
Oleh: Ir. I Gusti Ketut Riksa )*
Tanggal 24, Juni 2025 saya memberi ceramah dan praktek langsung membuat Mudball di Bokashi Farm, Jalan Waribang, Kesiman, Denpasar Timur dengan sejumlah mahasiswa/i Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar.
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang Mudball antara lain, Mudball adalah campuran tanah liat dengan larutan EM-aktif. Sangat efektif diterapkan di rawa-rawa, di sungai, danau bahkan di laut. Tujuannya agar mikroba Effektive Microorganisme (EM) tidak cepat hanyut, mikrobanya keluar dari gumpalan tanah liat secara “slow-release” sambil meningkatkan kualitas tanah dan air dimanapun ditempatkan. Karena mikroba EM selalu mampu membuat antioksidan.
Antoksidan yang dibuatnya mampu menurunkan BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand), menekan berbagai polutan, membunuh E.coli, meniadakan endapan lumpur, menghilangkan bau yang tidak sedap sehingga kualitas air mengalami peningkatan. Sampai saat ini hususya di pulau Bali, belum banyak orang yang memahami manfaat Teknologi EM secara rinci dan luas.
Dibidang pertanian baru diketahui EM untuk pembuatan pupuk berfermentasi, baik pupuk padat maupun pupuk cair yang dikenal dengan pupuk bokashi (bokashi padat dan bokashi cair) dibidang peternakan dan perikanan dikenal sebagai probiotik yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan dan hewan peliharaan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi daging, telur, dan susu, lebih khusus lagi EM sangat efektif untuk menghilangkan bau busuk. Masih banyak lagi manfaat teknologi EM; yang sangat menakjubkan pemanfaatannya bukan saja dibidang pertanian dalam arti luas, juga baik diterapkan dibidang industri, kesehatan, lingkungan dll.
Ditempat-tempat yang lahannya didiamkan daripada dibiarkan begitu saja akan lebih baik sewaktu-waktu disiram dengan EM-aktif, karena tanahnya akan mengalami peningkatan kualitas, antara lain tanah yang kurus menjadi subur, gembur, tanah berat akan menjadi porius, tanah yang asam lebih alkalis dll, pokoknya kembali menjadi lahan pertanian yang lebih baik. Inilah yang dimaksud oleh penemunya “An Earth Saving Revolution”. Savingnya bukan di bank namun didalam tanah yang dampaknya baru akan kelihatan dimasa depan. Mud-ball ini bertujuan agar mikrobanya keluar dari gumpalan tanah liat secara “slow-release”.
Ditinjau dari cara pembuatanya dikenal 3 jenis Mudball antara lain: Satu. Tanah sawah langsung diberi EM-aktif yang telah diencerkan dengan air 10 cc perliter. Kemudian secara langsung pula diadonannya dibuat sedemikian rupa sampai tanah liat tadi seperti adonan batu bata maupun genteng. Adonan kemudian dikepal-kepal sampai mantap dan besarnya sebesar bola tenis. Bila adonannya kurang mantap, Mud-ball yang terbentuk apabila dilemparkan di air tanahnya akan mudah buyar, mikrobanya turut hanyut, dengan demikian tujuan pembuatan Mudball tidak tercapai.
Jenis yang kedua caranya sama dengan yang pertama namun pada saat masih basah Mudball tersebut digelindingkan diatas hamparan dedak sampai seluruh permukaan bola-bola kelihatan putih diselimuti oleh dedak. Tujuan menggelindingkan diatas dedak, selain rupanya lebih hegienis dedak akan merangsang mikrobanya lebih aktif, serta lebih cepat tumbuhnya mycelium sehingga siapa pun tidak jijik untuk memegangnya karena Mudballnya kelihatan putih bersih.
Cara ketiga: adonan tanah liat dibuat sedemikian rupa seperti membuat onde-onde dengan lubang yang masih menganga; pada lubag itu dimasukkan pupuk bokashi secukupnya, setelah berisi pupuk kemudian lubangnya ditutup kembali dengan tanah disebelah lubanggnya. Maksud mengisi pupuk itu agar persediaan mikrobanya bisa lebih banyak lagi dan bertahan lebih lama.
Petani padi dilahan sawah dinegeri Sakura ada yang membuat Bokashi Mud-ball dengan ukuran yang sedikit lehih kecil; setiap 4 rumpun padi dibenamkan sebutir Mudball; dengan cara ini seumur tanaman padi masih tersedia pupuknya yang menyebabkan tanaman tetap hijau, meskipun tanaman padi sudah siap panen (bulir sudah kuning) daun benderanya masih hijau, batang dan daun yang masih hijau ini sangat baik untuk makanan ternak, bahkan singgangnya pun kadang-kadang masih dibiarkan berproduksi meskipun hasilnya tidak sebanyak tanaman sebelumnya.
Sangat berbeda dengan penerapan teknologi kimia dimana menjelang panen bulir padi sudah kuning dan kering daun benderanya lebih dulu kering dan tidak mungkin lagi diharapkan tumbuh singgang apalagi dengan buah keduanya karena energi hidup telah habis pada kehidupan tanaman sebelumnya.
Bila diaplikasikan pada rawa-rawa, air comberan akan menjadi jernih tanpa aroma yang tidak sedap, lama kelamaan akan bebas dari endapan lumpur: setelah kualitas airnya mengalami peningkatan, secara otomatis ikan-ikan baru berdatangan demikian juga burung-burung pemakan ikan turut datang, biota yang akan mengalami kepunahan pun mulai kelihatan lagi; nampaknya energi regenerasi yang tidak kasat mata yang bekerja mengungguli energi degenerasi keadaan ini tentu sangat menyenangkan.
Bila diaplikasikan di sungsi, menyebabkan air sungai bebas dari E.coli dan dapat digunakan untuk mandi dan sumbar air bersih. Bila dilakukan di danau dapat mencegah kematian ikan yang terjadi secara mendadak, sementara penyebabnya belun jelas diketahui. Bila diterapkan di laut sangat baik untuk mengembalikan usaha budidaya rumput laut, kerang mutiara dan pemeliharaan ikan dikeramba terutama dipantai yang mengalami reklamasi.https://linktr.ee/em4
)* Staf ahli PT Songgolangit Persada & Instruktur IPSA Bali