Dr Wididana: Sepuluh Masalah Serius Pertanian Harus Segera Diatasi

0
36
Direktur PT Songgolangit Persada (SLP), Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, saat memberikan kuliah umum di Unmas Denpasar.

Dalam kuliah umum yang digelar di Auditorium Ganesha Universitas Mahasaraswati (UNMAS) Denpasar, Direktur PT Songgolangit Persada (SLP), Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, mengungkapkan sepuluh permasalahan utama yang membelit sektor pertanian di Indonesia. Kuliah yang bertajuk “Revitalisasi Pertanian Tropis Melalui Inovasi dan Kemandirian” ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa, dosen, dan praktisi pertanian.

Menurut Dr. Wididana, meski sektor pertanian menyimpan potensi besar, kenyataannya masih menghadapi berbagai tantangan serius yang menghambat produktivitas dan kemandirian petani. “Ada ratusan masalah di bidang pertanian, namun saya simpulkan ada sepuluh yang paling penting dan mendesak untuk diselesaikan,” ujarnya.

1. Perubahan Iklim dan Bencana Alam

Perubahan iklim menyebabkan banjir, kekeringan, longsor, dan kebakaran hutan yang mengakibatkan hilangnya plasma nutfah (sumber genetik tanaman dan hewan). Dr. Wididana menekankan pentingnya inovasi pelestarian plasma nuffah untuk menjaga kelestarian bibit unggul. “Negara-negara seperti Taiwan, Jerman, Israel, dan Australia sudah jauh melangkah dalam pelestarian genetik tanaman,” tegasnya.

2. Penurunan Kuantitas dan Kualitas Petani

Banyak tenaga kerja pertanian memilih bekerja ke luar negeri. Di sisi lain, generasi muda enggan melanjutkan profesi petani. “Saat ini banyak kebun cengkeh di Bali tidak bisa dipanen karena tak ada tenaga panen,” jelasnya.

3. Menurunnya Minat SDM Menjadi Petani

Minat menjadi petani terus menurun karena pertanian dianggap kurang menjanjikan. “Padahal, di dalam pertanian terdapat peluang di bidang makanan, kesehatan, obat-obatan, dan industri,” katanya.

4. Biaya Produksi Tinggi, Petani Merugi

Tingginya biaya produksi, terutama untuk komoditas seperti beras, membuat petani seringkali merugi. Dr. Wididana menantang perguruan tinggi pertanian untuk mencari solusi konkret atas masalah ini.

5. Turunnya Kemandirian Petani

Petani semakin tidak mandiri, tidak bisa membuat bibit, tidak bisa membuat pupuk “Padahal, sumber daya ada di alam. Kita harus mendorong pemanfaatan bahan lokal,” ujarnya.

6. Kurangnya Komitmen Pemerintah

Ia menilai bahwa komitmen pemerintah dalam membangun pertanian masih lemah. Oleh karena itu, ia mendorong para sarjana pertanian untuk masuk ke dunia politik dan menjadi pengambil kebijakan di sektor ini.

7. Minimnya Proteksi untuk Petani Lokal

Produk lokal masih kalah saing karena lemahnya proteksi. “Waktu kampanye katanya stop impor, tapi nyatanya hanya omong kosong,” sindirnya.

8. Pemerintah Belum Serius Bangun Pertanian

Pembangunan pertanian masih bersifat proyek jangka pendek, bukan investasi berkelanjutan. Dr. Wididana mendorong pendekatan yang lebih tulus dan visioner dalam membangun pertanian.

9. Kesenjangan Antara Riset dan Aplikasi

Menurutnya, banyak hasil riset tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan. “Riset harus menjawab kebutuhan petani dan bisa langsung diterapkan,” tegasnya.

10. Pertanian Dipandang Sebagai Beban

Paradigma bahwa pertanian adalah beban harus diubah. “Kalau hujan dianggap beban, kemarau juga beban, lalu di mana peluangnya? Padahal di balik semua masalah itu, ada potensi besar,” ujarnya menutup.

Dr. Wididana menekankan pentingnya mengubah cara pandang terhadap masalah pertanian. Ia mendorong mahasiswa dan generasi muda untuk melihat masalah sebagai peluang usaha, misalnya dalam pengembangan varietas lokal, pemuliaan tanaman, dan bisnis bibit tropis unggul.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini