Dirut PT Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, dalam kuliah umum di Auditorium Ganesha, Universitas Mahasaraswati (UNMAS) Denpasar.

Pertanian tidak hanya menjadi sumber bahan makanan, tetapi juga memiliki peran strategis dalam menjaga stabilitas budaya, sosial, politik, dan ekonomi bangsa. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP), Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, dalam kuliah umum yang digelar di Auditorium Ganesha, Universitas Mahasaraswati (UNMAS) Denpasar.

“Pertanian itu bukan cuma soal makan. Ia menyangkut bahan makanan, kecantikan, kesehatan, bahkan stabilitas negara. Coba bayangkan, kalau harga beras naik drastis, presiden bisa jatuh,” tegas Wididana di hadapan ratusan mahasiswa.

Bangsa Kreatif yang Belum Jadi Inovatif

Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan alam tropis, kepulauan yang kaya, sumber daya manusia yang besar, serta budaya pertanian yang kuat. Namun, potensi tersebut belum diiringi dengan kemampuan inovatif yang mumpuni.

“Kita ini bangsa yang kreatif. Buktinya? Dari satu bahan saja—beras—bisa jadi nasi, bubur, tupat, lontong, hingga entil. Tapi apakah ini sudah menjadi inovasi? Belum. Karena belum bisa dijual, belum terstruktur, tidak ada sistematika maupun kurikulum pendukung,” jelasnya di Auditorium Ganesha dan mengangkat tema “Pertanian Berkelanjutan: Inovasi, Tantangan, dan Peluang di Era Modern.”

Wididana menyayangkan kurangnya keberanian, sempitnya wawasan, serta mentalitas instan yang masih menjadi tantangan besar dalam dunia pertanian Indonesia. “Begitu gagal tanam cabai, langsung bilang ‘kelebihan hujan’. Kalau berhasil, bilang ‘karena kemarau’. Tidak ada proses inovasi di situ. Tidak fokus, tidak tuntas,” kritiknya.

Pertanian Harus Diindustrikan

Untuk menjawab tantangan tersebut, Alumnus Universitas Udayana dan University of the Ryukyus, Okinawa, Jepang ini menekankan pentingnya menjadikan pertanian sebagai industri. Menurutnya, industri pertanian adalah gabungan antara manajemen yang baik dan teknologi modern.

“Seperti Jepang, dari satu produk bisa dikembangkan menjadi puluhan turunan. Contohnya kelapa sawit—bukan hanya minyak, tapi juga vitamin E, asam lemak, omega-3, dan lain-lain. Kita masih berhenti di satu titik. Itulah bedanya inovasi,” tambahnya.

Perlu SDM Pertanian yang Berhati

Ia juga menyoroti pentingnya membangun sumber daya manusia yang tidak hanya bekerja dengan otak, tapi juga dengan hati. Menurutnya, pekerjaan yang dijalani dengan hati akan membuka talenta baru dan membentuk karakter unggul.

“Orang bekerja bisa karena uang, bisa juga karena jabatan. Tapi yang terbaik adalah mereka yang bekerja karena panggilan hidup. Inilah mindset yang harus dibangun. Kalau kita melihat sampah sebagai masalah, ya dia akan jadi masalah. Tapi kalau kita lihat sebagai pupuk, maka jadi solusi. Semua tergantung mindset,” tegasnya.

Menuju Era Kreatif Bisnis Pertanian

Wididana mengajak generasi muda untuk tidak lagi melihat pertanian sebagai pekerjaan kelas dua, tetapi sebagai lahan bisnis kreatif yang menjanjikan.

“Pertanian harus kita lihat sebagai industri masa depan. Dengan dukungan teknologi dan manajemen yang kuat, kita bisa menghasilkan produk yang unik, dibutuhkan pasar, dan memberikan kebanggaan serta keuntungan. Itulah esensi inovasi,” tutupnya.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini