. Betina yang merasa telah dikawini tidak akan kawin lagi, sehingga populasi hama dapat ditekan secara alami.
Penutup
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak cara dapat dipilih untuk menekan populasi hama tanaman. Bagi mereka yang menganut paham ahimsa (anti-kekerasan), dapat memilih metode yang paling sesuai dengan prinsip dan kebutuhannya.
)* Staf PT Songgolangit Persada & Instruktur IPSA Bali.

