Oleh: Ir I Gusti Ketut Riksa )*
Penggunaan pupuk, pestisida, dan herbisida kimia sintetik dalam pertanian dalam jangka panjang semakin disadari memiliki banyak kelemahan. Oleh karena itu, kini sarana pertanian mulai diarahkan untuk menggunakan bahan-bahan organik, terutama limbah alami. Judul di atas kini semakin viral, karena banyak pelaku pertanian yang beralih ke pestisida nabati untuk menekan hama secara alami.
Apa Itu Pestisida Nabati?
Pestisida nabati adalah pestisida yang dibuat dari berbagai jenis tanaman yang memiliki bau khas, rasa pahit, tanaman obat, tanaman yang tidak disukai hama, dan beberapa jenis rerumputan yang tahan terhadap gangguan. Dalam pembuatannya, ditambahkan juga beberapa jenis pucuk muda untuk memperkaya kandungan hormonal. Pestisida nabati ini dikenal dengan nama FPE (Fermented Plant Extract).
Peran Keragaman Hormon
Keragaman hormonal dalam FPE sangat penting, terutama bagi pengguna teknologi EM (Effective Microorganisms). Hormon dalam larutan EM dapat menekan siklus hidup serangga karnivora, namun tidak mempengaruhi serangga herbivora. Ini karena hormon pada serangga herbivora berbeda dengan hormon pada serangga karnivora.
Dengan demikian, bila tanaman diserang oleh serangga karnivora, penyemprotan dengan larutan EM aktif akan memberikan manfaat nyata. Konsep ini diperkenalkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa saat pertama kali mengenalkan teknologi EM kepada dunia.
Contoh Kasus: Lalat
Sebagai contoh, lalat merupakan serangga karnivora. Kita bisa melihatnya saat mengolah ikan laut—lalat segera datang berkerumun dari segala arah. Bila lalat dewasa terkena semprotan EM aktif, lalat tersebut menjadi steril dan tidak mampu menghasilkan keturunan.
Tak hanya itu, jika: Telur lalat terkena EM aktif, ia tidak dapat menetas. Larva yang terkena EM tidak dapat menjadi pupa. Pupa yang terkena EM tidak bisa berubah menjadi lalat dewasa.
Namun, tantangan utamanya adalah sulitnya menemukan telur atau larva lalat karena biasanya tersembunyi. Meski begitu, dengan penggunaan rutin EM aktif, populasi lalat akan terus menurun kecuali ada lalat pendatang dari tempat lain.
Ciri-ciri keberhasilannya antara lain: Tubuh lalat menjadi semakin kecil. Populasi menurun drastis hingga menghilang.
Hal ini pernah saya buktikan sendiri sebelum pandemi Covid-19 di IPSA Bengkel. Ruang belajar di sana rutin dipel menggunakan EM aktif. Peserta pelatihan saya tunjukkan bahwa ruang kuliah bebas dari lalat, meskipun hanya berjarak 50 meter dari kandang sapi yang penuh lalat dan berbau tak sedap.
Selain bebas lalat, lantai keramik pun tampak bersih mengilap hingga ke sudut tembok karena semua polutan diurai oleh mikroba EM.
EM: Teknologi Serba Guna
Saat ini, teknologi EM lebih dikenal sebagai penghilang bau tak sedap. Padahal, manfaatnya sangat luas dan serbaguna. Larutan EM dapat digunakan dalam berbagai aktivitas untuk meningkatkan kualitas lingkungan, di mana pun Anda berada.
FPE: Nutrisi dan Perlindungan Tanaman
Demikian pula dengan FPE. Selain berfungsi sebagai pembasmi hama, FPE juga mengandung nutrisi penting yang mendukung pertumbuhan tanaman. Di dalamnya terkandung hormon-hormon alami yang berfungsi sebagai PPC (Plant Protection Compounds) maupun ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).
Bertani dengan teknologi EM bahkan memungkinkan: Continuous cropping (tanpa rotasi tanaman), Multiple cropping (tanaman ganda), Tanpa olah tanah, dan berbagai inovasi lainnya.
Manfaatkan teknologi EM dalam semua aspek kehidupan Anda. Bila diterapkan secara konsisten, Anda akan merasakan “keajaiban-keajaiban” nyata dari penggunaannya.https://linktr.ee/em4
)* Staf Ahli PT Songgolangit Persada dan Instruktur IPSA Bali.