Seorang pekerja sedang menyiapkan EM4 aktif untuk menyiram tumpukan sampah, baik yang baru datang di TPS maupun yang siap untuk dipilah di TPS Sidakarya, Denpasar.
Persoalan sampah di Bali saat ini menjadi isu hangat dan bahkan disebut-sebut “darurat sampah” seiring dengan rencana penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Sarbagita atau yang dikenal dengan nama TPA Suwung.
Meski rencana penutupan diundur dari semula 23 Desember 2025 menjadi 28 Februari 2026, masyarakat tetap khawatir akan melubernya sampah organik dan anorganik karena tidak dapat dikelola dengan baik maupun tak terangkut. Sampah yang menumpuk, selain menggangu pemandangan, tentu dapat menimbulkan bau tak sedap dan menyebarkan penyakit.
Direktur Utama PT Songgolangit Persada (SLP) Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr berpandangan, sejatinya untuk penanganan sampah harus ada tempat pengolahan sampah. “Pertama, pengolahan sampah organik khususnya dapat dilakukan dengan fermentasi dan daur ulang menjadi pupuk. Kedua, dengan menggunakan insinerator untuk menangani berbagai jenis sampah,” kata Wididana yang biasa disapa Pak Oles ini.
Menurut dia, produk-produk yang menggunakan teknologi Effective Microorganisms (EM) 4 sangat membantu proses fermentasi limbah menjadi pupuk organik. Selain itu, penggunaan teknologi ini juga cukup mudah untuk diajarkan pada masyarakat.
“Kami bahkan sudah menginformasikan dan melatih penggunaan EM4 ini kepada masyarakat sejak lebih dari 20 tahun lalu. Dengan teknologi EM4 ini, desa-desa sebenarnya sudah siap, tinggal diaplikasikan dan komitmen,” kata Wididana.
Pihaknya pun mengapresiasi meningkatnya kesadaran masyarakat mulai dari tingkat rumah tangga hingga desa-desa yang mulai aktif mengelola sampah organik dan memanfaatkan produk EM4 untuk pengolahan limbah.
Teknologi EM telah ditemukan pada tahun 1980 oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus di Okinawa, Jepang. Teknologi EM saat ini sudah digunakan lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia.
Ia menambahkan, proses pengolahan sampah tidak hanya mencegah polusi tanah, air, dan udara, tetapi juga membantu menghilangkan bau dan menekan penyebaran hama serta penyakit. 
Limbah organik yang tidak diolah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yakni penyebaran penyakit dan keracunan pada tanaman, hewan, dan manusia. Selain itu, penurunan produktivitas pertanian, peternakan, dan perikanan.
Oleh karena itu, Wididana menegaskan pentingnya pengolahan limbah secara sistematis menggunakan teknologi EM4. Konsepnya sederhana yakni manusia menghasilkan limbah dalam setiap aktivitasnya, dan limbah itu harus diolah dengan baik agar tidak merusak lingkungan.
“Yang tidak kalah penting, produk pupuk hasil fermentasi EM4 selain dapat digunakan untuk tanaman sendiri, juga bisa dipasarkan untuk mendukung aktivitas perkebunan dan pertanian,” kata alumnus program pascasarjana (S2) dari University of the Ryukyus, Okinawa, Jepang ini.https://linktr.ee/em4

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini